| dc.description.abstract | Penyakit infeksi  Human Immunodeficiency   Virus (HIV) dan AIDS merupakan salah satu penyakit yang menjadi masalah global. Di seluruh dunia, terdapat 37,9 juta oran hidup dengan HIV pada tahun 2018. Sedangkan  jumlah kasus HIV tahun 2019 di Kabupaten Jember adalah sebanyak 406 kasus. Lost to follow up pada pasien HIV adalah sebuah kondisi pasien dengan HIV/AIDS yang keluar (drop out) dari pengobatan ARV. Kondisi di Indonesia dari 88% penderita (244.142) yang pernah menerima antiretroviral (ARV), sebanyak 23% diantaranya (55.508) dilaporkan   mengalami   lost   to   follow   up.   Sedangkan   persentase lost  to  follow up pada pasien   HIV   di   Kabupaten   Jember   adalah   sebanyak (28,3%) dari  total  3.317  penderita.  Berdasarkan  model  PRECEDE/PROCEED (Predisposing, Reinforcing, and Enabling Constructs in Educational/Environmental Diagnosis and Evaluation), faktor yang memengaruhi terjadinya lost  to  follow up  pada pasien dengan HIV/AIDS dapat dikaji dengan menggunakan tiga faktor yaitu faktor predisposisi (predisposing factor), faktor pendorong (reinforcing factor) dan faktor pemungkin (enabling factor). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor risiko dominan kejadian lost to follow up pada pasien dengan HIV/AIDS dengan ARV di Puskesmas Sukowono dan Puskesmas Sumber jambe.
Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional menggunakan rancangan case control. Rancangan case control dilakukan berdasarkan perbandingan dua kelompok yaitu kelompok kasus (pasien HIV/AIDS dengan ARV yang lost to follow up) serta kelompok kontrol (pasien HIV/AIDS dengan ARV  yang  masih  dalam  perawatan).  Penelitian  ini  dilakukan  di  Puskesmas Sumberjambe dan Puskemas Sukowono, Kabupaten Jember. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2020 sampai dengan April 2020. Opulasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien HIV/AIDS dengan ARV yang berada di Puskesmas Sukowono dan Puskesmas Sumberjambe yaitu 102 orang. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini dilakuakan dengan menggunakan tehnik simple random sampling dimana sampel dipilih antara populasi secara acak. Besar sampel  ditentukan  berdasarkan  rumus  besar  sampel  pada  studi  kasus  kontrol. Besar sampel kelompok kasus (17 responden HIV/AIDSgdengangARVgyang mengalami lostgtogfollowgup) dan besar sampel kelompok kontrol (17 responden pasien HIV/AIDS dengan ARV yang masih dalam perawatan). Variabel independen pada penelitian ini adalah faktor predisposisi, faktor pendorong dan faktor  pemungkin  sedangkan  variabel  dependen  pada  penelitian  ini  adalah kejadian lost to follow up pada pasien HIV/AIDS. Analisis data penelitian ini menggunakan uji statistik regresi logistik sederhana dan dilanjutkan dengan uji regresi logistik ganda.
Hasil  dari  penelitian  ini  menunjukan  faktor  kepatuhan (p=0,025), pengetahuan  (p=0,041),  dan  sikap  (p=0,018)  merupakan  faktor  risiko  yang terbukti memengaruhi terjadinya Lost to Follow Up. Dari ketiga faktor risiko tersebut faktor sikap menjadi faktor paling dominan yang memengaruhi kejadian Lost To Follow Up dengan nilai odds ratio sebesar 34,798. Artinya terjadinya lost to follow up karena sikap yang menolak adalah 34,798 kali lebih besar dibandingkan dengan terjadinya lost to follow up karena sikap yang mendukung. | en_US |