dc.description.abstract | Bumbu tabur balado (balado seasoning powder) merupakan salah satu
bumbu instan dengan rasa balado yang mengandung monosodium glutamat
(MSG) guna memberikan rasa gurih atau umami pada makanan. MSG adalah
garam monosodium alami berbentuk asam L-glutamat. Berdasarkan Food and
Drug Administration (FDA) dan Federation of American Societies for
Exprimental Biology (FASEB) rekomendasi kadar penggunaan MSG sebesar
0,1%-0,8% atau setara dengan 1–8 gram/kg makanan, baik tanpa penambahan
penyedap rasa lain ataupun dengan dikombinasikan dengan penyedap rasa lainnya
(Maluly dkk., 2017), namun dikarenakan tidak terteranya kadar MSG dalam label
kemasan produk bumbu instan dan juga dengan tidak adanya batasan spesifik
pengonsumsian MSG dari BPOM menyebabkan konsumen cenderung
mengonsumsi MSG secara berlebihan. Federation of American Societies for
Exprimental Biology (FASEB) melaporkan bahwa konsumsi MSG secara
berlebihan pada sebagian orang dapat menyebabkan terjadinya MSG Symptom
Complex. Beberapa penelitian juga melaporkan bahwa efek toksik dari konsumsi
MSG dalam kadar tinggi dapat memengaruhi fungsi organ tertentu seperti
kerusakan organ hati, ginjal, terganggunya perkembangan embrio, dan disfungsi
reproduksi.
Pada penelitian penetapan kadar MSG dilakukan menggunakan metode
NIR-Kemometrik. Metode spektroskopi NIR dipilih karena memiliki beberapa
kelebihan diantaranya non destruktif terhadap sampel, dapat menganalisis sampel
dengan cepat, dan efisien dalam penggunaannya. Data spektra yang dihasilkan
dari instrumen NIR cukup kompleks dan saling tumpang tindih, sehingga
membutuhkan analisis multivariat berupa kemometrik. Analisis multivariat yang
digunakan pada penelitian ini yaitu Partial Least Square (PLS), Principal
Component Regression (PCR), dan Support Vector Regression (SVR). Kadar
MSG pada bumbu tabur balado ditetapkan menggunakan metode KLTDensitometri
sebagai metode pembanding. Tujuan dilakukan penelitian ini untuk
mengetahui apakah metode NIR-Kemometrik dapat digunakan sebagai metode
penetapan kadar MSG pada bumbu tabur balado dan apakah terdapat perbedaan
yang signifikan antara kadar MSG yang didapat dari metode NIR-Kemometrik
dengan KLT-Densitometri.
Berdasarkan hasil penelitian, model PLS merupakan model kalibrasi
terpilih yang memberikan hasil terbaik dengan nilai R2 kalibrasi sebesar
0,983063; nilai R2 validasi sebesar 0,9783918; RMSEC sebesar 0,627323;
RMSECV sebesar 0,7112128. Model yang telah terbentuk kemudian divalidasi
menggunakan metode LOOCV (Leave One Out Cross Validation) dan 2-FCV (2-
Fold Cross Validation). Hasil validasi LOOCV telah memenuhi parameter nilai
R2 > 0,91 dan hasil validasi 2-FCV menghasilkan nilai R2 sebesar 0,9996809.
Model PLS yang telah divalidasi kemudian diaplikasikan pada sampel
nyata berupa bumbu tabur balado yang ada di pasaran dengan merek Antaka ®,
KingMax ®, MamaQu ®, dan Venus ®. Kadar MSG yang diperoleh dengan
metode NIR-Kemometrik pada bumbu tabur balado merek Antaka ® sebesar
9,826%; KingMax ® sebesar 5,615%; MamaQu ® sebesar 1,416%; dan Venus ®
sebesar 1,201%. Hasil analisis kemudian dibandingkan dengan kadar MSG yang
diperoleh dari metode KLT-Densitometri. Hasil penetapan kadar MSG kedua
metode tersebut kemudian dianalisis dengan Uji T Sampel Berpasangan untuk
mengetahui ada tidaknya perbedaan yang signifikan dari kedua metode. Hasil
analisis menunjukkan bahwa kadar yang diperoleh dari kedua metode tidak
memiliki perbedaan yang signifikan karena menghasilkan nilai signifikansi
sebesar 0,741 (>0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa metode NIRKemometrik
dapat diaplikasikan sebagai metode penetapan kadar MSG pada
bumbu tabur balado yang beredar di pasaran. | en_US |