Show simple item record

dc.contributor.authorFitri Nura Murti
dc.date.accessioned2014-01-21T07:16:25Z
dc.date.available2014-01-21T07:16:25Z
dc.date.issued2014-01-21
dc.identifier.nimNIM050210402195
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/19937
dc.description.abstractKesenian merupakan salah satu unsur pokok kebudayaan yang di dalamnya terdapat adat-istiadat (nilai ideal), aktivitas budaya dan juga peralatan fisik. Sebagai penyangga kebudayaan nasional, kebudayaan daerah sangat berharga dan perlu dilestarikan. Kèjhung merupakan salah satu tradisi lisan Madura sangat menarik untuk ditelit i karena memiliki struktur bunyi dan musikalisasi yang khas, mengandung falsafal hidup, sehingga berpotensi sebagai media melestarikan nilai- nilai luhur bagi masyarakat pendukungnya,. Permasalahan dalam penelit ian ini dirumuskan: (1) bagaimanakah pelaksanaan ngèjhung dalam pertunjukan ludruk di Jember? (2) bagaimanakah struktur bunyi dan musikalisasi kèjhung dalam pertunjukan ludruk di Jember? (3) bagaimanakah tema dan nilai moral kèjhung dalam pertunjukan ludruk di Jember? dan (4) apakan fungsi kèjhung dalam pertunjukan ludruk di Jember? Jenis penelit ian yang digunakan adalah penelit ian deskriptif kualit atif. Sumber data dalam penelit ian ini adalah acara opah gedhung, tari ngremo (pembuka), serta barisan yang teritegrasi dalam pertunjukan ludruk saat pesta pernikahan masyarakat etnis Madura di Jember. Data penelit ian adalah kèjhung paparèghân serta teknik pelaksanaan ngèjhung. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik rekam, observasi dan wawancara, sedangkan teknik analisis data menggunakan teknik deskriptif-interpretatif. Lokasi penelit ian dilakukan di Jember dengan pertimbangan masih terjaganya enkulturasi budaya. Hasil penelit ian meliputi (1) pelaksanaan ngèjhung, (2) struktur bunyi dan musikalisasi kèjhung, (3) tema dan nilai moral kèjhung, dan (4) fungsi kèjhung. Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan ngèjhung merupakan seni melantunkan kèjhung paparèghân (parikan Madura) oleh 2 atau 3 orang panjhak yang biasa digelar di tanèyan (halaman) tuan rumah pesta pernikahan, saat acara opah gedhung, tari ngremo (pembuka), serta barisan yang teritegrasi dalam pertunjukan Ludruk, digelar sebagai penghargaan dan hiburan dari tuan rumah bagi gedhung/rerewang juga tamu untuk berbagi kebahagiaan dan mempererat hubungan sosial. Pelantunan kèjhung memiliki ciri-ciri fonologis: (a) mengalun lamban, (b) dilafalkan dengan nada variatif, bernada sedang, sewaktu-waktu bisa berubah menjadi begitu tinggi melengking terkesan ditarik-tarik, dan (c) sesekali ada penekanan kata/suku kata disertai perpanjangan bunyi vokal. Kèjhung berupa pantun, menggunakan ragam bahasa sehari-hari dengan tingkat tutur enggi-enten. Secara fonologi, rima tersusun dari permainan bunyi konsonan (aliterasi) dan vokal (asonansi) yang menciptakan rit ma dan metrum yang indah saat di-kèjhung-kan. Terdapat paralelisme pada tataran sintaksis dan semantis, sehingga tercipta keseimbangan poros sistagmatik dan paradigmatik. Ini didukung oleh adanya variasi gaya bahasa (metafora, metonimi, persodifikasi, simile), pemilihan diksi yang tepat, ungkapan-ungkapan serta bahasa kias yang merupakan simbolisasi pada sampiran. Sampiran tidak hanya berfungsi sebagai