Show simple item record

dc.contributor.advisorBudipratiwi W
dc.contributor.advisorOktora R.K.S, Lusia
dc.contributor.authorImamah, Nurul
dc.date.accessioned2015-12-03T08:19:35Z
dc.date.available2015-12-03T08:19:35Z
dc.date.issued2015-12-03
dc.identifier.nim112210101014
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/66241
dc.description.abstractSinar matahari memiliki peranan yang sangat penting bagi kelangsungan kehidupan manusia. Sinar matahari selain memiliki efek menguntungkan, juga memiliki efek merugikan yang ditimbulkan oleh radiasi sinar UV, oleh karena itu, diperlukan senyawa tabir surya sebagai perlindungan tambahan untuk kulit dari radiasi sinar UV secara langsung. Berdasarkan mekanisme kerjanya, bahan aktif tabir surya dibagi menjadi 2, yaitu mekanisme fisika (pengeblok fisik) dan mekanisme kimia (penyerap kimiawi). Bahan aktif yang digunakan dalam penelitian adalah benzophenone-3 (anti UV-A) dan octyl methoxycinnamate (anti UV-B). Kombinasi benzophenone-3 dan octyl methoxycinnamate akan meningkatkan nilai SPF in vitro dalam sediaan tabir surya, akan tetapi kedua bahan tersebut dapat mengalami fotodegradasi dengan pemaparan sinar UV. Berdasarkan pernyataan diatas, maka dibutuhkan bahan yang dapat mencegah proses fotodegradasi bahan aktif tersebut. Pengembangan formulasi sediaan tabir surya dalam penelitian ini dilakukan dengan menambahkan vitamin E yang berfungsi sebagai photoprotective agent sehingga diharapkan dapat mencegah terjadinya fotodegradasi bahan aktif setelah paparan sinar UV. Efektivitas in vitro sediaan tabir surya dapat dinyatakan dengan Sun Protection Factor (SPF), % transmisi eritema, dan % transmisi pigmentasi. Pengujian efektivitas sediaan tabir surya dilakukan sebelum dan setelah paparan sinar UV. Paparan sinar UV dilakukan di bawah UV lamp (Chromato-veu C-75) 365 nm selama 120 menit. Sediaan yang dibuat adalah lotion, yaitu merupakan suatu suspensi atau emulsi topikal ditujukan untuk kulit. Evaluasi sediaan lotion tabir surya yang ix ix dihasilkan meliputi pengamatan organoleptis, pengujian viskositas, pH, daya sebar, penentuan nilai SPF in vitro, % transmisi pigmentasi dan % transmisi eritema. Pada penelitian ini juga dilakukan analisis statistik menggunakan program SPSS 16.0. Analisis statistik yang dipilih pertama yaitu uji One-Way ANOVA untuk mengetahui adanya perbedaan yang bermakna pada hasil penelitian yang dilakukan, yakni nilai viskositas, nilai pH, nilai daya sebar, nilai SPF in vitro, % transmisi pigmentasi dan % transmisi eritema dalam sediaan lotion tabir surya antar formula dengan perbedaan konsentrasi vitamin E yang ditambahkan. Analisis statistik kedua yaitu uji t berpasangan untuk mengetahui perbedaan yang bermakna nilai SPF in vitro, % transmisi pigmentasi dan % transmisi eritema dalam sediaan lotion tabir surya antar formula sebelum dan setelah paparan sinar UV. Hasil pengujian nilai SPF sebelum paparan sinar UV menunjukkan bahwa F1 memiliki nilai SPF in vitro rata-rata sebesar 16,128; F2 sebesar 31,381; F3 sebesar 33,386; F4 sebesar 164,522. Semakin tinggi konsentrasi vitamin E yang ditambahkan dalam formula semakin tinggi pula nilai SPF in vitronya dan hasil analisis statistik menunjukkan bahwa antara keempat formula berbeda bermakna. Setelah paparan sinar UV nilai SPF in vitro rata-rata F1 sebesar 8,553; F2 sebesar 14,813; F3 sebesar 19,302; F4 sebesar 157,207. Hasil analisis statistik setelah paparan sinar UV menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nilai SPF in vitro yang bermakna antara sebelum dan setelah paparan sinar UV. Nilai % transmisi eritema sebelum paparan sinar UV rata-rata pada F1 sebesar 0,000061; F2 sebesar 0,000156; F3 sebesar 0,000179; F4 sebesar 0,000019. Penambahan konsentrasi vitamin E 5% menghasilkan nilai % transmisi eritema yang paling kecil dan hasil analisis statistik menunjukkan bahwa nilai % transmisi eritema sebelum paparan sinar UV pada semua formula berbeda bermakna kecuali antara F2 dan F3. Nilai rata-rata % transmisi eritema setelah paparan sinar UV F1 sebesar 0,003316; F2 sebesar 0,001896; F3 sebesar 0,001214; F4 sebesar 0,000159. Pada semua formuformula setelah dilakukan paparan sinar UV mengalami peningkatan nilai % transmisi eritema serta hasil analisis statistik menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara nilai % transmisi eritema sebelum dan setelah paparan sinar UV. Nilai % transmisi pigmentasi sebelum paparan sinar UV rata-rata pada F1 sebesar 1,395; F2 sebesar 7,170; F3 sebesar 9,298; F4 sebesar 9,474. Pada formula dengan penambahan vitamin E memiliki nilai % transmisi pigmentasi yang lebih besar dibandingkan formula tanpa penambahan vitamin E dan hasil analisis statistik menunjukkan bahwa nilai % transmisi pigmentasi sebelum paparan sinar UV pada semua formula berbeda bermakna. Setelah paparan sinar UV nilai % transmisi pigmentasi rata-rata F1 sebesar 14,588; F2 sebesar 17,041; F3 sebesar 14,967; F4 sebesar 15,718. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara nilai % transmisi pigmentasi sebelum dan setelah paparan sinar UV.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.subjectVitamin Een_US
dc.subjectSinar UVen_US
dc.subjectTabir Surya Octyl Methoxycinnamateen_US
dc.titlePengaruh Vitamin E dan Paparan Sinar UV Terhadap Efektivitas In Vitro Lotion Tabir Surya Octyl Methoxycinnamate dan Benzophenone-3en_US
dc.typeUndergraduat Thesisen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record