dc.description.abstract | Green diesel merupakan bahan bakar alternatif yang menyempurnakan
kelemahan biodiesel. Biodiesel memiliki kelemahan yaitu nilai bilangan cetane
yang rendah yakni 50-65 sedang green diesel memiliki bilangan cetane 70-90.
Green diesel adalah senyawa alkana yang dihasilkan dari minyak nabati (minyak
tumbuhan) melalui reaksi hidrogenasi. Produksi green diesel menggunakan gas
hidrogen yang mahal dan juga mudah terbakar sehingga alternatif yang adalah
mengganti gas hidrogen dari sumber lain (hidrogen transfer) yaitu asam format.
Katalis Ni-Mo/γ-Al2O3 adalah katalis heterogen yang sering digunakan untuk
memproduksi green diesel karena memiliki situs aktif yang mampu mengkonversi
hingga 92,9%. Faktor yang mempengahi produksi green diesel adalah suhu dan
jumlah hidrogen yang digunakan sehingga pada penelitian ini dilakukan variasi
suhu 200, 225, dan 250 ºC dengan perbandingan mol asam oleat:asam format 3:1;
4:1; dan 5:1.
Katalis Ni-Mo/γ-Al2O3 disintesis dengan metode impregnasi basah,
dengan 3%wt Ni dari prekursor Ni(NO3)2.6H2O ; 12%wt Mo dari prekursor
Ammonium Heptamolybdate Tetrahydrate dan 85%wt γ-Al2O3 dan dikalsinasi
selama 1 jam pada suhu 500 ºC. Katalis Ni-Mo/γ-Al2O3 dan γ-Al2O3
dikarakterisasi dengan XRD. Kinerja aktivitas katalis Ni-Mo/γ-Al2O3 diuji dengan
reaksi hidrogen transfer asam oleat dengan asam format. Hasil cairan yang
dieroleh dari semua variasi suhu dan perbandingan mol dihitung nilai konversinya
menggunakan GC dan dianalisis komponen senyawanya menggunakan GC-MS.
Hasil karakterisasi katalis Ni-Mo/γ-Al2O3 menggunakan XRD
menunjukkan jika Ni dan Mo dari prekursornya terdistribusi pada γ-Al2O3 namun
masih terdapat agregrat MoO3 yang disebabkan oleh suhu kalsinasi yang terlalu
tinggi dan juga konsentrasi Mo yang digunakan terlalu besar sedangkan tidak
ditemukan puncak difraktogram Ni. Analisis yang pertama dilakukan yaitu
pengaruh variasi perbandingan jumlah mol terhadap konversi. Semakin besar
perbandingan mol (3:1; 4:1; dan 5:1) yang digunakan maka nilai konversinya
meningkat yaitu dari 0,855%; 100% dan 100%. Semakin tinggi konsentrasi asam
format yang digunakan maka semakin banyak asam format yang terdekomposisi
menjadi H2. Analisis kedua yaitu pengaruh variasi suhu terhadap konversi
diperoleh suhu terbaik 200 oC dengan konversi 100% sedangkan pada suhu 225 oC
dan suhu 250 oC mengalami penurunan menjadi 89,740% dan 71,809%. Secara
teoritis semakin tinggi suhu reaksi yang digunakan dapat menghasilkan jumlah
gas H2 dari asam format yang dihasilkan semakin besar, sehingga jumlah reaksi
gas H2 dengan asam oleat juga semakin tinggi dan juga meningkatkan nilai
konversi. Namun pada penelitian ini semakin tinggi suhu maka nilai konversinya
semakin menurun yang dimungkingkan suhu yang digunakan terlalu tingi dan
juga hidrogenasi pada suhu sekitar 200oC terjadi reaksi addisi. Hasil analisis GCMS menunjukkan bahwa telah terjadi konversi asam oleat menjadi asam stearat
dengan reaksi yang terjadi yaitu reaksi addisi.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka kesimpulan yang
diperoleh yaitu katalis Ni-Mo/γ-Al2O3 hasil sintesis menunjukkan bahwa Ni
terimpregnasi merata pada penyangga γ-Al2O3 sedangkan Mo terbentuk agregrat
MoO3 yang disebabkan oleh tingginya suhu kalsinasi dan konsentrasi prekursor
yang terlalu besar. Asam format dengan jumlah mol yang besar akan
meningkatkan nilai konversi. Konversi tertinggi pada perbandingan mol 4:1 dan
5:1 sebesar 100% sedangkan pada peningkatan suhu, nilai konversi asam oleat
semakin menurun hal ini kemungkinan disebabkan oleh suhu 225ᵒC dan 250ᵒC
yang digunakan terlalu tinggi mengingat reaksi yang berlangsung adalah reaksi
hidrogen transfer dari asam format dimana asam format sebagai pelarut akan
menurunkan titik didih dari senyawa yang dikatalisis. Konversi tertingi diperoleh
pada suhu 200ᵒC dengan konversi sebesar 100%. Nilai konversi yang diperoleh
yaitu dari reaksi addisi asam oleat menjadi asam stearat. | en_US |