| dc.description.abstract | Sebagian besar kolesterol yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan, jika seseorang mengkonsumsi makanan secara berlebih maka akan meningkatkan kadar kolesterol secara drastis, sedangkan protein adalah bagian dari semua sel hidup dan merupakan bagian terbesar tubuh sesudah air. Sejumlah besar protein secara normal melewati glomerulus tetapi tidak memasuki urin. Protein dalam urin dapat menunjukkan adanya kerusakan pada glomerulus. Adanya kolesterol dan protein yang berlebih di dalam urin sangatlah penting untuk menegakkan diagnosa penyakit, contoh penyakit yang dapat dialami akibat tingginya kadar kolesterol dan protein pada urin yaitu Penyakit Ginjal Kronik (PGK). Penyakit ginjal kronik adalah proses kerusakan pada ginjal atau penurunan laju filtrasi glomerular di bawah 60 mL/min/1,73 m2 dengan rentang waktu >3 bulan.
Oleh karena itu, diupayakan suatu teknologi untuk mendeteksi kolesterol dan protein pada urin yang siap digunakan setiap saat, tanpa membutuhkan waktu yang lama, mudah penggunaannya, dan harganya yang terjangkau. Salah satu teknologi yang dapat digunakan adalah sensor kimia berbasis reagen kering yang dapat dilakukan secara semikuantitatif dengan penglihatan mata biasa. Hal ini biasa disebut dengan sensor kimia. Sensor kimia yang dikembangkan berupa Lab Dalam Kepingan (LDK) yang berasal dari kertas saring berbahan serat selulosa untuk mendeteksi kolesterol dan protein pada urin secara cepat dan praktis dibandingkan dengan menggunakan larutan yang membutuhkan waktu yang lama.
Bentuk LDK yang dikembangkan terdiri dari 3 ruang yaitu 2 ruang tempat reagen dan 1 ruang untuk tempat sisa sampel. Kondisi optimum operasional LDK meliputi volume reagen optimum yang digunakan sebesar 1,3, sedangkan volume sampel optimum adalah 25. Konsentrasi enzim kolesterol oksidasi yang digunakan yaitu 5 U/mL dan larutan reagen 2’-azino-bis (3- ethylbenzthiazoline-6-sulfonic acid) yang digunakan adalah 5.000 mg/dL untuk deteksi kolesterol, sedangkan konsentrasi larutan reagen tetrabromophenol blue yang digunakan 1.000 mg/dL untuk deteksi protein. Intensitas warna yang digunakan untuk deteksi kolesterol adalah Mean Blue, sedangkan intensitas warna untuk deteksi protein yaitu Mean RGB yang diperoleh dari program aplikasi “Image J”.
Hasil karakteristik LDK meliputi: waktu respon yang dihasilkan LDK untuk mencapai nilai konstan untuk deteksi kolesterol 15 menit, sedangkan pada protein 10 menit. LDK sebagai sensor kimia memiliki koefisien korelasi dari linieritas yaitu 0,9999 untuk deteksi kolesterol dan 0,9996 untuk deteksi protein. Nilai LOD dan LOQ untuk deteksi kolesterol meliputi 0,76739270 mg/dL dan 2,30217800 mg/dL, sedangkan nilai LOD dan LOQ pada protein yaitu 0,81388880 mg/dL dan 2,44166600 mg/dL. LDK untuk deteksi kolesterol cukup sensitif dengan nilai slope 0,2882 mg/dL, sedangkan nilai sensitivitas pada protein sebasar 0,5044 mg/dL. LDK ini cukup selektif karena dengan adanya pengganggu asam urat dan glukosa pada sampel urin tidak mempengaruhi kerja reagen pada LDK dan nilai selektivitas yang diperoleh <5%. LDK ini juga memiliki nilai presisi dan akurasi yang baik. Nilai RSD yang diperoleh untuk deteksi kolesterol dan protein yaitu <5,3%, LDK untuk deteksi kolesterol dan protein cukup akurat dari hasil akurasinya yang telah memenuhi rentang persyaratan yaitu 90 – 107%. Waktu pakai pada LDK tidak dapat digunakan >1 hari pada suhu ruang, sedangkan waktu pakai pada suhu kulkas dapat digunakan sampai hari ke-6. | en_US |
