dc.description.abstract | Limbah gigi hasil pencabutan yang digolongkan sebagai limbah medis padat infeksius harus diolah melalui manajemen pembuangan limbah dengan benar, kecuali apabila dikembalikan kepada pasien. Hal ini dilakukan karena limbah gigi hasil pencabutan berisiko tinggi meluarkan bakteri, virus, jamur kepada individu lainnya. Limbah gigi hasil pencabutan selama ini dikelola dengan cara sterilisasi menggunakan bahan kimia lalu dibuang dalam kelompok pembuangan B3 dan dilakukan proses insinerasi pada suhu tinggi diatas 1200ᵒC sehingga memungkinkan mematikan seluruh agen infeksius dan mengubah bentuk gigi menjadi abu. Residu atau abu gigi tersebut kemudian dibuang ke tempat pembuangan B3 maupun pada landfill apabila residu sudah aman dan diproses dengan tepat (Depkes RI, 2006). Pengolahan limbah gigi hasil pencabutan selama ini dilakukan tanpa mempertimbangkan potensi kandungan gigi itu sendiri sehingga diperlukan sebuah inovasi pengolahan limbah gigi hasil pencabutan.
Gigi tersusun atas mahkota dan akar. Mahkota gigi tersusun atas dua bagian yaitu enamel dan dentin. Enamel gigi merupakan jaringan paling keras dalam tubuh manusia disusun dari 92-96% materi anorganik atau fase mineral dan 4% bahan organik berdasarkan berat. Fase mineral utamanya adalah kalsium fosfat dalam bentuk kristal hidroksiapatit (Oliviera M, dkk., 2009). HA (Ca10(PO4)6(OH)2) merupakan unsur utama penyusun mineral tulang dan gigi manusia. HA banyak diaplikasikan dalam dunia medis karena memiliki sifat biokompatibilitas dan kemampuan osteokonduktif yang baik (Zou Z, dkk., 2012). HA adalah keramik kalsium fosfat yang sepenuhnya biokompatibel dan tidak beracun dan menjadi bagian integral dari jaringan tulang dan gigi yang hidup, oleh karena itu produksi HA sangat penting dan diperlukan. Biomaterial HA atau HA artifisial dapat diperoleh melalui sumber alami dan sintetis. | en_US |