Show simple item record

dc.contributor.authorAstri Widyaruli Anggraeni NIM 040110201078
dc.date.accessioned2014-01-21T12:24:53Z
dc.date.available2014-01-21T12:24:53Z
dc.date.issued2014-01-21
dc.identifier.nimNIM040110201078
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/20022
dc.description.abstractWacana merupakan satuan bahasa yang paling besar yang digunakan dalam komunikasi. Satuan bahasa dibawahnya secara berturut-turut adalah kalimat, bahasa, kata, dan bunyi. Secara berurutan, rangkaian bunyi membentuk kata. Rangkaian kata membentuk frase dan rangkaian frase membentuk kalimat. Akhirnya, rangkaian kalimat membentuk wacana. Semuanya itu bisa lisan atau tulis. Ceramah agama merupakan salah satu contoh wacana lisan. Untuk membentuk wacana yang apik (well formed) terdapat unsur-unsur yang membentuknya, yaitu unsur dalam (internal) dan unsur luar (eksternal). Unsur internal berkaitan dengan aspek formal kebahasaan, sedangkan unsur eksternal berkenaan dengan hal-hal di luar wacana itu sendiri. Kedua unsur tersebut membentuk satu kepaduan dalam suatu struktur yang utuh dan lengkap. Adanya kesatuan bentuk (kohesi) dan kesatuan makna (koherensi) membuat suatu wacana menjadi padu. Kohesi dan koherensi merupakan unsur wacana yang paling penting. Kedua unsur itu digunakan untuk membangun teks yang baik. Hubungan koherensi dapat diciptakan dengan menggunakan hubungan kohesi. Hubungan kohesi dapat dilihat dengan menggunakan piranti kohesi. Secara umum, piranti kohesi dapat dibedakan menjadi piranti gramatikal dan piranti leksikal. Akan tetapi, tidak selamanya penggunaan piranti kohesi dapat menjamin munculnya hubungan koherensi. Di samping piranti kohesi, masih banyak faktor lain yang memungkinkan terciptanya koherensi wacana, antara lain, latar belakang pengetahuan pemakai bahasa atas bidang permasalah, pengetahuan atas bidang budaya dan sosial, dan kemampuan “ membaca ” hal-hal yang tersirat (membuat praanggapan).Penceramah agama (Ustadz Akhmad Bakdal) dalam ceramah-ceramahnya harus mampu menghasilkan wacana yang kohesif dan koherensif. Penceramah yang merupakan keturunan Arab, namun mampu berbahasa Indonesia dan berbahasa daerah (Madura dan Jawa) dengan baik dan lancar menjadi alasan peneliti memilih penceramah sebagai informan. Dengan pengetahuan berbahasa, wacana ceramah agama tersebut dapat menjadi sebuah wacana yang apik (well formed). Tujuan penelitian untuk mengetahui kekohesian dan kekoherensian yang terdapat dalam wacana ceramah agama yang dikemukakan oleh Ustadz Akhmad Bakdal. Hasil penelitian diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai penambah wawasan, pengetahuan, dan pengalaman bagi peneliti , mahasiswa, guru bahasa Indonesia, penceramah agama yang masih merasa bingung dengan pemilihan bahasa yang tepat, para linguis, pecinta bahasa atau orangorang yang berminat mengkaji masalah komunikasi verbal maupun nonverbal dan memberikan masukan pada studi analisis wacana. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Peneliti mendatangi tempat ceramah dan menyimak penggunaan bahasa pada ceramah agama yang dituturkan oleh Ustadz Akhmad Bakdal, merekam tuturan dalam ceramah tersebut lalu mentranskripkan tuturan tersebut dalam bentuk data tertulis. Sumber data dalam penelitian ini adalah ceramah agama dalam Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW SAW “Jamaah Tahlil dan Pengajian Aqwamith Thoriq” yang dilaksanakan di Lingkungan Tegal Boto Kidul, Kec. Sumber Sari, Kab. Jember pada hari Sabtu tanggal 07 April 2007 pukul. 19.00 WIB, ceramah Halal Bihalal di Lingkungan Muktisari Jember pada hari Kamis tanggal 01 November 2007 pukul 09.00 WIB, ceramah khutbah jumat di Masjid Al-Ikhlas, Kec. Semboro pada hari Jumat tanggal 02 November 2007 pukul 11.30 WIB, ceramah pernikahan di Lingkungan Talangsari Jember pada hari Sabtu tanggal 03 November 2007 pukul 08.00 WIB, dan ceramah Walimatul Akikah di Lingkungan Mastrip pada hari Sabtu tanggal 03 November 2007 pukul 19.00 WIB. Adanya kepaduan dan keruntutan dalam wacana mengimplikasikan bahwa di dalam ceramah agama tersebut terdapat relasi formal dan semantis yang membentuk struktur kewacanaan, sehingga wacana tersebut menjadi padu. Secara formal dapat dinyatakan dengan aspek leksikal maupun aspek gramatikal. Hubungan antarkalimat dengan aspek gramatikal dinyatakan dengan referensi (pengacuan), substitusi (penyulihan), pelesapan (ellipsis), dan konjungsi (perangkaian). Sedangkan, hubungan antarkalimat dengan aspek leksikal dinyatakan dengan repetisi (pengulangan), sinonimi, antonimi, kolokasi (sanding kata), hiponimi (hubungan atasbawah), dan ekuivalensi (kesepadanan). Secara semantis wacana ceramah agama dapat diketahui melalui analisis semantis dan pragmatis. Secara semantis hubungan antarkalimat mempunyai hubungan makna kausalitas (hubungan sebab-akibat), hubungan alasan-sebab, hubungan sarana-tujuan, hubungan amplikatif, hubungan syarat-hasil, hubungan identifikasi, dan hubungan ibarat. Dalam memahami wacana secara komprehensif perlu memperhatikan fenomena pragmatiknya. Fenomena pragmatik itu adalah presuposisi (praanggapan) dan implikatur. Presuposisi dapat menjelaskan keterkaitan atau hubungan antarkalimat dalam wacana, sedangkan implikatur merupakan jembatan atau rantai yang menghubungkan antara “yang diucapkan” dengan “yang diimplikasikan”. Dengan adanya praanggapan dan implikatur percakapan, wacana dapat diketahui melalui isi sesuai konteks dan maknanya tersebut. Dari upaya pengorganisasian wacana yang dilakukan oleh penceramah (Ustadz Akhmad Bakdal) terlihat bahwa wacana tersebut merupakan wacana yang apik, walaupun penelitian ini hanya melihat melalui hubungan antarkalimat.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries040110201078;
dc.subjectKEKOHESIAN DAN KEKOHERENSIANen_US
dc.titleKEKOHESIAN DAN KEKOHERENSIAN DALAM WACANA CERAMAH AGAMA OLEH USTADZ AKHMAD BAKDALen_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record