Show simple item record

dc.contributor.authorStephanie Hellen Hartoyo
dc.date.accessioned2014-01-25T02:54:08Z
dc.date.available2014-01-25T02:54:08Z
dc.date.issued2014-01-25
dc.identifier.nimNIM072010101067
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/23963
dc.description.abstractUbur-ubur (jellyfish) merupakan invertebrata laut yang termasuk dalam filum Cnidaria (dahulu disebut dengan Coelenterata). Physalia physalis merupakan salah satu jenis ubur-ubur dari kelas Hydrozoa. Physalia physalis inilah yang banyak ditemukan di pantai selatan Indonesia seperti pernah ditemukan di Pantai Papuma Jember. Indonesia ini merupakan salah satu negara yang memiliki faktor resiko yang tinggi karena letak Indonesia yang terbuka dengan Samudra Hindia dan Samudra Pasifik. Envenomasi toksin Physalia physalis ini sangat berbahaya karena bersifat kardiotoksik, neurotoksik, muskulotoksik, menyebabkan nyeri kutaneus, dan transpor ion melewati membran plasma menjadi abnormal serta dapat menimbulkan kematian bagi penderitanya (Alam dan Qasim, 1991). Karena frekuensi terjadinya sengatan Physalia physalis meningkat, penulis ingin mengetahui derajat kekuatan dari toksin ini melalui salah satu aktivitas fisiologik seperti aktivitas hemolitik dari sel–sel darah. Dengan mempelajari aktivitas hemolitik dari toksin ini, penulis dapat mengetahui efek toksin terhadap sel darah dan besar konsentrasi yang membuat sel darah menjadi lisis sehingga penulis dapat membantu untuk mengetahui komponen toksin dari penelitiannya. Komponen toksin ini dibutuhkan untuk pengembangan antitoksin lebih lanjut sehingga dapat digunakan sebagai perawatan terhadap sengatan dari Physalia physalis. Dalam penelitian ini penulis memiliki tujuan untuk mengetahui efek toksin ini terhadap hemolisis eritrosit manusia serta besar EC50 dari toksin tersebut. Penulis menggunakan jenis penelitian eksperimental laboratoris dengan menggunakan uji in vitro. Penelitian ini menggunakan metode untuk hemolyticassay menurut Kang et al (2009) dengan dimodifikasi yaitu dengan memberikan toksin Physalia physalis berbagai konsentrasi mulai dari konsentrasi 0,21 – 420 μg/ml pada masing-masing eritrosit yang sudah dicuci dengan RL dan diencerkan 1% dalam microsentrifuge tube. Kemudian microsentrifuge tube ini diinkubasi dalam waterbath dan disentrifugasi untuk memperoleh supernatan. Nantinya supernatan ini akan diukur penyerapan warnanya (absorben) dengan spektrofotometri 546 nm. Rancangan penelitian yang digunakan adalah The Post Test Only Control Group Design dengan total jumlah sampel yang digunakan adalah 30 sampel yaitu 24 sampel perlakuan, 3 sampel kontrol positif, dan 3 sampel kontrol negatif. Kontrol positif pada penelitian ini adalah mencampur eritrosit yang telah dipersiapkan dengan 5 % alkohol dengan harapan terjadi hemolisis 100% sedangkan kontrol negatif yang digunakan adalah mencampur eritrosit yang telah dipersiapkan dengan larutan RL. Larutan RL ini merupakan salah satu jenis larutan yang isotonis dan tidak merusak sel eritrosit. Analisis stastistik dari data penelitian ini menggunakan analyzing dose response curves dalam program GraphPad Prism. Analyzing dose response curves merupakan suatu kurva hubungan antara dosis dan konsentrasi. Dengan progam ini, penulis dapat mengetahui EC50 dari konsentrasi toksin yang menyebabkan hemolisis. Hasil dari penelitian ini adalah toksin ubur-ubur (Physalia physalis) ternyata memberikan efek hemolisis terhadap eritrosit manusia dan semakin besar konsentrasi toksin yang diberikan akan mendapat nilai persentase hemolisis eritrosit yang lebih besar pula. Toksin Physalia physalis ini memiliki potensi yang menyebabkan hemolisis karena komponen hemolisin dari toksin yang merusak membran eritrosit sehingga tidak elastis lagi. Toksin ini juga menganggu transpor ion membran eritrosit yang menyebabkan ion Ca2+ berada tetap di dalam sel sehingga eritrosit menjadi tidak luwes dan tekanan osmotik pada eritrosit meningkat sedangkan tekanan osmotik pada plasma menurun sehingga membuat eritrosit menjadi sel yang tidak plastis dan mudah sekali mengalami hemolisis. Masuknya ion Ca2+ ini akan memicu pelepasan enzim laktat dehidrogenase ke ix dalam sel yang menyebabkan kerusakan sel (sitolisis) dan integritas dari membran plasma berkurang (Edwards dan Hessinger, 2000).en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries072010101067;
dc.subjectEFEK TOKSIN UBUR-UBUR (Physalia physalis)en_US
dc.titleEFEK TOKSIN UBUR-UBUR (Physalia physalis) BERBAGAI KONSENTRASI TERHADAP HEMOLISIS ERITROSIT MANUSIAen_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record