Show simple item record

dc.contributor.advisorSulistiyani
dc.contributor.advisorRatnawati, Leersia Yusi
dc.contributor.authorJayanti, Ega Novia
dc.date.accessioned2015-12-02T13:52:46Z
dc.date.available2015-12-02T13:52:46Z
dc.date.issued2015-12-02
dc.identifier.nim102110101084
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/65968
dc.description.abstractSalah satu tujuan Millenium Development Goals (MDGs) sampai tahun 2015 adalah menurunkan angka kemiskinan dan prevalensi gizi buruk. Dalam rangka mewujudkan tujuan tersebut, Rencana Strategis Kementerian Kesehatan 2010-2014, mencantumkan bahwa salah satu sasaran strategis yang ingin dicapai adalah menurunkan prevalensi anak balita yang pendek (stunting). Stunting merupakan gangguan pertumbuhan linier yang disebabkan adanya malnutrisi asupan zat gizi kronis dan atau penyakit infeksi kronis maupun berulang yang ditunjukkan dengan nilai z-score tinggi badan menurut usia (TB/U) < -2 SD berdasarkan standar WHO. Prevalensi stunting secara nasional 37,2% meningkat dibanding tahun 2010 yaitu sebesar 35,6%. Angka prevalensi tersebut masih cukup tinggi dibandingkan dengan batas (cut off) “non public health problem”. Apabila masalah stunting di atas 20% masih merupakan masalah kesehatan masyarakat. Jawa Timur merupakan salah satu provinsi yang mengalami masalah kesehatan masyarakat kategori berat dimana prevalensi stunting sebesar 35,8%. Salah satu dari 38 kabupaten/kota di Jawa Timur, Kabupaten Lumajang memiliki prevalensi stunting > 20% yaitu sebesar 28,1%. Salah satu penyebab kejadian stunting adalah pola asuh. Pola asuh adalah kemampuan keluarga dan masyarakat untuk menyediakan waktu, perhatian dan dukungan terhadap anak agar dapat tumbuh kembang dengan sebaik-baiknya secara fisik, mental dan sosial. Pemberian ASI dan MP-ASI serta persiapan dan penyimpanan makanan tercakup dalam praktek pemberian makan (pola asuh gizi). Dari 25 puskesmas di Kabupaten Lumajang, Puskesmas Randuagung memiliki prevalensi stunting tertinggi sebesar 34,63%. Dilihat dari segi usia, kejadian stunting cukup banyak terjadi pada kelompok anak balita usia 6-24 bulan sebesar 33,81%. Tingginya angka kejadian stunting pada anak balita perlu mendapat perhatian khusus. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara pola asuh gizi dan konsumsi makanan dengan kejadian stunting pada anak balita usia 6-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Randuagung Kabupaten Lumajang. Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dan bersifat observasional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak balita usia 6–24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Randuagung Kabupaten Lumajang yang berjumlah 840 anak balita. Sampel pada penelitian ini sebanyak 79 anak balita dengan menggunakan teknik pengambilan sampel Simple Random Sampling. Analisis data yang digunakan adalah teknik analisis dengan menggunakan uji chi square dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05). Dalam penelitian ini, didapatkan hasil berdasarkan uji statistik bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pola asuh gizi dengan tingkat konsumsi zat gizi makro dan mikro (Protein dan Zn) (p < 0,05), terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat konsumsi zat gizi makro dan mikro (Energi dan Zn) dengan kejadian stunting (p < 0,05), serta terdapat hubungan yang signifikan antara pola asuh gizi dengan kejadian stunting (p < 0,05). Namun, tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pola asuh gizi (Energi, Ca dan Fe) dengan tingkat konsumsi, serta antara tingkat konsumsi (Protein, Ca dan Fe) dengan kejadian stunting. Hal ini menunjukkan bahwa jika pola asuh gizi balita tersebut kategori kurang, nantinya akan mempengaruhi tingkat konsumsi anak balita menjadi kurang, yang pada akhirnya dapat terjadi kejadian stunting. Adapun saran yang diberikan adalah dinas kesehatan perlu menggalang kerjasama lintas sektoral dalam kegiatan P2KP melalui pemberdayaan keluarga, peningkatan asupan zinc melalui program pemberian TABURIA dan “Gerakan Satu Hari Satu Telur” serta penerapan sistem surveilans gizi stunting. Selain itu, diharapkan ibu balita berpartisipasi aktif memantau status stunting anak ke posyandu, membiasakan anak balita mengkonsumsi telur serta memanfaatkan lahan dengan beternak ayam, menanam beberapa sayuran sehingga ketersediaan pangan dalam keluarga khususnya anak balita dapat tercukupi.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.subjectPOLA ASUH GIZI DAN KONSUMSI MAKANANen_US
dc.subjectSTUNTINGen_US
dc.titleHUBUNGAN ANTARA POLA ASUH GIZI DAN KONSUMSI MAKANAN DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA ANAK BALITA USIA 6-24 BULAN (Studi di Wilayah Kerja Puskesmas Randuagung Kabupaten Lumajang Tahun 2014)en_US
dc.typeUndergraduat Thesisen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record