dc.description.abstract | Permasalahan kesehatan gigi dan mulut di Indonesia menurut Hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2018 persentasenya sebesar 57,6%.
Penyakit periodontal penduduk Indonesia mempunyai prevalensi yang cukup
tinggi yaitu sebesar 96,58%. Penyakit periodontal diawali peradangan di jaringan
gingiva dan berlanjut ke struktur jaringan penyangga gigi yaitu sementum,
ligamen periodontal dan tulang alveolar. P. gingivalis merupakan salah satu ‘key
pathogen’ dimana P. gingivalis sangat terkait dengan status dan perkembangan
penyakit periodontal. Invasi P. gingivalis menyebabkan inflamasi yang kemudian
bakteri akan mengeluarkan endotoksin dan merangsang fosfolipid untuk
melepaskan asam arakidonat. Metabolisme asam arakidonat menyebabkan
terjadinya proses inflamasi yang mengakibatkan degradasi pada proliferasi sel
fibroblas yang memproduksi kolagen untuk memperbaiki kerusakan pada
jaringan.
Penyakit periodontal dapat diberikan terapi obat Tantum Verde yang
merupakan obat antiinflamasi non steroid. Obat ini dapat menimbulkan efek
samping berupa gatal, ruam, pembengkakan atau kemerahan pada kulit dan mengi
sehingga dibutuhkan alternatif lain guna mengurangi efek samping yang
ditimbulkan seperti bahan alam yaitu Daun Ungu (Graptophyllum pictum L.
Griff). Daun ungu mempunyai kandungan alkaloid, saporin, tannin dan flavonoid.
Kandungan – kandungan tersebut berguna sebagai antiinflamasi sehingga proses
inflamasi dapat berkurang dan penurunan serat kolagen dapat diminimalisir.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh pemberian ekstrak daun
ungu dan mengetahui perbedaan pemberian ekstrak daun ungu konsentrasi 2,5%,
5% dan 10% terhadap serat kolagen tikus wistar diinduksi bakteri Porphyromonas
gingivalis.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental laboratoris dengan
rancangan penelitian post-test only control group design. Terdapat 6 kelompok
yang masing- masing terdapat 5 ekor tikus Wistar jantan yang diberi perlakuan
selama 7 hari. Kelompok tersebut adalah kelompok normal (KN) yaitu kelompok
tanpa induksi bakteri P.gingivalis dan obat, kelompok kontrol negatif (K-) yaitu
kelompok yang diinduksi bakteri P.gingivalis dan diberi Aquades, kelompok
kontrol positif (K+) yaitu kelompok yang diinduksi bakteri P.gingivalis dan diberi
obat tantun verde, kelompok perlakuan 2,5% (K2,5%) yaitu kelompok yang
diinduksi bakteri P.gingivalis dan diberi ekstrak daun ungu konsentrasi 2,5%,
kelompok perlakuan 5% (K5%) yaitu kelompok diinduksi bakteri P.gingivalis dan
diberi ekstrak daun ungu konsentrasi 5%, kelompok perlakuan 10% (K10%) yaitu
kelompok yang diinduksi bakteri P.gingivalis dan diberi ekstrak daun ungu
konsentrasi 10%. Induksi P.gingivalis 0,05ml sebanyak tiga kali selama 7 hari.
Pemberian tantum verde dan ekstrak daun ungu secara irigasi 0,27ml sehari sekali
selama 7 hari. Tikus Wistar jantan didekaputasi pada hari ke 8 dan diambil bagian
rahang bawah kiri untuk pembuatan sediaan preparat dan pewarnaan
menggunakan Trichrome Mallory dilanjutkan dengan pengamatan.
Data hasil analisis menunjukkan adanya perbedaan bermakna pada
kepadatan kolagen gingiva tikus Wistar, ditandai dengan nilai signifikansi p<0,05,
yaitu kelompok K- terhadap kelompok KN, K5%, K10%, kelompok KN terhadap
kelompok K+, K2,5%, K10%, kelompok K+ terhadap K10%. Namun pada
beberapa kelompok lain menunjukkan tidak adanya perbedaan bermakna. Pada
kelompok perlakuan, yaitu kelompok yang diinduksi bakteri P. gingivalis dan
diberi ekstrak daun ungu konsentrasi 2,5%, 5% dan 10% , memiliki hasil rata –
rata kepadatan kolagen yang lebih tinggi dibanding kelompok KN, K- dan K+.
Hasil rata – rata kepadatan kolagen kelompok K2,5% yaitu 119,22 lalu kelompok
K5% yaitu 120,43 dan kelompok K10% yaitu 123,06. Kesimpulannya yaitu
Ekstrak daun ungu berpengaruh dalam meningkatkan kepadatan serat kolagen
gingiva tikus Wistar yang diinduksi bakteri P. gingivalis. | en_US |