Show simple item record

dc.contributor.advisorTyaswati, Justina Evy
dc.contributor.advisorNurdian, Yudha
dc.contributor.authorDaniswara, Sarah
dc.date.accessioned2016-02-02T04:00:03Z
dc.date.available2016-02-02T04:00:03Z
dc.date.issued2016-02-02
dc.identifier.nim122010101050
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/73171
dc.description.abstractChronic Kidney Disease (CKD) adalah penyakit dimana ginjal mengalami penurunan hingga akhirnya tidak lagi mampu bekerja sama sekali dalam hal penyaringan, pembuangan elektrolit tubuh, menjaga keseimbangan cairan dan zat kimia tubuh, ataupun produksi urine. Terapi CKD dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu terapi konservatif dan terapi pengganti. Terapi konservatif dilakukan dengan mengatur asupan protein sehingga diharapkan dapat memperlambat kerusakan ginjal lebih lanjut. Terapi pengganti dilakukan apabila terapi konservatif tidak memberikan hasil yang diharapkan. Terapi pengganti ini berupa hemodialisis dan transplantasi ginjal. Yang sering dilakukan adalah hemodialisis, dimana salah satu kendala dari terapi ini adalah biayanya yang mahal. Adanya faktor dari penyakit CKD itu sendiri dan juga biaya dari hemodialisis serta ketidaknyamanan dari proses tersebut, maka dapat timbul suatu kecemasan pada pasien. Kecemasan adalah suatu keadaan emosi yang tidak menyenangkan, yang ditandai dengan rasa khawatir, prihatin, dan rasa takut. Tingkatan dari kecemasan ini berbeda tiap orang karena pengalaman ini bersifat subjektif. Kecemasan pada pasien CKD yang menjalani hemodialisis dapat timbul karena pasien merasa tidak menerima fakta bahwa dirinya saikit dan hidupnya harus bergantung pada alat serta orang lain. Aktivitas kehidupannya terganggu dengan adanya rutinitas terapi yang tentu juga membuat jenuh. Karena faktor-faktor inilah pasien membutuhkan suatu dukungan dari sekitarnya. Dukungan keluarga sebagai bagian dari dukungan sosial dalam memberikan pertolongan dan bantuan pada pasien yang diterapi sangat diperlukan. Tetapi ix dukungan ini hanya benar-benar bisa dirasakan bila ada keterlibatan dan perhatian yang mendalam. Dari apa yang telah saya uraikan tadi, pasien dengan penyakit CKD serta dukungan sosial oleh orang di sekitarnya akan mempengaruhi bagaimana kondisi psikis pasien. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dukungan sosial terhadap tingkat kecemasan pasien CKD yang menjalani hemodialisis. Hasil penelitian diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai bahan pertimbangan individu, masyarakat ataupun institusi untuk melakukan suatu tindakan dan perbaikan sebagai cara untuk meminimalisasi terjadinya kecemasan dengan memberikan dukungan sosial yang sesuai. Penelitian ini menggunakan objek manusia, sehingga dalam pelaksanaannya telah dilakukan uji kelayakan oleh komisi etik kedokteran. Setelah disetujui oleh komisi etik, peneliti dan interviewer melakukan pelatihan teknik wawancara dengan dibimbing oleh dokter spesialis kedokteran jiwa. Pada saat wawancara peneliti menggunakan alat perekam guna memudahkan penilaian. Penelitian dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang sudah terstandarisasi dengan didampingi dokter spesialis Kedokteran Jiwa. Pengambilan data dilakukan dengan mewawancarai pasien serta keluarga pasien yang telah memenuhi kriteria penelitian. Proses pengambilan data dilakukan ketika pasien dan orang yang mendampingi sedang berada di RSD dr. Soebandi untuk terapi hemodialisis selama bulan November tahun 2015. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah formulir informed consent, biodata responden, alat perekam (voice recorder), kuesioner HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale) yang dipergunakan untuk menilai tingkat kecemasan, dan kuesioner Dukungan Sosial yang ditujukan untuk orang terdekat pasien yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana dukungan sosial yang telah diberikan. Pengisian lembar kuisioner dilakukan dengan teknik wawancara oleh peneliti yang didampingi oleh tenaga terlatih kepada subjek setelah melalui informed consent. Setelah itu data akan dipindahkan pada kuesioner HARS dan Dukungan Sosial untuk mengetahui jumlah skor jawaban responden. Responden dari penelitian ini adalah pasien CKD beserta orang terdekat yang mendampingi pada terapi hemodialisis di RSD dr. Soebandi Jember. Dengan teknik pengambilan sampel yaitu purposive sampling. Data responden yang diambil pada bulan November 2015 menunjukkan responden berjumlah 30 pasien beserta orang terdekat yang berada di RSD dr. Soebandi Jember. Jenis penelitian ini adalah observasional dengan pendekatan cross sectional. Pada penelitian ini dinilai tingkat kecemasan dan seberapa baik dukungan sosial yang diterima oleh pasien CKD yang menjalani hemodialisis di RSD dr. Soebandi Jember. Selanjutnya, dari hasil tingkat kecemasan dan dukungan sosial tersebut akan dilakukan analisis data menggunakan uji korelasi Spearman untuk mengetahui apakah ada pengaruh dukungan sosial terhadap tingkat kecemasan pasien. Hasil analisis data didapatkan derajat kemaknaan (P) <0,05 yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Uji korelasi Spearman dipilih karena jenis data variabel yang diuji dalam penelitian ini adalah ordinal dan ordinal. Berdasarkan uji korelasi Spearman, didapat nilai P 0,001 dengan nilai koefisien korelasi (r) -0,558. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh dari dukungan sosial terhadap tingkat kecemasan pasien CKD yang menjalani hemodialisis di RSD dr. Soebandi Jember dengan kekuatan korelasi sedang. Arah korelasi yang didapat adalah korelasi negatif artinya semakin tinggi atau semakin baik dukungan sosial yang didapatkan oleh pasien CKD yang menjalani terapi hemodialisis, makan semakin rendah tingkat kecemasannya.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.subjectDukungan Sosialen_US
dc.subjectKecemasan Pasien Chronic Kidney Disease (CKD)en_US
dc.subjectHemodialisisen_US
dc.titlePENGARUH DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RSD dr. SOEBANDI JEMBERen_US
dc.typeUndergraduat Thesisen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record