Dampak Pergeseran Musim Terhadap Produktivitas Tanaman Pangan (Pajale) dan Strategi Adaptasi Pada Lahan Rawan Kering di Kabupaten Situbondo
Abstract
Dampak mengenai pergeseran musim merupakan isu penting diIndonesia yang
saat ini masih hangat untuk dibicarakan terkait dengan kualitas hasil pertanian
khususnya tanaman pangan. Sektor pertanian memiliki sensitifitas tinggi terhadap
perubahan iklim yang berdampak pada pola tanam, waktu tanam, jadwal irigasi.
Produksi pangan di Indonesia khususnya padi, jagung dan kedelai mengalami
kemerosotan akibat intensitas curah hujan yang tidak menentu. Akibatnya
pemerintah dan petani kesulitan dalam melakukan penyediaan produksi pangan
sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan mengetahui pengaruh perubahan
pola distribusi musim hujan terhadap produktivitas tanaman padi, jagung, dan
kedelai dengan menggunakan variabel hujan berupa data curah hujan, panjang
musim hujan, dan jumlah dekade basah. Untuk mengetahui tingkat kekeringan di
kabupaten Situbondo digunakan pembanding data SPI dalam korelasinya dengan
produktivitas tanaman padi, jagung, dan kedelai.
Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Situbondo yang terdiri dari 17
kecamatan pada Agustus 2020 hingga Februari 2021. Data curah hujan 25 tahun di
seluruh kecamatan serta produktivitas 10 tahun terakhir dikumpulkan dari Dinas
Pekerjaan Umum dan Dinas Pertanian. Kerusakan atau kehilangan data pada tahun
tertentu dilengkapi dengan metode pendekatan menghitung rata-rata pada tahun
sebelum dan sesudahnya. Analisis deskriptif dan regresi korelasi digunakan dalam
penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan telah terjadi pergeseran tipe iklim Oldeman
(1975) di kabupaten Situbondo menjadi lebih kering dalam periode 25 tahun. Tujuh tipe iklim yang berubah yaitu B1, B2, C2, C3, D2, D3, E, menjadi 3 tipe iklim C3,
D3, dan E4 yang menandakan hilangnya tipe iklim B1, B2, C2, dan D2.
Komoditi jagung dan kedelai di beberapa kecamatan merupakan komoditas
yang paling sensitif terhadap perubahan pola hujan berdasarkan korelasi 3 (tiga)
variabel hujan. Grafik korelasi pada kedua komoditi diatas memiliki korelasi yang
signifikan dengan r-hitung lebih besar atau sama dengan r-tabel (0,521), sehingga
jagung dan kedelai sangat bergantung pada intensitas curah hujan dan panjang
musim hujan.
Produksi padi (sawah dan ladang) pada saat El Nino terjadi penurunan sebesar
6,33% dan meningkat saat La Nina 7,34% . Produksi Jagung saat El Nino
meningkat sebesar 0,42% dan menurun 3,79% saaat La Nina. Produksi kedelai saat
El Nino meningkat sebesar 17,67% dan menurun 0,94% saat La Nina.
Kesimpulan yang bisa ditarik adalah dari 17 kecamatan yang diteliti, 11
kecamatan mengalami pergeseran musim hujan menjadi 0,08 - 4,45% lebih panjang
dan menurunkan rata-rata produktivitas padi sebesar 69,5 ku/ha menjadi 57,4
ton/ha, meningkatkan produktivitas jagung sebesar 43,2 ku/ha ke 57,5 ku/ha dan
menurunkan produktivitas kedelai 8,1 ku/ha menjadi 14,1 ku/ha.
Kecamatan yang paling terdampak fenomena El Nino adalah kecamatan
Sumbermalang. Total produktivitas padi mengalami penurunan 3,78%,
produktivitas jagung mengalami peningkatan sebesar 0,42%, produktivitas kedelai
mengalami peningkatan sebesar 17,73%. Kecamatan yang paling terdampak
fenomena La Nina adalah kecamatan Jangkar, total produktivitas padi mengalami
peningkatan 7,34 %, produktivitas jagung mengalami penurunan 3,79%, dan
produktivitas kedelai mengalami penurunan 0,94%.
Collections
- MT-Agronomy [35]