Show simple item record

dc.contributor.advisorINDRESWARI, Laksmi
dc.contributor.advisorSHODIKIN, M. Ali
dc.contributor.authorNOER, Ahmad Syahrian
dc.date.accessioned2020-11-13T00:55:31Z
dc.date.available2020-11-13T00:55:31Z
dc.date.issued2020
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/101920
dc.description.abstractFraktur radius distal merupakan fraktur yang paling sering terjadi pada manusia (Paulsen dan Waschke, 2010). Koval dan Zuckerman (2002) juga menyebutkan bahwa frakur ini merupakan salah satu fraktur yang paling sering terjadi pada ekstrimitas atas. Pada usia tua jatuh karena terpeleset bisa menyebabkan fraktur tersebut. Insidensi kejadian fraktur ini meningkat dengan tingginya resiko jatuh dan osteoporosis (Harris et al., 2017). Koval dan Zuckerman (2002) juga menyebutkan bahwa fraktur radius distal pada orang tua berhubungan dengan osteopenia dan meningkatnya usia. Fraktur radius distal menjadi salah satu jenis patah tulang yang paling umum terjadi, dengan lebih dari 640.000 kasus dilaporkan terjadi di Amerika Serikat selama tahun 2001 (Nellans, 2012). Pada Departemen Ortopedi di East Avenue Medical Center Philippines dari Januari sampai Desember 2005 terdapat 1.957 kasus yang masuk dan sebanyak 111 kasus merupakan fraktur radius distal (Dhakal dan Caro, 2012). Angka kejadian fraktur radius distal di Indonesia sendiri belum memiliki data yang tercatat dengan baik. Penelitian ini bertujuan mengetahui perbandingan hasil terapi operatif dan non operatif pada pasien fraktur radius distal dan untuk mengetahui perbandingan kemampuan aktivitas dan tingkat nyeri pada pasien fraktur radius distal pasca terapi operatif dan non oepartif. Jenis penelitian yang digunakan adalah analitik observasional dengan desain cross sectional. Penelitian ini dilakukan kepada pasien fraktur radius distal yang telah diterapi dengan tindakan operatif atau non operatif pada tahun 2015-2017 di RSD dr. Soebandi Jember, dan dilaksanakan di rumah masing-masing responden. Masing-masing sampel yang memenuhi kriteria inklusi diwawancarai degan menggunakan kuisioner PRWE. Penulis menggunakan data primer berupa kuesioner dan data sekunder berupa rekam medis pasien. Hasil yang diperoleh dianalisis dengan uji statistik Mann-Whitney U-test dengan nilai kemaknaan p< 0,05. Dari 19 sampel yang terbagi menjadi 9 sampel dengan terapi operatif, dan 10 sampel dengan terapi non operatif. Hasil uji Mann Withney menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan antara metode Operatif dan Non Operatif pada Kemampuan Aktivitas pasien dengan nilai signifikansi sebesar 0,088 (p>0,05). Pada Tingkat Nyeri yang dirasakan oleh pasien, nilai signifikansi uji Mann Withney sebesar 0,086 yang artinya tidak terdapat perbedaan tingkat nyeri yang dirasakan oleh pasien dengan menggunakan metode Operatif dan Non Operatif.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries142010101071;
dc.subjectKemampuan Aktivitasen_US
dc.subjectNyerien_US
dc.subjectPasienen_US
dc.subjectFraktur Radius Distalen_US
dc.subjectUsia Lanjuten_US
dc.subjectTerapi Operatif dan Non Operatifen_US
dc.titlePerbandingan Kemampuan Aktivitas dan Tingkat Nyeri Pada Pasien Fraktur Radius Distal Usia Lanjut Pasca Terapi Operatif Dan Non Operatifen_US
dc.typeThesisen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record