Show simple item record

dc.contributor.authorBaha’ Riza Dwi Nur Fasya
dc.date.accessioned2013-12-09T02:24:35Z
dc.date.available2013-12-09T02:24:35Z
dc.date.issued2013-12-09
dc.identifier.nimNIM040110201053
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/6411
dc.description.abstractDefinisi sastra saat ini masih menjadi sebuah perdebatan yang belum tuntas. Para ahli kesusastraan pada umumnya sepakat untuk menyatakan bahwa tidak mungkin merumuskan definisi mengenai sastra secara universal. Apa yang disebut sastra bergantung pada lingkungan kebudayaan tertentu. Sastra hanyalah sebuah istilah yang dipergunakan untuk menyebut sejumlah harga dengan alasan tertentu, dalam lingkup kebudayaan tertentu pula (Taum, 1997:12). Kita kadang terjebak dalam pendefinisian tersebut. Sastra merupakan hasil karya cipta, rasa dan karsa manusia yang dituangkan dalam bentuk tulisan dan gambar. Hasil dari cipta, rasa dan karsa tersebut akan tidak memuaskan bila didefinisikan oleh orang lain. Alasan-alasan mengapa definisi sastra tidak pernah memuaskan adalah sebagai berikut: 1) orang ingin mendefinisikan terlalu banyak sekaligus, tanpa membedakan definisi deskriptif (yang menerangkan sastra itu) dari definisi evaluatif (yang menilai sesuatu teks termasuk karya sastra atau tidak); 2) orang cenderung mendefinisikan sastra menurut standart sastra barat; 3) definisi sastra cukup memuaskan hanya berkaitan dengan jenis sastra tertentu (puisi) tetapi tidak relevan diterapkan pada sastra pada umumnya (Taum, 1997:12). Karya sastra merupakan hasil pemikiran kreatif dan imajinatif pengarang yang diwujudkan dalam bentuk ide-ide, pemikiran, serta perasaannya tentang persoalan dan realita kehidupan yang dituangkan dengan bahasa yang menarik. Karya sastra tidak hanya berfungsi sebagai bahan bacaan yang menghibur, tetapi juga berfungsi sebagai objek yang dapat diteliti. Karya sastra selalu memberikan sesuatu yang berharga bagi pembacanya karena di dalamnya terdapat banyak sekali sesuatu yang dijadikan sebagai bahan pemikiran dan perenungan. Kenyataan tersebut merupaka refleksi dari konsepsi Horace (dalam Wellek dan Warren, alih bahasa Budianta, 1989:25) yang menyatakan bahwa seni bersifat dulce et utile yang berartien_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries040110201053;
dc.subjectPsikologi Kepribadian, Novelen_US
dc.titleANALISIS PSIKOLOGI KEPRIBADIAN NOVEL KUBAH KARYA AHMAD TOHARIen_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record