Show simple item record

dc.contributor.authorCinta Raga Suci Prestiyono
dc.date.accessioned2014-01-24T23:36:36Z
dc.date.available2014-01-24T23:36:36Z
dc.date.issued2014-01-24
dc.identifier.nimNIM090110201046
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/23742
dc.description.abstractPenelitian ini difokuskan untuk menjawab rumusan masalah yaitu, 1) Bagaimana unsur-unsur struktural yang terdapat dalam novel Perempuan di Titik Nol karya Nawal el-Saadawi yang meliputi judul, tema, penokohan dan perwatakan, latar, serta konflik? 2) Bagaimana manifestasi ketidakadilan gender yang terdapat dalam novel Perempuan di Titik Nol karya Nawal el-Saadawi yang meliputi marginalisasi, subordinasi, sterotipe, kekerasan, dan beban kerja?. Tujuan penelitian yaitu: 1) Mendeskripsikan unsur-unsur struktural yang membangun novel Perempuan di Titik Nol karya Nawal el-Saadawi yang meliputi judul, tema, penokohan dan perwatakan, latar serta konflik; 2) Mendeskripsikan analisis ketidakadilan gender yang ada dalam novel Perempuan di Titik Nol karya Nawal el-Saadawi yang meliputi marginalisasi, subordinasi, sterotipe, kekerasan, dan beban kerja. Metode yang digunakan metode kualitatif deskriptif. Adapun langkah-langkah metode kualitatif deskriptif dalam penelitian ini sebagai berikut: 1) membaca novel secara keseluruhan; 2) mengidentifikasi dan mengolah data dengan mengklasifikasikan data-data yang berhubungan dengan unsur-unsur struktural; 3) mengumpulkan data-data yang diperoleh berdasarkan pokok permasalahan penelitian; 4) memilah data-data sesuai masalah penelitian; 5) mengidentifikasi dan mengolah data dengan mengklasifikasikan data-data yang berhubungan dengan ketidakadilan gender; 6) melakukan analisis struktural; 7) melakukan analisis ketidakadilan gender; 8) menarik kesimpulan dari analisis tersebut. Hasil analisis dari penelitian ini adalah judul. Judul novel Perempuan di Titik Nol karya Nawal el-Saadawi menunjukkan keadaan atau suasana. Tokoh Firdaus mengalami keadaan yang benar-benar berada pada posisi psikis paling rendah. Tema mayor adalah perjuangan seorang pelacur yang menginginkan kebebasan sejati. Sedangkan tema minor yaitu, kebobrokan moral pemimpin dapat menyebabkan penderitaan rakyat, kebaikan tidak selamanya dilakukan dengan ikhlas. Tema mayor dan tema minor tersebut memiliki keterkaitan dan saling mendukung. Tokoh utamanya adalah Firdaus. Firdaus merupakan tokoh yang memiliki watak datar (flat character) karena tidak mengalami perubahan watak. Dari awal sampai akhir cerita Firdaus memiliki watak yang tegar dan berani. Tokoh utama didukung oleh tokoh bawahan. Tokoh bawahan yang banyak berhubungan dengan tokoh utama adalah ayah Firdaus, ibu Firdaus, paman Firdaus, Syekh Mahmoud, Bayoumi, Syarifa, Fawzi, Ibrahim, dan Marzouk. Tokoh Bayoumi dan Ibrahim dalam novel tersebut berwatak bulat (round character) karena mengalami perubahan watak, sedangkan tokoh lain dalam novel tersebut berwatak datar (flat character) karena tidak mengalami perubahan watak. Penggambaran latar meliputi latar tempat, latar waktu, latar sosial. Latar tempat terjadi di Penjara Qanatir, rumah paman Firdaus, rumah Syekh Mahmoud, dan apartemen. Latar waktu terjadi pada pagi hari dan malam hari. Sedangkan latar sosial mengambil kebudayaan pelacuran di Mesir. Di dalam novel digambarkan kebobrokan lelaki di Mesir. Konflik yang ada yaitu konflik fisik dan konflik batin. Konflik fisik yaitu antara manusia dan manusia terjadi antara Firdaus dengan Bayoumi, dan Firdaus dengan Marzouk. Konflik antara manusia dan masyarakat dialami oleh Firdaus dengan polisi. Konflik antara manusia dan alam tidak terdapat dalam novel