Show simple item record

dc.contributor.authorDidin Indah Kurniawati
dc.date.accessioned2013-11-30T08:57:51Z
dc.date.available2013-11-30T08:57:51Z
dc.date.issued2013-11-30
dc.identifier.nimNIM080910101033
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/1979
dc.description.abstractPerang di Semenanjung Korea dipengaruhi oleh Negara Jepang, China bahkan Russia. Ketiga negara ingin menguasai seluruh Semenanjung Korea sehingga membuat mereka saling berperang, selanjutnya yang terjadi adalah negara di bagian utara meminta bantuan Rusia, bagian timur Jepang, dan bagian barat China atau Korea. Hanya sekali selama 40 tahun Semenanjung Korea dibawah pemerintah tunggal orang Korea yaitu di era dinasti Koryo maka dengan itu nama Korea itu diambil. Akhirnya cara untuk menghentikan peperangan tersebut dengan jalan membagi Korea Selatan-Korea Utara sepanjang sungai Yalu. Usaha untuk menyatukan Korea dengan cara militer antar-Korea sudah pernah di lakukan yaitu terjadinya perang pada tahun 1950-1953. Perang itu dihentikan dengan gencatan senjata namun bukan untuk menghentikan perang hanya perjanjian gencatan senjata dimana sewaktu-waktu perang bisa pecah kembali. Baik Korea Selatan dan Korea Utara sudah jenuh memilih cara perang dan berusaha untuk menyatukan Korea dengan cara non perang. Korea Utara hanya punya partai komunis, sehingga cara perdamaian dengan politik ini gagal. Setelah sekian tahun mencari cara, maka diambil cara ekonomi melalui pembuatan suatu bentuk kerjasama ekonomi yang berlokasi di Korea Utara dengan nama Kaesong Industrial Park. Penelitian ini menggunakan metode analisa kualitatif dimana sumber data diambil dari data sekunder. Penulis menafsirkan secara kualitatif fakta-fakta dari berita-berita dari media massa dengan metode berfikir deduktif dimana penulis dipandu oleh kerangka teori yang menyebutkan bahwa merupakan integrasi dalam bidang – bidang non-politik yang diharapkan akan semakin meluas (spill-over) integrasinya apabila unit – unit yang terlibat mendapatkan keuntungan dan keterlibatannya dalam integrasi tersebut, teori fungsionalisme begitu erat kaitannya dengan Organisasi Kerja Sama Internasional. Hasil kajian penulis berdasarkan kerangka teori menyebutkan bahwa Kaesong menjadi faktor yang bisa mencegah perang diantara kedua Korea supaya tidak pecah kembali. Hal ini terbukti karena pada tanggal 12 February 2013 terjadi peledakan bom nuklir Korea Utara. Mengakibatkan di tutupnya Kaesong Industrial Park bahkan pegawai Kaesong Industrial Park dipulangkan terakhir ketika ketegangan sudah hampir mencapai puncaknya untuk pecah menjadi perang. Pemerintah Korea Utara dan pemerintah Korea Selatan, akhinya mengawali dialog untuk melanjutkan industry Kaesong yang sempat terhenti. Karena sekian waktu Kaesong terhenti, mengakibatkan eksport tertunda dan pendapatan tidak diperoleh selama ketegangan memuncak. Hal ini membuat Pemerintah Korea Utara dan Pemerintah Korea Selatan sepakat membuka kembali Kaesong. Dengan ini, membuktikan bahwa kerugian ekonomi tidak ingin diambil oleh kedua Korea sehingga mereka memilih cara tidak berperang, terbukti bahwa Kaesong adalah faktor yang mencegah perang dan faktor yang mendorong akan terjadinya perdamaian.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries080910101033;
dc.subjectKerjasama Investasi, Kaesong Industrial Park, Prospek Perdamaian Koreaen_US
dc.titleKERJASAMA INVESTASI DI KAESONG INDUSTRIAL PARK DAN PROSPEK PERDAMAIAN KOREAen_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record