dc.description.abstract | Jenis penelitian ini adalah true experimental laboratories dengan
rancangan posttest only control group design. Sampel yang digunakan adalah
tikus galur wistar jantan berusia 3-4 bulan dengan berat 250-300 gram yang
memiliki kulit yang normal. Tikus sebanyak 48 ekor terbagi menjadi 4 kelompok
perlakuan. Kelompok kontrol negatif (K-) diberi membran tanpa ekstrak
edamame, kelompok kontrol positif (K+) diberi silver sulfadiazine, kelompok
perlakuan P1 dan P2 diberi membran dengan konsentrasi ekstrak edamame 40%
dan 60%. Pembuatan luka bakar derajat IIB dengan menempelkan besi aluminium
seluas 2 x 2 cm yang telah dipanaskan dengan suhu 70˚C pada punggung tikus
selama 5 detik. Setelah luka bakar terbentuk, maka dilakukan perawatan luka
sesuai kelompok. Pada hari ke-4, 10, dan 16 tikus diterminasi dan diambil
jaringan kulitnya untuk dianalisis kadar hidroksiprolinnya. Kadar hidroksiprolin
diukur serapannya pada panjang gelombang 557 nm menggunakan
spektrofotometer. Jumlah hidroksiprolin dalam sampel dihitung berdasar kurva
standar hidroksiprolin. Pada penelitian ini didapatkan rerata kadar hidroksiprolin pada hari ke-4
pada K+; K-; P1; P2 berturut-turut dalam satuan µg/100 mg yaitu 5198; 2625;
6368; 7708. Pada hari ke-10 yakni 9681; 7320; 9858; 12213 dan pada hari ke-16
6575; 9125; 3660; 3288. Kadar hidroksiprolin kelompok K+, P1, dan P2 berhasil
meningkat dari hari ke-4 sampai hari ke-10, kemudian kadar akan turun di hari ke16.
Namun, kadar hidroksiprolin kelompok K- konsisten meningkat dari hari ke-4 sampai hari ke-16. Hal ini menunjukkan adanya perlambatan fase proliferasi
sehingga kadar hidroksiprolin belum turun. Secara makroskopis, persentase
penyusutan luas luka pada K+; K-; P1; P2 berturut-turut adalah 74,12%; 49,68%;
75,25%; 79,18%. P2 menghasilkan persentase penyusutan luas luka yang terbesar,
sehingga P2 merupakan kelompok yang paling baik dalam penyembuhan luka.
Berdasarkan hasil tersebut, membran edamame dapat menghasilkan penyembuhan
luka yang baik dalam 16 hari dibandingkan dengan terapi menggunakan ekstrak
edamame kasar yang memerlukan waktu penyembuhan lebih lama. Selain itu,
membran edamame dapat memberikan kelembapan yang tahan lama sehingga
tidak perlu diaplikasikan setiap hari, melainkan hanya tiga hari sekali.
Hasil uji normalitas menunjukkan data terdistribusi normal (p > 0,05) dan
homogen. Data tersebut selanjutnya dianalisis dengan menggunakan uji anova dan
didapatkan nilai p < 0,05 yang menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan.
Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pada awal fase proliferasi
kadar hidroksiprolin akan meningkat sampai mencapai kadar tertinggi, lalu turun
di akhir fase proliferasi. Saran peneliti untuk penelitian selanjutnya adalah
perhitungan kadar hidroksiprolin sebaiknya dilakukan minimal lima kali, untuk
membentuk grafik parabola yang sempurna sehingga dapat diketahui pada hari ke
berapa kadar hidroksiprolin mulai turun. Penelitian mengenai evaluasi luka bakar
sebaiknya dilakukan selama 21 hari untuk melihat penutupan luka dan adanya
pembentukan scar. Selain itu, penelitian dengan membran sebaiknya
dibandingkan dengan tulle yang mempunyai basis sediaan yang sama. | en_US |