Show simple item record

dc.contributor.advisorHalik, Gusfan
dc.contributor.advisorUtami, Retno
dc.contributor.authorMalini, Citra
dc.date.accessioned2021-03-26T01:54:39Z
dc.date.available2021-03-26T01:54:39Z
dc.date.issued2021-01-01
dc.identifier.nim171910301039
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/103633
dc.description.abstractKekeringan merupakan salah satu bencana alam yang dapat disebabkan dari berbagai aspek. Salah satu penyebab dari kekeringan adalah tingkat curah hujan pada suatu wilayah yang rendah sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan seharihari. Tingkat kekeringan pada satu periode dapat berbeda antar wilayah. Bencana kekeringan yang dapat digambarkan menjadi indikasi pertama adanya kekeringan adalah kekeringan meteorologi. Menurut data BPBD pada tahun 2019, Kabupaten Jember mengalami kekeringan ekstrim dengan sebagian besar lokasi berada di DAS Bedadung. Oleh karena itu, dilakukan kajian kekeringan untuk memperoleh keparahan dan durasi kekeringan. Penelitian kekeringan di DAS Bedadung ini menggunakan metode Standardized Precipitation Index (SPI) yang merupakan salah satu metode yang banyak digunakan diberbagai negara untuk menganalisis kekeringan. Hasil dari metode SPI merupakan nilai indeks kekeringan yang diklasifikasikan menjadi bulan basah dan bulan kering. Nilai negatif menandakan dimulainya bulan kering dan nilai positif menandakan dimulainya bulan basah. Perhitungan metode SPI dengan data curah hujan 30 tahun dari 30 stasiun penakar hujan yang ada di DAS Bedadung. Hasil penelitian ini didapat indeks kekeringan paling parah yaitu pada tahun 2018 dan 2019. Pada tahun 2019 nilai indeks kekeringan mencapai rentan -2.69 yang berada di stasiun Ajung dan nilai tertinggi -1,13 di stasiun Kottok yang masih dalam klasifikasi bulan kering. Pemetaan indeks kekeringan yg diperoleh sesuai dengan banyaknya permintaan masyarakat mengenai distribusi air bersih yang mencapai 115.000 liter di wilayah stasiun Ajung yang terdampak kekeringan ekstrim. Bulan yang mengalami kekeringan ekstrim dilakukan pemetaan spasial untuk mendapat peta persebarannya. Hasil validasi antara hasil pemetaan SPI dan BPBD didapat kesesuaian sebesar 82%. Peta persebaran dapat diketahui wilayah yang sering terjadi kekeringan sehingga hasil analisis dapat digunakan pedoman dalam penanganan dan pencegahan supaya tidak terjadi bencana kekeringan lagi.en_US
dc.language.isoInden_US
dc.publisherFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS JEMBERen_US
dc.subjectPrecipitation Indexen_US
dc.titleAnalisis Kekeringan Meteorologi Menggunakan Metode Standardized Precipitation Index (Spi) DI Das Bedadung Kabupaten Jemberen_US
dc.typeThesisen_US
dc.identifier.prodiTEKNIK SIPIL
dc.identifier.kodeprodi1910301


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record