dc.description.abstract | Pada zaman modern ini, kemajuan teknologi baik dalam industri kecil
sampai industri besar sekalipun bahkan dalam berbagai peralatan rumah tangga
semua peralatan didalamnya tidak terlepas dengan sebuah motor, tak terkecuali
pada bidang transportasi. Kendaraan yang ramah lingkungan menjadi salah satu
trending di mata kostruktor alat transportasi didunia untuk berlomba-lomba dalam
pengembangan teknologi alat transportasi, baik itu kendaraan yang beroda empat
maupun kendaraan yang beroda dua, yang berbasis teknologi hybrid ataupun
elektrik.
Motor BLDC yaitu alternatif pengganti motor DC. Motor ini adalah salah
satu jenis motor yang popularitasnya mulai naik. Seiring berkembangnya teknologi,
motor BLDC semakin mudah diproduksi dan dikendalikan. Motor BLDC cocok
digunakan pada aplikasi yang membutuhkan efisiensi tinggi, handal dan rentang
kecepatan yang lebar. (Hui yang, 2013). Motor Brushless DC (BLDC) adalah salah
satu jenis motor DC yang memiliki magnet permanen yang berada di bagian rotor
dan kumparan jangkar pada stator. Terdapat dua jenis motor BLDC jika dilihat dari
segi arah aliran fluxnya, yaitu Axial flux BLDC dan radial flux BLDC. Konstruksi
motor Brushless DC (BLDC) axial flux brushless DC pada dasarnya terdiri dari
sebuah piringan rotor yang dapat berputar dengan beberapa magnet yang menempel
di sisi luasannya dan satu lagi bagian stator yang berisi inti dengan konduktorkonduktor yang dibelitkan pada slot-slot stator sebagai pengakomodasi piringan
rotor untuk bisa berputar. (Achmad Abdul Ghoni, 2015).
Jika dilihat dari segi penilitian, didapatkan beberapa topik yang dapat
ditemui. Dari beberapa penelitian tersebut, terdapat beberapa fokus penelitian
pertama penelitian tentang rancang bangun motor brushless direct current tiga fasa
axial fluks (Reqzy, 2019). Kedua yang berkaitan dengan controller yang digunakan
untuk dapat mengendalikan motor BLDC, baik dalam aspek topologi pengendalian
dan juga desain hardware (Pina et al., 2017; Naresh et al., 2018; Tutaj et al., 2018).
Sedangkan apabila penelitian BLDC lebih difokuskan pada topik penelitian
yang erat kaitannya dengan pengendalian kecepatan motor BLDC, maka beberapa
teknik pengendalian telah banyak digunakan. Salah satunya adalah pengalikasian
artificial intellegence sebagai intellegence control pada pengendalian motor
BLDC. Diantara beberapa penelitian tersebut adalah BLDC dengan menggunakan
Fuzzy sebagai pengendaliannya (Kumari, 2018), kemudian ANFIS (Yashoda &
O., 2016), dan juga Artificial Neural Network (Muhammad Nizam, 2013).
Oleh sebab itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui performa
dari motor BLDC dengan cara membandingkan pengendalian kecepatan dari motor
BLDC menggunakan kontrol Artificial Neural Network dan kontrol Adaptive Neuro
Fuzzy Inference System. Sedangkan target dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui bagaimana peforma terbaik yang akan dinilai berdasarkan assement
sistem kendali dan juga untuk mengetahui serta mencari sistem kendali yang
memiliki respon terbaik dalam artian memiliki waktu steady state yang tercepat dan
juga dicari nilai terbaik dari parameter assement sistem kendali.
Dari beberapa hasil telah didapatkan menunjukkan bahwa pada segi
pengujian skenario 1 yaitu untuk mengetahui respon sistem dari masing – masing
sistem kendali, ANN memiliki nilai rise time rata – rata yang terbaik dibandingkan
dengan lainnya. Untuk nilai Rise time ANN memiliki performa 1,59 kali lebih baik
dibandingkan dengan kendali ANFIS dan 1,03 kali lebih baik dibandingkan dengan
Fuzzy. Ini berarti ANN memiliki respon yang lebih cepat atau peka dibandingkan
dengan sistem kendali lainnya. Namun dari sisi kecepatan agar sampai pada titik
setpoint (settling time), ANN membutuhkan waktu sebesar 0,01999 detik, untuk
Fuzzy sebesar 0,0264 detik, sedangkan untuk ANFIS membutuhkan waktu sebesar
0,03231 detik.
Apabila masing – masing sistem kendali dibandingkan dari sisi overshoot
ataupun overdamp yang terjadi, maka dapat diketahui bahwa ANFIS memiliki nilai
yang cukup kecil dibandingkan dengan Fuzzy dan ANN, atau ANFIS memiliki
performa 3,72 kali lebih baik dibandingkan Fuzzy dan 3,38 kali lebih baik
dibandingkan ANN . Namun ANFIS dan ANN memiliki selisih nilai sebesar
6,21%. Nilai tersebut dilihat dari kecilnya nilai rerata overshoot dan overdamp yang
dihasilkan serta nilai balok pada grafik yang lebih kecil dibandingkan dengan
sistem kendali yang lain.
Dengan memanfaatkan beberapa informasi yang telah disimpan pada
simulasi yang telah dilakukan (waktu simulasi, respon kecepatan, setpoint dan
error), maka dengan menggunakan persamaan 2.14, nilai dari masing – masing
sistem kendali dapat diketahui. Hasil dari assemen menggunakan standart assement
ini dapat dilihat pada Tabel 4.6. Dari Tabel 4.6 menunjukkan bahwa ANN memiliki
performa yang lebih baik dibandingkan dengan lainnya. Hal ini dapat dilihat dari
parameter MAE (keajegan atau kestabilan) sistem kendali. | en_US |