Show simple item record

dc.contributor.advisorWAHYUNINGSIH, Sri
dc.contributor.authorPRATAMA, Rendi Tyan Budi
dc.date.accessioned2018-12-28T03:59:59Z
dc.date.available2018-12-28T03:59:59Z
dc.date.issued2018-12-27
dc.identifier.nim152303101044
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/89250
dc.description.abstractPasca asfiksia neonatorum pada bayi yaitu keadaan dimana seorang neonatus mengalami hipoksia, hiperkarbia dan asidosis metabolik merupakan lanjutan dari asfiksia (Lissauer & Fanaroff, 2013). Hal ini disebabkan oleh karena hipoksia (kekurangan oksigen) janin dalam kandungan yang terjadi pada saat kehamilan, persalin atau segera setelah bayi lahir (Maryunani & Nur Hayati, 2008 dalam Nasrawati & Wati, 2016). Pada saat neonatus mengalami pasca asfiksia terdapat beberapa komplikasi yang dapat terjadi salah satunya pada paru bayi (pulmonary), bayi akan mengalami aspirasi sindrom (aspiration syndrome) yang di sebabkan adanya mekonium atau cairan dalam paru bayi yang menyebabkan transfer O2 berkurang (Rozance & Rozenberg, 2011). Menurut NANDA 2015 adanya dyspnea merupakan salah satu faktor yang mendukung dalam masalah keperawatan ketidakefektifan pola nafas (Nanda, 2015). Penulisan tugas akhir ini menggunakan metode laporan kasus terhadap 2 klien pasca asfiksia dengan diagnosa keperawatan ketidakefektifan pola napas. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan wawancara, pemeriksaan fisik, dan observasi terhadap klien pasca asfiksia. Berdasarkan hasil pengkajian yang di lakukan pada kedua klien pasca asfiksia neonatorum di dapatkan 5 batasan karakteristik yang muncul dari 9 batasan karakteristik yaitu bradipnea, takipnea, penggunaan otot bantu nafas, pernafasan bibir, Pola nafas abnormal (mis., irama, frekuensi, kedalaman). Intervensi yang dilakukan pada kedua klien adalah terapi oksigen, managemen jalan nafas dan monitor cairan. Implementasi keperawatan yang dilakukan yaitu terapi oksigen meliputi pertahankan kepatenan jalan nafas, berikan oksigen tambahan seperti yang diperintahkan. Managemen jalan nafas meliputi posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi, auskultasi suara nafas, monitoring status pernafasan dan oksigenasi. Monitor pernafasan meliputi catat pergerakan dada, catat ketidaksimetrisan, penggunaan otot bantu nafas, adanya retraksi dinding dada, palapasi kesimetrisan ekspansi paru. Pada tahap evaluasi keperawatan, terdapat 5 kriteria hasil yang tercapai kedua klien adalah frekuensi pernafasan 40- 60x/menit, irama nafas regular, tidak ada pernafasan bibir, tidak ada retraksi dinding dada, tidak ada penggunaan otot bantu nafas. Perawatan dilakukan selama 3 hari. Diharapkan perawat mampu memberikan proses asuhan keperawatan pada klien dengan pasca asfiksiaa dengan masalah keperawatan ketidakefektifan pola nafas. Hal ini dikarenakan ketidakefektifan pola nafas pada pasien pasca asfiksiaa dapat menimbulkan komplikasi lainnya. Perawat harus melakukan tindakan keperawatan yang tepat seperti terapi oksigen, managemen jalan nafas, monitor status pernafasan.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.subjectKeperawatanen_US
dc.subjectPasca asfiksia neonatorumen_US
dc.subjectneonatusen_US
dc.subjecthipoksiaen_US
dc.subjecthiperkarbiaen_US
dc.subjectasidosisen_US
dc.subjectAsuhan Keperawatanen_US
dc.titleAsuhan Keperawatan pada By. M dan By. L Pasca Asfiksia Neonatorum dengan Masalah Keperawatan Ketidakefektifan Pola Nafas di Ruang Perinatologi RSUD Dr. Haryoto Lumajang Tahun 2018en_US
dc.typeDiploma Reporten_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record