Show simple item record

dc.contributor.advisorWIDAYATI, Nur
dc.contributor.advisorHAFAN, Jon
dc.contributor.authorMUHASHONAH, Hilma Izzuqi
dc.date.accessioned2020-11-16T03:35:47Z
dc.date.available2020-11-16T03:35:47Z
dc.date.issued2020-07-30
dc.identifier.nimNIM162310101175
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/101963
dc.description.abstractDiabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kronis menahun yang memerlukan pemeriksaan secara rutin ke fasilitas pelayanan kesehatan. Perawatan pasien DM meliputi manajemen aktivitas, nutrisi, diet, pengobatan, serta manajemen stres. Perubahan pola hidup tersebut akan berdampak kepada pasien DM dengan menunjukkan beberapa reaksi psikologis yang negatif seperti marah, merasa tidak berguna, kecemasan, dan stres. Ketika seseorang didiagnosis dengan penyakit baru, ia secara aktif akan mengembangkan kerangka mental dan peta tertentu terkait dengan penyakitnya. Seseorang memerlukan kecerdasan emosional dalam mengatasi reaksi psikologis yang dialami. Respon emosional berupa ketidakbahagiaan dapat ditimbulkan dari persepsi negatif seseorang terhadap penyakitnya sehingga hal ini dapat berdampak pada pengelolaan suatu penyakit dalam hal ini adalah proses perawatan dan pengobatan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan persepsi penyakit dengan kecerdasan emosional pada pasien DM tipe 2 di poli penyakit dalam RS tingkat III Baladhika Husada Kabupaten Jember. Penelitian ini menggunakan desain observasional analitik dengan metode cross sectional. Penelitian ini menggunakan 112 sampel dengan perhitungan menggunakan G*power 3 dengan standart effect size (γ) = 0,30, α = 0,05 dan power (1 – β) = 0,90. Teknik sampling yang digunakan adalah probability sampling dengan cara Systematic Sampling. Kuesioner yang digunakan adalah Brief-Illness Perception Questionnare (B-IPQ) untuk mengukur persepsi penyakit dan kuesioner kecerdasan emosional untuk mengukur kecerdasan emosional. Kuesioner B-IPQ terdiri dari 9 item pertanyaan dengan indikator pengaruh, waktu, kontrol, pengendalian penyakit, pengalaman, perhatian, pemahaman, serta emosi dengan nilai uji validitas r > 0.3 dan p = 95% (0.05) sertal uji reliabilitas menunjukkan nilai Cronbach alpha coefficient ialah 0.812. Sedangkan kuesioner kecerdasan emosional terdiri dari 30 pertanyaan dengan indikator mengenali emosi diri, mengelola emosi diri, memotivasi diri, empati, serta membina hubungan dengan orang lain dengan nilai uji validitas berkisar antara 0,316 sampai 0,634 dengan taraf signifikansi 5% (p= 0,05) r tabel sebesar 0,308 serta uji reliabilitas menunjukkan Alpha Cronbach 0,866. Analisa data menggunakan uji korelasi Spearmanrank dengan tingkat signifikansi 0,05. Penelitian ini sudah dilakukan uji kelaikan etik di Komisi Etik Penelitian Kesehatan (KEPK) FKG UNEJ dengan No.770/UN25.8/KEPK/DL/2019. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi penyakit pasien DM tipe 2 memiliki nilai tengah 40 (min-max; 9-61). Indikator persepsi penyakit memiliki nilai tertinggi yaitu indikator pengaruh dengan nilai median 10 sedangkan untuk indikator dengan nilai terendah yaitu indikator pemahaman dengan nilai median 0. Nilai kecerdasan emosional didapatkan sebesar 85,82 (sd;7,1). Indikator kecerdasan emosional memiliki nilai tertinggi yaitu memotivasi diri dengan rata-rata 3,5 sedangkan untuk indikator dengan nilai terendah yaitu mengelola emosi diri dengan rata-rata 2,3. Hasil uji statistik korelasi Spearman-rank menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi penyakit dengan kecerdasan emosional pasien DM tipe 2 di RS Tingkat III Baladhika Husada Kabupaten Jember ( p-value: 0,001 ; r: -0,607). Berdasarkan hasil yang didapat, hubungan antara persepsi penyakit dengan kecerdasan emosional bersifat kuat dan negatif. Berarti semakin rendah nilai persepsi penyakit, maka akan semakin tinggi nilai kecerdasan emosional yang dimiliki pasien DM tipe 2. Semakin pasien lebih menganggap penyakitnya sebagai suatu ancaman, maka akan semakin buruk tingkat kecerdasan emosionalnya. Persepsi penyakit akan menimbulkan pemilihan koping yang efektif yang dapat mempengaruhi emosional seseorang yang nantinya akan berdampak pada kualitas hidup. Persepsi penyakit merupakan suatu bentuk penilaian kognitif individu terhadap penyakitnya yang dapat menghasilkan reaksi emosional yang akan berpengaruh pada kesehatan mental dan fisik pasien DM tipe 2. Individu yang meyakini dirinya dalam keadaan baik akan memiliki dimensi fisik, mental dan mood yang positif. Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi penyakit dengan kecerdasan emosional pada pasien DM tipe 2 di poli penyakit dalam Rumah Sakit tingkat III Baladhika Husada Kabupaten Jember. Sebagai tenaga kesehatan, diharapkan perawat dapat memberikan edukasi kepada pasien sehingga timbul persepsi penyakit yang baik tentang DM tipe 2 dengan tujuan agar memunculkan kecerdasan emosional sehingga dampak psikologis dari penyekit dapat dikendalikan dengan baik.en_US
dc.language.isoInden_US
dc.publisherFakultas Keperawatanen_US
dc.subjectDiabetes Melitusen_US
dc.subjectKecerdasan Emosionalen_US
dc.subjectKeperawatan Pasienen_US
dc.titleHubungan Persepsi Penyakit dengan Kecerdasan Emosional pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Poli Penyakit Dalam Rumah Sakit Tingkat III Baladhika Husada Kabupaten Jemberen_US
dc.typeThesisen_US
dc.identifier.prodiIlmu Keperawatan
dc.identifier.kodeprodi2310101


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record