Show simple item record

dc.contributor.authorFalah Gemilang
dc.date.accessioned2013-12-03T03:41:28Z
dc.date.available2013-12-03T03:41:28Z
dc.date.issued2013-12-03
dc.identifier.nimNIM082010101015
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/2773
dc.description.abstractIndonesia merupakan salah satu negara tropis dan memiliki curah hujan yang tinggi. Penyakit yang muncul di daerah tropis ini bermacam-macam salah satunya penyakit yang disebabkan oleh nyamuk. Untuk melindungi kulit dari gigitan nyamuk digunakan repellent. DEET (Diethyltoluamide) merupakan bahan aktif yang paling banyak digunakan untuk repellent di Indonesia. Selain DEET umumnya repellent mengandung bahan kimia sintesis yang dapat menolak nyamuk untuk mendekati kulit. DEET aman jika digunakan pada kulit, kecuali pada kulit yang sensitif dan luka. DEET berbahaya jika tertelan dan akan memasuki saluran pencernaan seperti usus halus. Karena jika sampai tertelan akan menyebabkan gangguan pada saluran pencernaan seperti mual, muntah dan diare. Terdapat beberapa kasus akibat tertelan bahan kaustik seperti DEET. Sekitar 80% kasus ini terjadi pada anak-anak dan 50% diantaranya terjadi pada anak kurang dari 4 tahun karena tidak sengaja terminum. Kasus ini juga terjadi pada orang dewasa yang lebih sering digunakan untuk tujuan bunuh diri dan biasanya tingkat kerusakan yang ditimbulkan lebih serius. Seseorang yang tertelan DEET akan terjadi peradangan pada usus halus, sehingga dapat menyebabkan perubahan mikroskopis pada usus halus. Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah paparan DEET menyebabkan perubahan mikroskopis epitel usus halus pada mencit. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratoris, dilaksanakan di Laboratorium Patologi Anatomi Universitas Jember pada bulan Februari 2012. Bahan yang digunakan adalah DEET dalam repellent antinyamuk. Hewan coba yang digunakan adalah 30 ekor mencit jantan yang sudah dibagi menjadi 5 kelompok, dan tiap kelompok terdiri dari 6 ekor mencit yaitu K(-) atau kontrol negatif, P1 yaitu disonde 200µL, P2 yaitu disonde 400µL, P3 yaitu disonde 600 µL, dan P4 yaitu disonde 800 µL. DEET disondekan secara oral ke mencit sampai memasuki usus halus kemudian diamati setelah 8 jam, lalu dikorbankan, dibedah dan diambil organ usus halus kemudian dibuat preparat histopatologi. Preparat diamati dengan menggunakan mikroskop cahaya Olympus (CX31) dengan pembesaran 400x dan diklasifikasikan sesuai dengan scorring Manja Barthel yaitu untuk mengetahui skor integritas epitel mukosa usus halus. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa paparan DEET dapat mempengaruhi perubahan mikroskopis epitel usus halus mencit. Hasil analisis data dengan menggunakan Chi-Square menunjukkan X ix 2 hitung > X tabel dan p = < 0,05. Tiap kelompok perlakuan menunjukkan perubahan mikroskopis yang berbeda. Hasil analisis data dengan Hochberg Test Multiple Comparisons juga menunjukkan tiap kelompok perlakuan ada yang menunjukkan perbedaan yang bermakna dan ada yang tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek paparan DEET (Diethyltoluamide) terhadap perubahan mikroskopis epitel usus halus pada mencit. Dapat disimpulkan bahwa paparan DEET (Diethyltoluamide) dapat mempengaruhi perubahan mikroskopis epitel usus halus pada mencit. Terjadi perbedaan perubahan mikroskopis tiap kelompok perlakuan yang ditimbulkan setelah paparan DEET (Diethyltoluamide) pada usus halus mencit. Efek paparan DEET pada usus halus mencit adalah deskuamasi epitel, erosi epitel dan ulserasi epitel.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries082010101015;
dc.subjectMIKROSKOPIS EPITELen_US
dc.titleEFEK PAPARAN DEET (Diethyltoluamide) TERHADAP PERUBAHAN MIKROSKOPIS EPITEL USUS HALUS PADA MENCITen_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record