| dc.description.abstract | Produksi cacing sutera selama ini hanya mengandalkan hasil pengumpulan dari alam yang dilakukan oleh para pencari cacing. Usaha budidaya cacing sutera merupakan solusi untuk mengatasi ketergantungan cacing sutera hasil tangkapan dari alam. Keberhasilan dalam budidaya cacing sutera sangat ditentukan oleh nutrisi pada media yang akan menjadi asupan makanan cacing sutera untuk bertahan hidup selama masa pemeliharaan. Pemupukan dalam media budidaya Tubifex sp. bertujuan untuk menambah sumber makanan baru pada media pemeliharaan. Dari hasil uji proksimat diketahui bahwa kotoran ayam memiliki kadar protein 45,22%, ampas tahu memiliki kandungan protein 23,22% dan karbohidrat 52,74%, dan limbah media tanam (baglog) memiliki kandungan karbohidrat 46,321%.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemupukan campuran kotoran ayam, ampas tahu, dan limbah media tanam (baglog) jamur tiram dalam media kultur terhadap biomassa cacing sutera (Tubifex sp.) dan perbandingan dosis yang paling optimal terhadap biomassa cacing sutera (Tubifex sp.) yang dapat digunakan sebagai leaflet.
Penelitian ini terdiri atas dua jenis penelitian, yaitu penelitian eksperimental laboratorium dan uji kelayakan leaflet. Untuk mengetahui pengaruh pemberian campuran pemupukan kotoran ayam, ampas tahu, dan limbah media tanam (baglog) jamur tiram terhadap biomassa cacing sutera (Tubifex sp.) dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap, sedangkan uji kelayakan leaflet dilakukan untuk menguji kelayakan leaflet sebagai media informasi masyarakat. Penelitian ini dilakukan pada bulan April sampai Juni 2016. Analisis data yang digunakan adalah uji ANOVA yang dilanjutkan dengan uji Duncan, sedangkan untuk uji kelayakan produk leaflet menggunakan instrumen validasi leaflet. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 10g/wadah. Terdapat 4 perlakuan dengan 3 kali pengulangan dengan dosis pemupukan yang berbeda-beda, P1 (tanpa perlakuan), P2 (kotoran ayam 50%, ampas tahu 25%, limbah media tanam (baglog) jamur tiram 25%), P3 (kotoran ayam 25%, ampas tahu 50%, limbah media tanam (baglog) jamur tiram 25%), dan P4 (kotoran ayam 25%, ampas tahu 25%, limbah media tanam (baglog) jamur tiram 50%). Selanjutnya dilakukan pemeliharaan cacing sutera selama 52 hari dan dilakukan pemanenan untuk dihitung biomassa basah dan biomassa kering cacing sutera (Tubifex sp.).
Data yang dianalisis menggunakan uji Anova menunjukkan (p=0,000) (p<0,05). Hasil penelitian menunjukkan biomassa cacing sutera tertinggi pada P3 (perlakuan kotoran ayam 25%, ampas tahu 50%, dan limbah media tanam (baglog) jamur tiram 25%), dengan rerata biomassa basah sebesar 83,21g/wadah, pertumbuhan berat mutlak 73,213±4,120g, laju pertumbuhan relatif 732,13±41,202%, dan pertumbuhan harian 1,407±0,079g/hari. Rerata biomassa kering cacing sutera sebesar 14,3 g/wadah, perhitungan pertumbuhan berat mutlak 13,35±1,102g, laju pertumbuhan relatif 1094,26±90,36%, dan pertumbuhan harian 0,256±0,02g/hari.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa pemberian campuran pemupukan kotora ayam, ampas tahu, dan limbah media tanam (baglog) jamur tiram berpengaruh terhadap biomassa cacing sutera (Tubifex sp.), dengan (p=0,000) (p<0,05). Dosis perlakuan yang paling berpengaruh adalah pada P3 (perlakuan kotoran ayam 25%, ampas tahu 50%, dan limbah media tanam (baglog) jamur tiram 25%), serta layak digunakan sebagai sumber informasi bagi masyarakat. | en_US |
