dc.description.abstract | Gempa Bumi yang terjadi di Indonesia meyakinkan bahwa wilayah Indonesia
daerah Jawa Timur menempatkan pada wilayah peka gempa.Terdapat pendekatanpendekatan
utama pada rekayasa struktur bangunan yang mencakup bagaimana suatu
beban struktur bangunan ditentukan, tata cara analisis struktur dan prosedur disain
yang dilakukan terhadap suatu konfigurasi bangunan, mutu bahan, level angka aman
serta kemampuan masyarakat untuk menyediakan struktur bangunan yang diinginkan.
Instrumen yang dipakai kali ini untuk menilai tingkat kerusakan bangunan teknis
akibat gempa adalah konfigurasi bangunan.
Konfigurasi bangunan adalah sesuatu bahasan yang berhubungan dengan
bentuk, ukuran, proporsi, distribusi massa dan kekakuan pada denah dan potongan
bangunan, struktur utama meliputi jenis, kombinasi, penempatan dan orientasi serta
penematan dan orientasi elemen non struktur (Widodo, 2007). Analisa ini
menggunakan konfigurasi denah gedung model U dengan 3 beban yang meliputi
beban mati, beban hidup dan beban gempa dikombinasikan pada struktur analisis 3
dimensi dengan bantuan program SAP 2000, dimana analisa gempa menggunakan
statik ekuivalen.
Kombinasi 3 mendominasi besarnya nilai gaya-gaya dalam dibanding
kombinasi lainnya, disebabkan kombinasi ini menyertakan semua macam beban
struktur. Balok kolom lantai 1 di B37 dan C6 pada momen lentur, lantai 1 balok
kolom B36 dan C6 pada gaya geser v dan lantai kolom C23 dan C28 pada gaya
aksial., pada daerah inilah munculnya gaya-gaya dalam terbesar . Disebabkan adanya
pengaruh faktor tekukan pada struktur, sehingga terdistribusi menjadi gaya
maksimum. Maka dapat direncanakan penulangan pada struktur ini, yaitu pada balok
ix
tulangan tumpuan 5D32 (tul. atas) dan 4D16 (tul. bawah), pada tulangan lapangan
4D16 ( tul. atas) dan 5D32 (tul. bawah). Kemudian pada kolom dipakai tulangan
6D32. Analisis struktur akibat beban gempa dengan analisis struktur 3 dimensi akan
memberikan gambaran sedekat mungkin dengan perilaku struktur. | en_US |