Show simple item record

dc.contributor.authorNailul Birroh
dc.date.accessioned2014-03-21T02:08:32Z
dc.date.available2014-03-21T02:08:32Z
dc.date.issued2014-03-21
dc.identifier.nimNIM092210101064
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/56122
dc.description.abstractPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antifertilitas tertinggi diantara ekstrak metanol, fraksi n-heksana dan fraksi metanol biji saga terhadap proses spermatogenesis tikus (Rattus novergicus) jantan. Jenis penelitian ini adalah experimental laboratories. Sampel yang digunakan adalah tikus putih jantan galur Wistar. Pemilihan sampel dilakukan dengan cara simple random sampling kemudian dibagi menjadi empat kelompok. Masing-masing kelompok tersebut dipejani Na- CMC 1% (P0), ekstrak metanol (P1), fraksi n-heksana (P2) dan fraksi metanol (P3) biji saga dosis 75 mg/kgBB selama 20 hari. Variabel yang diamati adalah proses spermatogenesis melalui penghitungan skor spermatogenesis berdasarkan kriteria Johnse-like score. Dari hasil penelitian ini didapatkan rata-rata skor spermatogenesis kelompok P0 8,88±0,12, kelompok P1 6,20±0,17, kelompok P2 6,70±0,18, dan kelompok P3 5,85±0,19. Rata-rata skor spermatogenesis terendah dihasilkan oleh kelompok fraksi metanol (P3) dengan rata-rata skor 5,85 yang berarti hanya terdapat sedikit spermatid dan tidak terdapat sel spermatozoa pada tubulus seminiferus. Skor spermatogenesis terendah pada fraksi metanol dikarenakan kandungan senyawa abrin yang lebih tinggi dibandingkan pada ekstrak metanol dan fraksi nheksana. Senyawa abrin merupakan suatu fitotoksin yang terdiri dari dua rantai polipeptida, yaitu rantai A dan rantai B. Rantai A merupakan enzim yang mampu bereaksi dengan sub unit besar ribosom sehingga menyebabkan ribosom hilang sedangkan rantai B mengikat aminoasil-ARNt dan mereduksi GTP-ase yang sangat diperlukan pada sintesis protein pada tahap pemanjangan (elongasi). Jika sintesis protein terganggu pada sel-sel spermatogenik, maka akan terjadi penghambatan pembelahan sel-sel tersebut yang mengakibatkan produksi sel spermatozoa juga menurun sehingga sel spermatozoa tidak bisa membuahi sel telur betina (infertil) dan tidak dapat menghasilkan sel anakan. Hasil analisis data menggunakan Kruskal-Wallis dengan taraf kepercayaan 95% (p<0,05) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan siginifikan antar perlakuan (p=0,00). Analisis data dengan uji Mann Whitney (p<0,05) diperoleh hasil bahwa terdapat perbedaan signifikan antara P0 dengan P1, P2, P3 (p=0,000) serta antara P1 dengan P2 (p=0,042) serta P2 dengan P3 (p=0,001). Kesimpulan dari penelitian ini adalah fraksi metanol biji saga dosis 75mg/kgBB memiliki aktvitas antifertilitas tertinggi dibandingkan ekstrak metanol dan fraksi n-heksana biji saga pada proses spermatogenesis tikus jantan galur Wistar dengan rata-rata skor spermatogenesis 5,85±0,18.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries092210101064;
dc.subjectEkstrak Metanol, Fraksi N-Heksana, Fraksi Metanol Biji Sagaen_US
dc.titleUJI ANTIFERTILITAS EKSTRAK METANOL, FRAKSI N-HEKSANA DAN FRAKSI METANOL BIJI SAGA (Abrus precatorius Linn.) TERHADAP SPERMATOGENESIS TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTARen_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record