dc.description.abstract | PT. Mitratani Dua Tujuh merupakan perusahaan agroindustri yang bergerak pada bidang produksi sayuran beku khususnya edamame. Secara garis besar terdapat 4 proses utama pada rantai pasok PT. Mitratani Dua Tujuh yaitu budidaya, pengadaan bahan penunjang, pengolahan, serta pengiriman. Dalam pelaksanaannya, PT. Mitratani Dua Tujuh juga mengalami berbagai masalah dalam rantai pasoknya. Tantangan terbesar yang dialami PT. Mitratani Dua Tujuh yaitu ketidakpastian cuaca dan order. Ketidakpastian cuaca seperti tingkat kelembaban yang tinggi dapat memengaruhi hasil panen karena menyebabkan munculnya dark spot pada edamame yang dapat menurunkan kualitas. Sedangkan ketidakpastian order memiliki dampak yang besar bagi rantai pasok PT. Mitratani Dua Tujuh hingga ke hulu. Permasalahan-permasalahan pada agroindustri tersebut seringkali tidak dapat diprediksi secara tepat oleh perusahaan karena sifatnya yang tidak pasti. Untuk mengurangi berbagai kerugian yang muncul pada jaringan rantai pasok agroindustri diperlukan sebuah manajemen risiko. Terdapat beberapa tahap dalam manajemen risiko antara lain, identifikasi risiko, penilaian risiko, mitigasi risiko, dan evaluasi risiko. Identifikasi risiko dilakukan untuk mengetahui kejadian yang dapat menyebabkan kerugian dan juga agen atau penyebab terjadinya risiko. Penilaian risiko dilakukan untuk mendeskripsikan dan mengkuantifikasi risiko. Mitigasi risiko merupakan proses merespon risiko yang telah dinilai sedangkan evaluasi risiko dilakukan untuk menilai efektivitas mitigasi risiko yang telah diterapkan. Pujawan dan Geraldin telah mengembangkan model khusus untuk pengelolaan risiko rantai pasok yang disebut House Of Risk (HOR). Model House of Risk berfokus pada pencegahan dengan mengurangi kemungkinan terjadinya agen risiko, dengan mengurangi agen risiko maka dapat mencegah terjadinya suatu risiko. Pada House of Risk fase 1 ditemukan sebanyak 32 kejadian risiko dan 38 agen risiko. Sedangkan pada HOR fase 2 ditemukan sebanyak 16 agen risiko yang menjadi prioritas mitigasi kemudian dilanjutkan dengan mengidentifikasi strategi mitigasi yang dapat diterapkan. Pada penilaian House of Risk fase 2 menghasilkan 8 strategi prioritas mitigasi yaitu komunikasi intens, menentukan batas minimum stok aman bahan penunjang, memberikan margin of error terhadap setiap perencanaan produksi, menyediakan sistem informasi yang terkoordinasi dan tersinkronisasi , memberi batas waktu maksimal perubahan order kepada customer, diperlukan maintenance dan penggantian spare part secara berkala, menyediakan spare part cadangan untuk spare part tertentu yang sering rusak, dan menyediakan spare time untuk menyelesaikan tanggungan produksi yang terbengkalai saat mesin rusak atau saat listrik padam. | en_US |