Show simple item record

dc.contributor.advisorSariono, Agus
dc.contributor.advisorSofyan, Akhmad
dc.contributor.authorRosyid, Ahmad Ainur
dc.date.accessioned2016-01-27T04:24:53Z
dc.date.available2016-01-27T04:24:53Z
dc.date.issued2016-01-27
dc.identifier.nim080110201075
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/72543
dc.description.abstractKeberagaman sosial budaya dalam suatu waktu dan tempat tertentu menimbulkan adanya pola interaksi yang menarik untuk diamati. Pola interaksi yang dapat diamati misalnya, mengenai pola komunikasi antarindividu dalam suatu kelompok masyarakat yang majemuk dalam kebudayaan. Sebagaimana telah diketahui bahwa keberagaman budaya berdampak pada kebaragaman bahasa yang memungkinkan untuk dikuasai oleh suatu masyarakat (bahasa ibu dan bahasa nasional). Hal ini akan mengakibatkan peristiwa tutur yang menarik untuk diamati secara sosiolinguistis (alih kode atau campur kode). Selain itu, pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi juga berdampak pada penguasaan bahasa asing (bahasa Inggris dan bahasa Arab) setelah bahasa ibu dan bahasa nasional, seperti yang terjadi di lingkungan sekolah MTs Uggulan Nurul Islam yang terletak di Antirogo Jember tersebut. Berdasar pada kenyataan tersebut, peristiwa campur kode yang dilakukan dalam interaksi santri berbahasa Madura (SBM) sangat menarik untuk dianalisis dan dideskripsikan disertai dengan faktor-faktor yang memengaruhinya. Penelitian ini dilakukan melalui tiga prosedur secara sistematis meliputi; 1) metode dan teknik penyediaan data berupa metode pengamatan dan teknik SBLC; 2) metode dan teknik analisis data berupa metode agih dan kontekstual, serta teknik BUL; 3) metode dan teknik penyajian hasil analisis data berupa metode informal dan teknik deskriptif. Maka, kegiatan campur kode dalam interaksi SBM dijabarkan ke dalam tiga macam interaksi yakni, interaksi sesama SBM, interaksi SBM dengan UBM, dan interaksi SBM dengan kyai. Penjabaran kegiatan campur kode tersebut sebagai berikut. (1) Interaksi sesama SBM ditemukan adanya kegiatan campur kode terhadap BM yang berbentuk kata, frasa, dan klausa dalam BIng, BA, dan BI. Kelas kata bentuk campur kode kata dan frasa yang muncul berupa nomina, verba, ajektiva, adverbia, dan numeralia; (2) Interaksi SBM dengan UBM juga ditemukan adanya kegiatan campur kode terhadap BM yang berbentuk kata, frasa, dan klausa dalam BIng, BA, dan BI. Kelas kata bentuk campur kode kata dan frasa yang muncul berupa nomina, verba, ajektiva, adverbia, dan numeralia; (3) Interaksi SBM dengan kyai ditemukan pula adanya kegiatan campur kode terhadap BM yang berbentuk kata, frasa, dan klausa. Namun, unsur bahasa yang tersisipkan dalam interaksi SBM dengan kyai hanya dalam dua bahasa yakni, BA, dan BI. Kelas kata bentuk campur kode kata dan frasa yang muncul berupa nomina, verba, ajektiva, adverbia, dan numeralia. Kegiatan campur kode yang dilakukan oleh SBM dalam setiap interaksinya disebabkan oleh beberapa faktor sosiolinguistis. Adapun faktor-faktor yang melatarbelakangi adanya campur kode interaksi SBM di lingkungan sekolah MTs Unggulan Nuris Jember adalah faktor pembiasaan, faktor keterwakilan diksi, dan faktor sosial. Penjabaran faktor-faktor yang melatarbelakangi adanya campur kode dalam interaksi SBM tersebut yakni, (1) Faktor pembiasaan merupakan kebiasaan yang menjadi tradisi di lingkungan Pondok Pesantren Nuris khususnya MTs Unggulan Nuris Antirogo Jember yang tengah berupaya meningkatkan keterampilan berbahasa asing bagi semua santri baik putra maupun putri bahkan juga bagi para ustaz/ustazah melalui LPBA (Lembaga Pengembangan Bahasa Asing). (2) Faktor keterwakilan diksi adalah adanya diksi yang tidak dapat mewakili maksud yang diharapkan dalam BM sehingga muncul adanya campur kode dari bahasa Indonesia, bahasa Inggris, ataupun bahasa Arab. (3) Faktor sosial merupakan pemicu adanya campur kode karena status sosial penutur dengan lawan tutur baik sebagai bentuk penghormatan maupun sebagai bentuk pengakraban dalam sebuah tuturan. Hal ini berkenaan dengan keyakinan bahwa BI dalam tuturan dianggap lebih tinggi drajatnya dalam tuturan daripada BM sehingga menimbulkan adanya campur kode yang berbentuk klausa. Sedangkan penggunaan campur kode dengan BI ataupun bahasa asing seperti BIng dan BA sebagai bentuk pengakraban digunakan dalam bentuk kata, frasa, atau juga klausa.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.subjectCAMPUR KODEen_US
dc.subjectINTERAKSI SANTRIen_US
dc.subjectBAHASA MADURAen_US
dc.titleCAMPUR KODE DALAM INTERAKSI SANTRI PENUTUR BAHASA MADURA DI LINGKUNGAN SEKOLAH MTs UNGGULAN NURUL ISLAM ANTIROGO JEMBERen_US
dc.typeUndergraduat Thesisen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record