Show simple item record

dc.contributor.authorNastiti, Fauzia Ken
dc.date.accessioned2019-10-23T02:44:35Z
dc.date.available2019-10-23T02:44:35Z
dc.date.issued2019-07-22
dc.identifier.nim152210101031
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/xmlui/xmlui/handle/123456789/93589
dc.description.abstractPenyakit infeksi merupakan penyakit yang banyak terjadi di Indonesia dan juga menjadi penyebab 22% kematian di dunia. Salah satu penyebab penyakit infeksi yaitu dikarenakan bakteri Staphylococcus aureus. S. aureus merupakan bakteri flora normal pada manusia yang bisa bersifat patogen. S. aureus dapat menyebabkan staphylococcal scalded skin syndrome dengan kematian akibat penyakit tersebut pada anak-anak sangat rendah (1-5%), sedangkan pada orang dewasa lebih tinggi (50-60%); infeksi pada jaringan lunak, infeksi osteoartikular, bakteremia, endokarditis, pneumonia dan sepsis. Terapi farmakologis infeksi bakteri biasanya dilakukan dengan penggunaan antibiotik, akan tetapi saat ini adanya kecenderungan tren pengobatan dengan memanfaatkan tumbuhan sebagai sumber pengobatan. Salah satu tumbuhan yang berpotensi sebagai antibakteri yaitu rimpang jahe (Zingiber officinale). Dalam penelitian ini dilakukan uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol dan fraksi rimpang tiga varietas jahe yaitu jahe emprit, jahe gajah, dan jahe merah terhadap pertumbuhan S. aureus dengan menggunakan metode difusi cakram. Fraksi yang digunakan yaitu fraksi heksana, dan etil asetat yang diperoleh dari fraksinasi bertingkat menggunakan corong pisah. Kontrol negatif yang digunakan pada penelitian ini yaitu DMSO 10% dan kontrol positif disk gentamisin 10 μg. Berdasarkan hasil pengujian antibakteri diameter zona hambat yang dihasilkan rimpang jahe emprit pada konsentrasi 5, 10 dan 20% memiliki rata-rata zona hambat berturut-turut 7,84; 8,30; dan 8,41 mm untuk ekstrak etanol; 8,51; 9,69; dan 9,80 mm untuk fraksi heksana; dan 6,8; 8,32; dan 8,66 mm untuk fraksi etil asetat. Diameter zona hambat yang dihasilkan rimpang jahe gajah pada konsentrasi 5, 10 dan 20% memiliki rata-rata zona hambat berturut-turut 7,74; 7,96; dan 8,20 mm untuk ekstrak etanol; 8,12; 9,3; dan 9,78 mm untuk fraksi heksana; dan 7,74; 8,18; dan 8,51 mm untuk fraksi etil asetat. Dan diameter zona hambat yang dihasilkan rimpang jahe merah pada konsentrasi 5, 10 dan 20% memiliki rata-rata zona hambat berturut-turut 7,93; 8,19; dan 9,22 mm untuk ekstrak etanol; 8,36; 8,75; dan 9,90 mm untuk fraksi heksana; dan 7,57; 7,89; dan 8,51 untuk fraksi etil asetat. Dari semua sampel yang memiliki zona hambat paling besar adalah pada konsentrasi 20%. Varietas jahe yang memiliki zona hambat paling besar adalah pada jahe merah. Menurut uji statistika, fraksi heksana memiliki daya hambat yang lebih besar dan berbeda signifikan dengan ekstrak etanol dan fraksi etil asetat. Apabila dibandingkan antar varietas, fraksi heksana dan juga fraksi etil asetat tidak memiliki perbedaan yang signifikan pada varietas yang berbeda. Ekstrak etanol pada antar varietas memiliki perbedaan yang signifikan satu sama lain. Ekstrak etanol jahe merah memberikan aktivitas yang paling besar dibandingkan dengan jahe gajah dan jahe emprit. Sehingga pada fraksi rimpang jahe, perbedaan varietas tidak mempengaruhi aktivitas antibakteri akan tetapi pada ekstrak etanol rimpang jahe, perbedaan varietas dapat mempengaruhi aktivitas antibakterinya.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.publisherFakultas Farmasi Universitas Jemberen_US
dc.subjectAntibakteri Ekstrak Etanolen_US
dc.subjectFraksi Rimpang Tigaen_US
dc.titlePerbandingan Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Dan Fraksi Dari Rimpang Tiga Varietas Jahe Terhadap Staphylococcus Aureusen_US
dc.typeThesisen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record