Show simple item record

dc.contributor.advisorRahayu Sri Pujiati
dc.contributor.advisorRagil Ismi Hartanti
dc.contributor.authorRahmawati, Dian Eka
dc.date.accessioned2017-08-15T08:34:48Z
dc.date.available2017-08-15T08:34:48Z
dc.date.issued2017-08-15
dc.identifier.nim122110101026
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/81245
dc.description.abstractPerkembangan industri di Indonesia saat ini mengalami kemajuan pesat terutama pada sektor industri pangan. Untuk memenuhi kebutuhan pangan di Indonesia telah banyak didirikan industri-industri pangan, baik berskala rumah tangga (home industry) maupun berskala besar. Salah satu industri yang mengalami perkembangan pesat adalah industri cold storage. Penelitian ini dilakukan di cold storage yang ada di Kecamatan Brondong Kabupaten Lamongan. Dalam proses produksinya di dalam cold storage ini menggunakan tiga ruangan yaitu Air Blast Freezing (-38oC sampai -40oC), Cool Room (-17oC sampai -20oC), dan Anti Room (-5oC sampai -10oC). Suhu tersebut berada dibawah standar suhu nyaman bekerja bagi orang Indonesia. Pekerja yang terpajan suhu dingin yang ekstrim di lingkungan kerja dapat berisiko mengalami gangguan kesehatan pada tubuh seperti penurunan suhu tubuh hingga mencapai cold stress (hipotermia) yang disertai dengan keluhan akibat terpajan suhu dingin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pajanan suhu dingin, kejadian dan keluhan hipotermia pada pekerja cold storage di Kecamatan Brondong Kabupaten Lamongan. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Sampel pada penelitian ini adalah seluruh pekerja cold storage yang bekerja di lingkungan kerja dengan suhu dingin yang berjumlah 19 orang. Pengambilan data dilakukan dengan teknik wawancara, observasi, dokumentasi, dan pengukuran suhu tubuh, tekanan darah, indeks massa tubuh. Kemudian data diolah secara deskriptif yaitu dalam bentuk tabel dan teks. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 47,9% pekerja mengalami penurunan suhu tubuh hingga mencapai hipotermia, dengan rata-rata penurunan suhu tubuh 1,8oC. Seluruh responden mengalami gejala hipotermia dengan frekuensi berbeda-beda dan seluruh pekerja mengalami peningkatan tekanan darah setelah terpajan suhu dingin. Usia responden berada di 15-24 (36,8%) tahun dan 35-44 tahun (36,8%), 52,6% memiliki IMT berat badan normal, tidak ada pekerja yang memiliki riwayat penyakit, lama waktu maksimal pajanan 75 menit (42,1%), dengan lama istirahat >10 menit (52,6%), memiliki masa kerja dengan rentang <1 tahun (42,1%) dan 1-5 tahun (42,1%), dan penggunaan APD tidak baik (84,2%). Berdasarkan hasil analisis crosstab antara usia, indeks masa tubuh, riwayat penyakit, gejala hipotermia, tekanan darah, lama pajanan, lama istirahat, masa kerja, penggunaan APD, suhu lingkungan dan kejadian hipotermia menunjukkan bahwa 47,9% pekerja mengalami penurunan suhu tubuh hingga mencapai hipotermia sedang. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi bahan kajian kepada instansi terkait di Kabupaten Lamongan untuk mengawasi industri maupun jasa yang mendukung kegiatan industri, baik di sektor formal maupun informal untuk mengawasi penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di lingkungan kerja khusus untuk tenaga kerja yang bekerja di bagian cold storage. Peneliti juga menyarankan perusahaan untuk menyediakan APD yang sesuai dengan kondisi lingkungan kerja dingin yang sesuai standar ventilasi, insulating dan layering.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.subjectPAJANAN SUHU DINGINen_US
dc.subjectHIPOTERMIAen_US
dc.subjectPEKERJA COLD STORAGEen_US
dc.titlePAJANAN SUHU DINGIN DAN KEJADIAN HIPOTERMIA PADA PEKERJA COLD STORAGE (Studi di Cold Storage Kecamatan Brondong Kabupaten Lamongan)en_US
dc.typeUndergraduat Thesisen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record