Show simple item record

dc.contributor.advisorDJUMHARIYANTO, Dwi
dc.contributor.advisorMUTTAQIN, Aris Zainul
dc.contributor.authorRAMADHAN, Febrianda Rahmatul
dc.date.accessioned2020-11-04T01:23:57Z
dc.date.available2020-11-04T01:23:57Z
dc.date.issued2020
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/101637
dc.description.abstractPT. Kemasan Ciptatama Sempurna adalah perusahaan yang bergerak di bidang kemasan yang berlokasi di Desa Randupitu Kecamatan Gempol kabupaten Pasuruan sejak tahun 1995. Proses kemasan dikelompokkan menjadi 3 tahap yaitu, . Departement Plant Product Invetory Central (PPIC) khususnya pada shape molding memiliki peranan penting dalam proses pengolahan produksi. Untuk mejaga proses berjalannya produksi, maka perusahaan senantiasa melakukan perubahan penjadwalan dan perawatan mesin. Maintenance dapat bermakna perawatan atau perbaikan supaya dapat beroperasi secara maksimal. Berdasarkan data pada departemen PPIC ditemukan kerugian (losses) pada mesin shape molding berupa kegagalan pada steam houl, selang bahan tidak berfungsi dan lainnya dengan total downtime hingga 598,18 jam dan 61 kegagalan pada bulan Oktober 2018 hingga September 2019. Shape molding adalah salah satu produksi mesin pada departemen PPIC yang merupakan mesin digunakan untuk memproses bahan baku menjadi bahan produk, dimana mold cetakan styrofoam di bongkar sesuai dengan produk yang akan dikerjakan. Komponen utama shape molding adalah mold, silo, motor listrik, steam houl, tabung air pendingin, control panel, chain host. Salah satu usaha untuk menentukan tugas pemeliharaan yang ada pada mesin shape molding menggunakan metode reliability centered maintenance (RCM). RCM berfungsi untuk mengatsi penyebab dominan terjadinya kegagalan yang nantinya akan membawa pada keputusan maintenance yang berfokus pada pencegahan terjadinya jenis kegagalan yang sering terjadi. Failure mode and Effect analysis (FMEA) merupakan metode yang digunakan untuk mengidentifikasi bentuk kegagalan yang mungkin menyebabkan setiap kegagalan fungsi dan untuk memastikan pengaruh kegagalan berhubungan dengan setiap bentuk kegagalan. Identifikasi FMEA meliputi failure cause dan failure effect. Dalam FMEA, dapat dilakukan perhitungan Risk Priority Number (RPN) untuk menentukan tingkat prioritas dari suatu kegagalan. RPN merupakan hubungan antara tiga buag variabel yaitu severity (tingkat keparahan), occurance (frekuensi kejadian), dan detection (deteksi kegagalan) yang menunjukkan tingkat resiko yang mengarah pada tindakan perbaikan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan nilai availability tertinggi pada bulan April 2019 yaitu sebesar 76,49% sedangkan nilai availability terendah terjadi pada bulan Februari 2018 yaitu sebesar 55,73%. Berdasarkan standar nilai availability yang diterapkan oleh pabrik sebesar 70% sehingga mesin dapat beroperasi dalam waktu yang tersedia sehingga niai rata-rata availability mesin yaitu 74,86% dan hasil analisa dari FMEA dan penilaian resiko dengan RPN menunjukkan bahwa komponen kritis yang perlu mendapatkan prioritas utama atau memiliki tingkat kepentingan tinggi untuk diperhatikan (need most attention) didapat pemilihan komponen kritis penyebab terjadinya kegagalan pada mesin shape molding adalah steam houl (210 RPN), chain hoist (108 RPN), motor listrik (70 RPN), tabung air (70 RPN), control panel (60 RPN), selang angin (54 RPN), mold (50 RPN), silo mesin (40 RPN), bahan selang (36 RPN). Steam houl mengalami kegagalan sebanyak 21 kali atau 34,43% dari total 61 frekuensi kegagalan dalam periode 1 tahun terhitung mulai bulan Oktober 2018 sampai September 2019.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries151910101049;
dc.subjectPerawatanen_US
dc.subjectShape Mouldingen_US
dc.subjectReliability Centered Maintenance (Rcm)en_US
dc.titleAnalisa Perencanaan Perawatan Shape Moulding Dengan Metode Reliability Centered Maintenance (Rcm) di PT. Kemasan Ciptatama Sempurnaen_US
dc.typeThesisen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record