Perempuan di Titik Nol. Konflik batin dibagi menjadi dua yaitu konflik batin ide dengan ide tidak terdapat dalam novel sedangkan konflik antara manusia dengan kata hatinya dialami oleh Firdaus saat ia mendengar berita dari karyawan perusahaan bahwa Ibrahim sudah bertunangan. Analisis pragmatik yang dititikberatkan pada ketidakadilan gender meliputi: marginalisasi, subordinasi, sterotipe, kekerasan, dan beban kerja. Marginalisasi dilakukan oleh tokoh istri paman Firdaus dengan menikahkan Firdaus dengan Syekh Mahmoud. Marginalisasi juga dilakukan tokoh Marzouk terhadap Firdaus dengan mengambil hasil kerja Firdaus sebagai pelacur. Selain dari istri pamannya dan Marzouk, Firdaus juga mengalami marginalisasi dari Syarifa. Firdaus dijadikan sebagai pelacur dan hanya mendapat rasa sakit, sedangkan Syarifa mendapatkan uangnya. Subordinasi dilakukan oleh Syekh Mahmoud terhadap Firdaus dengan menyuruh Firdaus melakukan pekerjaan domestik yang terlalu berat. Subordinasi juga dilakukan Marzouk terhadap Firdaus dengan menjadikan Firdaus sebagai “alat” untuk menghasilkan uang. Sterotipe dialami Firdaus saat pamannya berusaha menyentuh tubuhnya dengan berbagai cara. Firdaus mendapat pelebelan negatif karena ia membiarkan galabeyanya terbuka. Sterotipe juga dilakukan Bayoumi dengan mengatakan bahwa Firdaus adalah perempuan jalang. Sterotipe juga dilakukan Di’aa terhadap Firdaus dengan mengatakan bahwa Firdaus wanita tidak terhormat. Kekerasan meliputi bentuk pemerkosaan terhadap perempuan, termasuk dalam rumah tangga yang dilakukan Syekh Mahmoud terhadap Firdaus, tindakan pemukulan dan serangn fisik yang terjadi di rumah tangga yang dilakukan ibu Firdaus dan Syekh Mahmoud terhadap Firdaus. Kekerasan fisik juga dialami ibu Firdaus yang dilakukan oleh ayah Firdaus. Bentuk penyiksaan yang mengarah kepada organ kelamin dilakukan ibu Firdaus saat ia memotong organ kelamin Firdaus, kekerasan dalam bentuk pelacuran dilakukan Syarifa dan Marzouk dengan mengambil hasil yang lebih besar dari kerja Firdaus, kekerasan dalam bentuk pornografi tidak terdapat dalam novel Perempuan di Titik Nol, kekerasan dalam bentuk pemaksaan sterilisasi dalam Keluarga Berencana tidak terdapat dalam novel, kekerasan terselubung dilakukan oleh paman Firdaus, Di’aa dan Marzouk terhadap Firdaus, dan pelecehan seksual berupa kata-kata kasar dilakukan oleh Bayoumi, Di’aa, dan polisi. Beban kerja dialami Firdaus sejak ia kecil sampai ia menikah dengan Syekh Mahmoud. Setiap hari ia melakukan pekerjaan domestik yang berat. Dari keseluruhan analisis struktural dan pragmatik dapat diketahui bahwa antara unsur-unsur itu ada keterkaitan yang erat. Manfaat yang dapat diperoleh dalam menganalisis pragmatik tersebut bahwa untuk menghentikan berbagai jenis ketidakadilan gender adalah kaum perempuan harus memiliki kesempatan dan hak yang sama dengan laki-laki agar marginalisasi yang sering dialami perempuan tidak terjadi. Perempuan harus memiliki pendidikan yang tinggi agar dalam masyarakat dapat diterima sehingga tidak terjadi subordinasi. Perempuan harus memiliki potensi diri agar dapat menghilangkan sterotipe yang disandangnya. Untuk menghindari kekerasan, perempuan harus berani memberikan penolakan terhadap pelaku kekerasan fisik maupun psikis, dan perempuan harus mendapat pembagian kerja yang jelas agar tidak terjadi beban kerja yang tidak jelas.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries090110201046;
dc.subjectKetidakadilan Gender Novel Perempuan di Titik Nol Karya Nawal el-Saadawen_US
dc.titleKETIDAKADILAN GENDER NOVEL PEREMPUAN DI TITIK NOL KARYA NAWAL EL-SAADAWIen_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record