Show simple item record

dc.contributor.authorAchwana Sri Arundany
dc.date.accessioned2013-12-03T02:23:54Z
dc.date.available2013-12-03T02:23:54Z
dc.date.issued2013-12-03
dc.identifier.nimNIM082010101043
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/2661
dc.description.abstractSkabies merupakan penyakit kulit akibat infestasi tungau Sarcoptes scabiei, yang ditemukan hampir pada semua negara di seluruh dunia dengan angka prevalensi yang bervariasi. Di beberapa negara berkembang, prevalensinya dilaporkan 6-27% dari populasi umum dan insiden tertinggi pada anak usia sekolah dan remaja. Di Indonesia, prevalensi skabies pada tahun 1996 adalah 4,6% - 12,95%. Penyakit ini menduduki urutan ketiga dari dua belas penyakit kulit yang paling sering terjadi saat itu (Depkes RI, 2004). Pada tahun 2003, terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) skabies di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, dan di tahun 2004, prevalensi skabies di provinsi tersebut mencapai 40,78%. Beberapa faktor yang mempersulit penggunaan obat standar yang ada antara lain: kelemahan dari obat standar seperti kontraindikasi pada anak dan wanita hamil karena bersifat toksik pada susunan saraf pusat, berbau, lengket, mengotori pakaian, menyebabkan iritasi, tidak efektif terhadap semua stadium, dan harga yang cukup mahal. Obat herbal yang berasal dari tanaman kini telah diupayakan guna mengatasi kekurangan dari obat antiskabies yang sudah ada. Secara empiris, daun ketepeng cina merupakan obat yang efektif dalam pengobatan skabies. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas tanaman obat Cassia alata L. sebagai antiparasit pada penyakit skabies secara in vitro dan menentukan LC . Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan eksperimental sederhana (Posttest Only Control Group Design). Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah tungau Sarcoptes scabiei dalam keadaan hidup yang diperoleh dari kerokan kulit kelinci yang menderita skabies. Sampel kemudian dibagi menjadi kelompok perlakuan yang dikontakkan dengan ekstrak daun ketepeng cina konsentrasi bertingkat (312,5 mg/ml, 156,25 mg/ml, 78,13 mg/ml, 39,06 mg/ml) dan kelompok kontrol yang dikontakkan dengan ivermectin sebagai kontrol positif dan NaCMC 0,5% sebagai kontrol negatif. Setelah diberi perlakuan dan didiamkan selama 6 jam, pengamatan dilakukan di bawah mikroskop, kemudian hasilnya dicatat dan dianalisis dengan analisis Chi Square dan analisis probit. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kenaikan konsentrasi ekstrak etanol daun ketepeng cina selalu diikuti dengan kenaikan rata-rata kematian tungau Sarcoptes scabiei. Hal ini menunjukkan bahwa tiap konsentrasi dari ekstrak daun ketepeng cina memiliki efektivitas tertentu dalam membunuh tungau. Efek antiskabies paling rendah dijumpai pada kelompok konsentrasi terendah, yakni 39,06 mg/ml. Efektivitas meningkat seiring dengan peningkatan konsentrasi dari ekstrak daun ketepeng cina. Dari kelompok perlakuan, kelompok konsentrasi 312,5 mg/ml adalah kelompok yang memiliki efektivitas tertinggi. Berdasarkan data hasil penelitian, efektivitas dari kelompok kontrol positif (Ivermectin) terlihat lebih besar daripada kelompok konsentrasi 312,5 mg/ml. Namun secara analisis (McNemar test), efektivitas keduanya tidak berbeda secara signifikan. Pada hasil analisis data dengan menggunakan analisi probit, didapatkan LC ekstrak daun ketepeng cina adalah 139,7 mg/ml Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini adalah ekstrak etanol daun ketepeng cina mempunyai efek antiksabies secara in vitro, dengan LC mg/ml, yang berarti konsentrasi tersebut dapat membunuh 50% dari jumlah sampel tiap perlakuan.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries082010101043;
dc.subjectETANOL DAUN KETEPENGen_US
dc.titleUJI AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN KETEPENG ) SEBAGAI ANTISKABIES SECARA IN VITROen_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record