Show simple item record

dc.contributor.authorARIF NINDI ARLISA
dc.date.accessioned2013-12-05T05:16:14Z
dc.date.available2013-12-05T05:16:14Z
dc.date.issued2013-12-05
dc.identifier.nimNIM070810101133
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/4754
dc.description.abstracta. hasil analisis LQ menunjukka bahwa terdapat delapan kecamatan yang menjadi basis produksi perikanan, yaitu Kecamatan Panarukan, Banyuglugur, Jangkar, Arjasa, Mangaran, Kapongan, Besuki dan Bungatan. Untuk Kecamatan Panarukan, Jangkar dan Besuki, ketiga kecamatan tersebut sudah menjadi basis perikanan di tahun 2005 dan tetap menjadi basis hingga tahun 2009. Hal ini disebabkan karena di wilayah tersebut, selain didukung dengan kondisi alamnya, produksi perikanan dilakukan secara intensif seperti usaha tambak, keramba jaring apung, rumput laut dan peningkatan jumlah armada untuk perikanan tangkap. Untuk perikanan tangkap, juga didukung dengan adanya Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) maupun Tempat Pelelangan Ikan (TPI). PPI dan TPI di kecamatan yang menjadi basis perikanan hingga tahun 2010 masih aktif dan cukup memberikan kontribusi terhadap pendapatan daerah.; b. hasil analisis SS untuk nilai NG dari tahun analisis 2005 hingga 2009 semua kecamatan di Kabupaten Situbondo memberikan kontribusi yang positif terhadap pendapatan daerah. Nilai tersebut positif karena seluruh kecamatan di Kabupaten Situondo mampu menghasilkan pendapatan di sub sektor perikanan. Hasil analisis efek bauran industri/ industrial mix effect (IM) menunjukkan bahwa dari tahun 2005 hingga 2006 semua kecamatan memiliki nilai IM negatif kecuali Kecamatan Banyuglugur yang memiliki nilai positif di tahun 2006 yaitu sebesar 67,410 yang berarti sub sektor perikanan di Kecamatan Panarukan tumbuh lebih cepat 67,410 dibanding sub sektor perikanan di tingkat Kabupaten Situbondo. Tahun 2008 hingga 2009 kondisi perikanan mengalami kenaikan produksi hampir di seluruh kecamatan. Nilai IM tertinggi dari tahun 2006 hingga 2007 terdapat pada perikanan Kecamatan Panarukan yaitu sebesar 242,112 dan 9,505. Hasil analisis shift share untuk pengaruh komponen pertumbuhan pangsa wilayah/ daya saing untuk tahun 2006 terdapat delapan kecamatan yang memiliki nilai positif yaitu Kecamatan Sumbermalang, Jangkar, Panji, Arjasa, Mangaran, Kapongan dan Suboh. Tahun 2007 yaitu Kecamatan Sumbermalang, Asembagus, Bungatan dan Jatibanteng, tahun 2008 Kecamatan Situbondo, Banyuglugur, Arjasa, Kapongan, Asembagus, Besuki dan Banyuputih, tahun 2009 Kecamatan Situbondo, Panarukan, Arjasa, Mangaran, Kendit, Bungatan, Mlandingan, Jatibanteng dan Banyuputih. Nilai RS yang positif menunjukkan bahwa sub sektor perikanan pada kecamatan tersebut memiliki daya saing dan mampu tumbuh lebih cepat dibanding sub sektor yang sama secara keseluruhan. Secara umum beberapa faktor yang membuat kesebelas kecamatan tersebut memiliki daya saing adalah faktor pemberian alam yaitu ketersediaan potensi perikanan laut yang melimpah; wilayah yang relatif dekat dengan pasar; dan aksesibilitas wilayah tersebut tinggi. Hal ini dikarenakan sebagian besar wilayah tersebut berada di jalur pantura Kabupaten Situbondo;en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries070810101133;
dc.subjectANALISIS, PERIKANANen_US
dc.titleANALISIS PENGEMBANGAN SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP PEREKONOMIAN WILAYAH DI KABUPATEN SITUBONDOen_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record