Antibiogram Kasus Bedah Saraf Rsd Dr. Soebandi Kabupaten Jember Periode Januari–September 2019
Abstract
Infeksi nosokomial atau Healthcare-acquired Infection (HAI) adalah infeksi
yang muncul pertama kali (onset) dalam waktu 48 jam sejak seseorang masuk
rumah sakit. Penyakit ini menjadi salah satu ancaman utama untuk keselamatan
pasien karena dapat meningkatkan morbiditas, mortalitas, beban biaya, dan
pemanjangan waktu tinggal di rumah sakit. The Centers for Disease Control and
Prevention (CDC) menjelaskan bahwa hampir 1,7 juta pasien terkena infeksi
nosokomial saat menjalani perawatan dan lebih dari 98.000 (1 dari 17 pasien)
meninggal karena penyakit ini setiap tahunnya. Selain infeksi nosokomial
ancaman utama kedua bagi keselamatan pasien dalah munculnya bakteri resisten
antibiotik. The Centers for Disease Control and Prevention (CDC)
memperkirakan, di Amerika Serikat BRA dapat menyebabkan 2 juta kasus dengan
jumlah kematian sekitar 23.000 jiwa pertahun. Timbul dan berkembangnya BRA
ini disebabkan oleh tekanan seleksi (Selection pressure) yang sangat erat
kaitannya dengan penggunaan antibiotik yang tidak rasional dan penyebaran
langsung dari strain bakteri yang sudah resisten. Dalam penelitian oleh Liu dkk.,
(2015), departemen bedah saraf merupakan departemen kedua setelah ICU dengan
angka nosokomial tertinggi. Namun hingga saat ini kasus bedah saraf di RSD dr.
Soebandi masih belum memiliki antibiogram yang dapat digunakan sebagai
pedoman terapi empiris. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat
antibiogram kasus bedah saraf di RSD dr. Soebandi Kabupaten Jember.
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Data yang digunakan adalah data
sekunder yang didapat dari data rekam medis pasien dengan kasus bedah saraf di
RSD dr. Soebandi pada Bulan Januari sampai dengan September 2019. Adapun
data yang dihimpun berupa nomor rekam medis, usia, jenis kelamin, diagnosis,
ruang perawatan, length of stay (LOS), tanda-tanda vital, alat penunjang, terapi tindakan, terapi antibiotik, tanggal kultur, indikasi kultur, jenis spesimen, jenis
bakteri, dan sensitivitas antibiotik. Sampel dipilih menggunakan teknik total
sampling. Hal ini sering dilakukan pada penelitian yang bertujuan membuat
generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil.
Sebanyak 1376 pasien mendapat pelayanan kesehatan dari KSM Bedah
Saraf RSD dr. Soebandi terhitung sejak 1 Januari sampai dengan 30 September
2019. Dari 1376 pasien tersebut, sebanyak 35 pasien atau 2,5% menjalani
pemeriksaan kultur dan uji sensitivitas antibiotik. Dari 35 Data Rekam Medis
(DRM) pasien tersebut didapatkan sebanyak 48 isolat. Keseluruhan isolat ini
berasal dari 6 jenis spesimen yang berbeda, yakni: sputum, pus, darah, urin, liquor
cerebrospinal (LCS), dan jaringan. Dari keseluruhan sampel didapatkan sebanyak
26 merupakan pasien laki-laki (74,2%) dan 9 pasien perempuan (25,8%).
Permintaan kultur tertinggi berada pada interval usia 15-24 tahun (34,3%). Jenis
spesimen didominasi oleh spesimen sputum (77%). Diagnosis terbanyak adalah
cedera otak berat (51,4%). Dari 38 bakteri yang teridentifikasi terdapat 19 jenis
bakteri yang berbeda. Sebanyak 25 bakteri diantaranya adalah bakteri gram
negatif (65,8%), 13 sisanya merupakan bakteri gram positif (34,2%). Bakteri gram
negatif didominasi oleh K. pneumoniae (15,8%), P. aeruginosa (13,2%), dan A.
baumanii (7,9%). Sebanyak 13 bakteri garam positif yang teridentifikasi
didominsai oleh bakteri K. varians (13,2%). Dari penelitian ini didapatkan
antibiotik dengan sensitivitas diatas 50% adalah Penicillin (67%), Amikacin
(75%) dan Metronidazole (75%). Adapun antibiotik yang resisten adalah
Ampicillin-Sulbactam, Clyndamycin, Ampicillin, Cefadroxil, Cefazolin, Cefixim,
Ceftriaxone dan Vancomycin.
Pemeriksaan kultur sebaiknya dilakukan secara rutin. Terutama bagi pasien
dengan kasus bedah saraf. Hal ini diperlukan untuk menentukan terapi definitif
dan menghasilkan antibiogram yang ter-update setiap tahunnya. Selain melakukan
pemeriksaan kultur bakteri, pemeriksaan mikroba lain seperti jamur, virus,
protozoa, dan lain-lain juga perlu dilakukan mengingat patogen penyebab infeksi
nosokomial bukanlah semata karena bakteri.
Collections
- UT-Faculty of Medical [1487]