dc.description.abstract | Hasil penelitian ini menunjukkan kelompok perlakuan dengan pemberian ekstrak rosella dosis 0,17 mg/gBB (P1) mengalami penyembuhan paling cepat yaitu 7 hari, sedangkan pada kelompok kontrol negatif mengalami penyembuhan paling lambat, yaitu 11 hari. Kelompok perlakuan ekstrak rosella dengan dosis 0,33 mg/gBB (P2) dan dosis 0,66 mg/gBB (P3) sembuh dalam waktu berturut – turut pada hari ke 8 dan hari ke 9. Peningkatan jumlah hari sembuh pada pemberian dosis 0,33 mg/gBB dan dosis 0,66 mg/gBB dimungkinkan karena kandungan bioaktif sudah terlalu tinggi, sehingga fungsi antosianin, flavonoid, dan saponin dalam ekstrak rosella sudah tidak optimal. Kadar flavonoid sebagai antiinflamasi mengalami penurunan aktivitas pada konsentrasi ekstrak yang tinggi. Selain itu, penambahan kandungan antosianin sebagai antioksidan yang berlebihan akan memerusak jaringan. Pemberian saponin sebagai antibakteri dengan tingkat kepekatan ekstrak yang terlalu tinggi juga dapat menghambat saponin untuk menembus membran sel bakteri. Kelompok kontrol positif menggunakan Vitamin C terbukti juga dapat mempercepat waktu penyembuhan, yaitu 9 hari. Vitamin C mempuyai aktivitas antioksidan dengan menghambat kerusakan oksidatif terhadap suatu molekul target dan juga berperan sebagai bahan essensial dalam pembentukan kolagen dan elastin serta dalam proses penyembuhan luka. Dalam studi terbaru menunjukkan bahwa pH yang rendah dari Vitamin C berfungsi sebagai antibakteri karena pH rendah dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa ekstrak rosella dapat mengurangi diameter ulser dan mempercepat waktu penyembuhan ulser. Dosis ekstrak rosella yang paling efektif terhadap penyembuhan ulser pada tikus wistar adalah dosis 0,17 mg/gBB. | en_US |