Show simple item record

dc.contributor.authorWindha Ayu Safitri
dc.date.accessioned2014-01-22T04:01:55Z
dc.date.available2014-01-22T04:01:55Z
dc.date.issued2014-01-22
dc.identifier.nimNIM080910301073
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/20665
dc.description.abstractRemaja merupakan masa peralihan antara masa anak dan masa dewasa yang berjalan antara umur 12 tahun sampai 21 tahun. Setiap tahap usia manusia pasti ada tugas-tugas perkembangan yang harus dilalui. Bila seseorang gagal melalui tugas perkembangan pada usia yang sebenarnya maka pada tahap perkembangan berikutnya akan terjadi masalah pada diri seseorang tersebut. Untuk mengenal kepribadian remaja perlu diketahui tugas-tugas perkembangannya. Tugas-tugas perkembangan tersebut antara lain: remaja dapat menerima keadaan fisiknya dan dapat memanfaatkannya secara efektif. Mahasiswa digolongkan sebagai remaja akhir dan dewasa awal, yaitu usia 1821 tahun dan 22-24 tahun. Pada usia tersebut mahasiswa mengalami masa peralihan dari remaja akhir ke dewasa awal. Masa peralihan yang dialami oleh mahasiswa, mendorong mahasiswa untuk menghadapi berbagai tuntutan dan tugas perkembangan yang baru. Tuntutan dan tugas perkembangan mahasiswa tersebut muncul dikarenakan adanya perubahan yang terjadi pada beberapa aspek fungsional individu, yaitu fisik, psikologis dan sosial. Adapun ciri-yang dimiliki oleh remaja akhir adalah: Kestabilan bertambah, ketenangan emosional bertambah, pikiran realistis bertambah, Lebih banyak perhatian dalam lambang-lambang kematangan. Beberapa macam bentuk-bentuk emosi pada maja remaja akhir adalah: Marah,emosi tidak stabil,cara berfikirnya bersifat kuasalitas Kaum remaja merupakan proses menuju kedewasaan, dan dalam proses ini mereka menghadapi segala macam hal-hal baru. Sebagian dari mereka mengalami kondisi kegersangan spiritual yang disebabkan oleh kondisi emosional mereka yang masih berada dalam taraf transisi. Labilitas dan kerapuhan emosionalnya masih sangat tinggi dan segala perbuatan yang dilakukannya terkadang masih kurang dipertimbangkan. Indahnya romantika pacaran sudah menghipnotis remaja sampai mereka lupa bahwa di balik indahnya pacaran, bila tidak hati-hati justru akan terjebak dalam situasi yang tidak menyenangkan atau bahkan akan menjadi cerita yang tidak akan terlupakan seumur hidup. Tindak kekerasan dalam pacaran pada dasarnya dapat dibagi dalam dua kategori yaitu kekerasan yang bersifat fisik dan kekerasan yang bersifat non fisik. Kekerasan fisik dapat berupa pelecehan seksual seperti perabaan, colekan yang tidak diinginkan, pemukulan, penganiayaan serta perkosaan termasuk dalam kategori ini adalah teror dan intimidasi sedangkan kekerasan non fisik dapat berupa cacian,colekan, bentuk perhatian yang tidak diinginkan, direndahkan dan dianggap selalu tidak mampu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak apa sajakah yang ditimbulkan dari terjadinya kekerasan dalam berpacaran. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Arah penelitian ini mengenai Dampak Kekerasan Dalam Berpacaran Pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jember. Penentuan infoman dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling dan menemukan 5 orang infoman pokok, dan 7 orang informan tambahan. Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi wawancara mendalam Hasil penelitian yang didapat yaitu dapat mengetahui bentuk-bentuk kekerasan dalam berpacaran dampak-dampak seperti apakah yang ditimbulkan setelah terjadi kekerasan. Hasilnya adalah sebagai berikut: Bentuk-bentuk kekerasan dalam pacaran yang terjadi pada remaja atau anak muda dapat dikelompokkan ke dalam beberapa bentuk berikut: 1. Kekerasan fisik: seperti memukul, menampar, menendang, serta tindakan fisik lainnya. 2. Kekerasan psikologis: seperti mengancam, memanggil dengan sebutan buruk, memperlakukan,mencaci maki, menjelek-jelekan, berteriak, menyumpah, dan lain sebagainya. 3. Kekerasan seksual: seperti memaksa pacarnya untuk melakukan perilaku seksual tertentu seperti meraba, memeluk, mencium, hubungan seksual padahal pasangannya tidak bersedia atau berada di bawah ancaman. Berpacaran juga mempunya dimensi negatif, adapun dampak secara negative yang ditimbulkan adalah: 1. Dampak Psikologis Perempuan menjadi trauma atau benci kepada laki-laki. Akibatnya, ia takut menjalin hubungan dengan laki-laki 2. Dampak Seksual Dampak dari kekerasan seksual yaitu mengalami sebuah traumatik bagi para korban dan orang-orang yang dekat dengan korban. 3. Dampak Fisik Pelecehan yang sering dan parah bisa mengakibatkan cedera yang lebih parah seperti: lebam, memar, luka, lecet, ginekologi dan patah tulang dapat terjadi. 4. Dampak Sosial Posisi perempuan menjadi lemah dalam hubungannya dengan laki-laki. Apabila perempuan yang merasa telah menyerahkan keperawanannya pada pacarnya, biasanya merasa minder untuk menjalin hubungan lagi.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries080910301073;
dc.subjectRemaja, Bentuk-bentuk Kekerasan, dan Dampak-dampak Kekerasan.en_US
dc.titleDAMPAK KEKERASAN DALAM BERPACARANen_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record