pembayang, namun juga bermakna simbolik. Dari kesastraannya, kèjhung mengangkat tema-tema universal (tema umum) yakni ketuhanan, cinta, keadaan, dan kehidupan, sedangkan tema-tema khususnya antara lain cinta kasih, kasih sayang, gelisah/ketakutan, kebahagiaan, kedukaan/kesedihan, kesengsaraan hidup, ketuhanan, krit ik sosial, tanggungjawab, dan pengharapan. Kèjhung juga mengandung nilai-nilai moral mengenai kesetiaan (hubungan muda-mudi dan kehidupan suami istri), tanggung jawab, kerukunan hidup, sikap rendah diri, kesabaran, kesopanan/etika, dan sikap berserah diri (pasrah) kepada ketentuan Tuhan YME. Kèjhung berfungsi sebagai media tunjuk ajar moral dan etika, media (syiar/dakwah) keagamaan, dan krit ik sosial. Dalam pertunjukan ngèjhung, ditemukan tema-tema budaya yang mencerminkan suasana budaya masyarakat etnis Madura di Jember, yaitu: (1) strategi menata hubungan sosial impersonal melalui kesenian kejhung, (2) mempertahankan status dalam masyarakat, (3) adanya konflik sosial menciptakan pola pertahanan tradisional yang memanfaatkan magis proteksi, (4) etos kerja yang t inggi, (5) penghargaan, dan (6) kesetaraan gender. Struktur bunyi kèjhung terbentuk dari pola penambahan/perulangan serta penggant ian struktur leksikal. Dari pembahasan tema dan nilai, dapat ditemukan falsafah hidup etnis Madura yang berdasar nilai-nilai agama Islam mengenai tanggung jawab terhadap Tuhan, keluarga, dan sesama; kesetiaan; kerukunan hidup; sikap rendah diri; kesabaran; kesopanan/etika; dan sikap berserah diri (pasrah) kepada ketentuan Tuhan YME. Dengan ditemukannya nilai moral, maka dapat terlihat kearifan lokal (local genius) kultur tempatan etnis Madura di Jember. Manfaat kèjhung dalam masyarakat ialah sebagai bentuk ekspresi estetis, hiburan, pendukung ekonomi, pemelihara solidaritas dan media krit ik sosial, serta sarana pendidikan (pedagogical device) dan syiar agama yang bersifat filosofis dan mengakar pada kepribadian masyarakat etnis Madura di Jember. Saran yang dapat diberikan adalah: (1) diadakannya penelit ian lebih lanjut, karena mungkin terdapat pola atau informasi lain yang belum ditemukan penelit i. Dalam penelit ian ini, t idak ditemukan tema dan nilai tentang alam, juga fungsi propaganda. Penelit i mencurigai adanya informasi yang terputus; (2) Hasil penelit ian ini dapat dijadikan temuan awal dari penelit ian kèjhung untuk pengembangan dan pembaharuan karakteristik dan khasanah sastra terutama sastra Madura; (3) Hasil penelit ian ini dapat dijadikan alternatif bahan pelajaran Bahasa Daerah Madura tingkat Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) melalui kompetensi dasar Melagukan Kèjhung, dari segi bentuk (struktur) maupun kandungannya (pesan dan makna); (4) Pemerintah (dinas pariwisata) dapat menjadikan seni ini sebagai aset budaya untuk pengembangan potensi daerah; (5) Perlu adanya revitalisasi serta inovasi-inovasi baru, sehingga sesuai dengan perkembangan zaman; (6)Kesenian kejhung dapat menjadi bahan mata kuliah etnomusikologi di Perguruan Tinggi Seni.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries050210402195;
dc.subjectKÈJHUNG PAPARÈGHÂN DALAM SENI PERTUNJUKAN LUDRUK DI JEMBERen_US
dc.titleKÈJHUNG PAPARÈGHÂN DALAM SENI PERTUNJUKAN LUDRUK DI JEMBERen_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record