dc.description.abstract | Air limbah merupakan air yang tidak bersih dan mengandung berbagai
macam zat yang dapat membahayakan makhluk hidup. Air limbah yang
dihasilkan pada industri tembakau mengandung beberapa macam senyawa
organik yang dapat menyebabkan permasalahan lingkungan hidup. Kekeruhan
yang tinggi dapat mengganggu fotosintesis fitoplankton serta tidak layak
digunakan sebagai air konsumsi dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, perairan
yang mengandung fenol diatas baku mutu dapat menyebabkan iritasi, hipotermia,
pingsan, kerusakan hati, kelumpuhan, kanker serta koma. Oleh karena itu,
diperlukan suatu pengolahan pada limbah cair untuk menurunkan tingkat
kekeruhan dan konsentrasi fenol limbah sebelum dibuang ke lingkungan.
Koagulasi diyakini sebagai salah satu metode alternatif yang mudah, murah,
efektif dan efesien dalam menghilangkan bahan-bahan limbah yang berbentuk
koloid dengan menambahkan suatu koagulan. Tujuan dari penelitian ini yaitu 1)
untuk mengetahui pengaruh pH dari masing-masing koagulan terhadap efektivitas
pengolahan limbah cair Industri Bobbin, 2) untuk mengetahui pengaruh
penambahan massa koagulan dari masing-masing koagulan terhadap efektivitas
pengolahan limbah cair Industri Bobbin, 3) untuk mengetahui perbandingan
efektivitas masing-masing koagulan dalam pengolahan limbah cair Industri
Bobbin.
Penelitian ini dilakukan dengan beberapa variasi, yaitu jenis koagulan, pH
sampel dan massa koagulan yang digunakan. Percobaan pertama yaitu pengaruh
pH terhadap koagulasi sampel. Sampel divariasi pH-nya menjadi 8,9,10 dan 11
kemudian dikoagulasi menggunakan koagulan CaO dan dilakukan pengadukan
kurang lebih 1 jam. Sampel kemudian didiamkan, sampai terbentuk 2 fase,
dimana supernatan yang terbentuk kemudian diukur kekeruhan dan konsentrasi
fenolnya. Perlakuan yang sama dilakukan juga dengan menggunakan koagulan
yang berbeda, yaitu CaCO3.
Percobaan kedua yaitu pengaruh massa koagulan terhadap koagulasi
sampel. Sampel limbah cair dikondiskan pH-nya menjadi pH optimal. Sampel
selanjutnya ditambahkan koagulan CaO dengan variasi massa koagulan 1%, 2%,
3%, 4% dan 5% dalam 500 mL sampel, yang selanjutnya dilakukan pengadukan.
Supernatan yang dihasilkan kemudian diukur kekeruhan dan konsentrasi fenol.
Perlakuan yang sama dilakukan juga dengan menggunakan koagulan yang
berbeda, yaitu CaCO3.
Hasil yang diperoleh yaitu pH opimal dari kedua jenis koagulan (CaO dan
CaCO3), terjadi pada pH 10. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil setelah proses
koagulasi, dimana pH 10 pada kedua jenis koagulan menghasilkan kekeruhan
dalam sampel sebesar 4,42 NTU (CaO) dan 66,1 NTU (CaCO3), serta
menghasilkan sisa konsentrasi fenol dalam sampel sebanyak 0,65 mg/L (CaO) dan
0,91 mg/L (CaCO3). Sedangkan untuk penambahan masssa koagulan yang paling
optimal dari kedua jenis koagulan yaitu penambahan massa koagulan sebanyak
3%, dimana pada penambahan massa koagulan 3% menghasilkan sisa kekeruhan
dalam sampel sebesar 3,95 NTU (CaO) dan 59,3 NTU (CaCO3), serta
menghasilkan sisa konsentrasi fenol dalam sampel sebanyak 0,61 mg/L (CaO) dan
1,06 mg/L (CaCO3). Berdasarkan kedua variasi tersebut, koagualan yang paling
efektif dalam menurunkan kekeruhan dan konsentrasi fenol yaitu koagulan CaO. | en_US |