Show simple item record

dc.contributor.advisorSUPRIYADI
dc.contributor.advisorPRIYANTARI, Nurul
dc.contributor.authorKAFFAH, Zilmi
dc.date.accessioned2018-09-17T05:03:22Z
dc.date.available2018-09-17T05:03:22Z
dc.date.issued2018-09-17
dc.identifier.nimNIM131810201040
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/87436
dc.description.abstractAir tanah merupakan sumber air yang sangat penting bagi makhluk hidup. Air tanah di suatu daerah tidak semuanya mempunyai potensi air tanah yang baik. Hal ini sangat dipengaruhi oleh kondisi fisik daerah seperti curah hujan, jenis batuan, sifat fisik dan kimia batuan penyusunnya, kemiringan lereng, dan perubahan penggunaan lahan oleh manusia di daerah tersebut. Terlebih kondisi air tanah yang berada di pesisir pantai yang rawan akan pengaruh air laut. Oleh karena itu perlu dilakukan kajian lebih lanjut mengenai pengaruh pasang surut air laut terhadap kaitannya dengan kondisi air tanah di daerah pesisir. Kajian tentang kondisi air tanah di daerah pesisir ini dapat diketahui dengan melakukan penelitian menggunakan metode self potential. Metode ini sangat efektif untuk mendeteksi kondisi bawah permukaan. Metode self potential dapat digunakan untuk mengetahui keadaan tanah, informasi penting mengenai aliran air tanah dan gangguan geokimia. Metode ini dilakukan dengan cara mengukur potensial diri (V) menggunakan porous pot yang berisi cairan elektrolit CuSO4. Potensial yang terukur ditunjukkan oleh multimeter digital yang tersambung dengan elektroda. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi air tanah serta pengaruh pasang surut air laut terhadap kondisi air tanah di daerah pesisir pantai Jember dengan metode self potential konfigurasi leap frog (lompatan katak). Lokasi penelitian ini yaitu di daerah Pantai Kepanjen Gumukmas Jember. Pengambilan data dilakukan 3 kali mengikuti kondisi pasang surut air laut pada lokasi yang sama. Lintasan yang digunakan yaitu 3 lintasan, lintasan 1 sepanjang 60 m membentang antara titik LS BT dan LS BT, lintasan 2 sepanjang 60 m membentang antara titik LS BT dan LS BT, dan lintasan 3 sepanjang 30 m membentang antara titik LS BT dan LS BT. Pengambilan data 1 dilakukan pada tanggal tanggal 15 Dzulhijjah 1438 H atau 7 September 2017 saat kondisi pasang surut tertinggi yaitu saat ketinggian muka air laut sebesar 7 m. Selanjutnya untuk pengambilan data 2 pada tanggal 18 Dzulhijjah 1438H atau 10 September 2017 yaitu saat kondisi pasang surut sedang, saat tinggi muka air laut 4 m. Kondisi terakhir yaitu saat pasang surut rendah saat tinggi muka air laut 1 m yang bertepatan pada tanggal 7 Muharrom 1439 H atau 28 September 2017. Semua pengambilan data dimulai pada jam yang sama yaitu jam 09.00 WIB. Pengambilan data 1 adalah saat kondisi pasang surut tinggi. Potensial yang dihasilkan diduga adalah potensial air tanah, dimana besar potensial yang mengindikasikan air tanah adalah antara 3 mV sampai -3 mV. Potensial ini tersebar di beberapa titik pengukuran pada lintasan 1 pada titik (1–49) m. Lintasan 2 berada pada titik (1-24) m dan lintasan 3 berada pada titik (1-23) m. Potensial yang diduga air tanah bernilai 2,7 mV sampai -2,3 mV. Pada beberapa titik akhir yang mendekati bibir pantai pada lintasan 1 dan lintasan 2 menghasilkan potensial hingga -5,3 mV. Sedangkan potensial air laut diketahui adalah sebesar -15 mV. Potensial -5,3 mV tersebut berada diantara -3 mV dan -15 mV. Potensial tersebut diindikasikan adalah potensial air tanah yang telah terpengaruh oleh air laut. Pada pengambilan data 2 menghasilkan potensial yang mengindikasikan air tanah sebesar 2,2 mV sampai -2,2 mV. Sama halnya dengan pengambilan data 1 pada lintasan 1 dan lintasan 2 terdapat nilai potensial yang nilainya berada diantara potensial air tanah dan potensial air laut yaitu -5,7 mV. Pada titik pengukuran ini letaknya sangat dekat dengan bibir pantai yaitu dari bibir pantai. Pengambilan data 3 potensial yang mengindikasikan air tanah sebesar 2,1 mV sampai -2,9 mV, nilai ini tersebar pada lintasan 1, lintasan 2 dan lintasan 3. Pada titik akhir lintasan 1 dan lintasan 2 potensial yang dihasikan mencapai -6,7 mV dimana potensial ini mengindikasikan potensial air tanah yang terpengaruh air laut. Data potensial yang dihasilkan juga disajikan dalam bentuk kontur isopotensial. Berdasarkan kontur isopotensial dapat diketahui bahwa warna yang mendominasi pada pengambilan data 1, data 2, dan data 3 adalah warna hijau dengan nilai potensial antara 3 mV sampai -3 mV, dimana kontur ini mengindikasikan keberadaan air tanah. Sedangkan untuk potensial negatif (<-3 mV) ditunjukkan dengan kontur warna biru dan ungu. Potensial negatif tersebut mengindikasikan air tanah yang telah terpengaruh air laut. Daerah dengan kontur warna biru dan ungu akan semakin meluas mengikuti kondisi pasang surut. Saat kondisi pasang surut tinggi, kontur warna biru dan ungu mempunyai daerah yang sempit. Saat kondisi pasang surut sedang, daerah dengan kontur warna biru dan ungu semakin meluas. Begitu seterusnya saat kondisi pasang surut rendah daerah dengan kontur warna biru dan ungu ini akan semakin luas. Pergeseran daerah kontur biru dan ungu mengikuti perubahan nilai potensial pada tiap pengambilan data. Kontur warna biru dan ungu diduga mengindikasikan air tanah yang telah terpengaruh air laut dalam hal ini disebut dengan interface air laut dan air tanah. Berdasarkan kontur tersebut dapat diketahui bahwa batas interface air laut dan air tanah ini akan bergeser akibat perubahan kondisi pasang surut air laut.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.relation.ispartofseries131810201040;
dc.subjectAir Tanahen_US
dc.subjectMetode Self Potentialen_US
dc.titleAnalisis Kondisi Air Tanah Berdasarkan Pasang Surut Air Laut Menggunakan Metode Self Potential Di Pantai Kepanjen Jemberen_US
dc.typeUndergraduat Thesisen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record