Show simple item record

dc.contributor.authorAmin Kamaril Wahyudi
dc.date.accessioned2013-11-30T02:06:05Z
dc.date.available2013-11-30T02:06:05Z
dc.date.issued2013-11-30
dc.identifier.nimNIM082010101051
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/1852
dc.description.abstractKarsinoma hepatoselular atau hepatoma adalah tumor ganas yang menyebabkan kerusakan bentuk dan fungsi organ hati (Depkes RI, 2006). Karsinoma hepatoselular merupakan kanker nomor lima tersering di Indonesia. Dalam kelompok penyakit hati, kanker ini menduduki tempat terbanyak ketiga setelah sirosis hati dan hepatitis virus. Di Indonesia, kanker ini mematikan lebih dari satu juta orang per tahun (Rasyid Abdul, 2006). Saat ini sedang gencar dilakukan pengembangan penelitian untuk mengobati dan mencegah perjalanan dari karsinoma hepatoselular. Beberapa pengobatan terhadap karsinoma hepatoselular adalah dengan cara pembedahan, radioterapi dan kemoterapi. Namun cara tersebut masih mempunyai kendala selain biaya yang mahal, efek samping terhadap tubuh masih ditemukan. Saat ini mulai dikembangkan pengobatan dan pencegahan untuk kanker yang berasal dari alam sehingga dapat dikonsumsi dan aman bagi tubuh. Salah satu tanaman yang diketahui dapat mencegah sekaligus menghambat proliferasi dari sel kanker adalah kedelai (Darma et al., 2008) Terdapat beberapa komponen dalam kedelai yang dipercaya mempunyai sifat anti kanker. Senyawa tersebut antara lain : inhibitor protease, phitat, saponin, phitosterol, asam lemak omega-3 dan isoflavon. Diantara anti kanker tersebut, perhatian terbesar ditunjukan terhadap isoflavon. Mekanisme yang banyak diketahui sebagai anti kanker dari isoflavon adalah menghambat aktivitas enzim penyebab kanker, aktivitas antioksidan dan meningkatkan fungsi kekebalan sel (Koswara, 2006). Antioksidan dari isoflavon dalam sari kedelai tersebut juga dapat menghambat produksi oksigen reaktif, sehingga menurunkan radikal bebas. Pada sel kanker, isoflavon dapat memutuskan untaian DNA pada apoptosis dan membantu mengendalikan pertumbuhan sel yang tidak diinginkan yang disebabkan hilangnya regulasi sinyal pertumbuhan dan penekan pertumbuhan karena rusaknya DNA (Asih, 2009). Berdasarkan hal tersebut, kedelai berpotensi sebagai agen kemopreventif baru untuk karsinoma hepatoselular, maka dilakukan penelitian ilmiah lebih lanjut untuk mengetahui apakah sari kedelai mempunyai pengaruh terhadap gambaran sel anaplasi pada karsinoma hepatoselular tikus wistar (Rattus norvegicus) yang diinduksi 7,12-Dimetilbenz (a)antrasen (DMBA. Jenis penelitian ini adalah true experimental laboratories (Pratiknya, 2003) dengan desain Post Test Only Control Group Design. Pemilihan subjek penelitian untuk pengelompokan dan pemberian perlakuan dengan menggunakan randomisasi (Notoatmodjo, 2002) dengan 2 kelompok kontrol, yaitu kontrol negatif (pur dan aquadest) dan kontrol positif (DMBA) serta 3 kelompok perlakuan, yaitu P1 (sari kedelai dosis 5 mg/hari), P2 (sari kedelai dosis 10 mg/hari), dan P3(sari kedelai dosis 20 mg/hari). ix Berdasarkan penelitian ini sari kedelai terbukti mempunyai pengaruh terhadap gambaran histopatologi sel anaplasi pada karsinoma hepatoselular, yaitu dapat menurunkan jumlah sel anaplasi pada karsinoma hepatoselular tikus wistar (Rattus norvegicus) yang diinduksi DMBA dan didapatkan dosis optimal sari kedelai sebesar 20 mg/hari.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries082010101051;
dc.subjectSARI KEDELAI, histopatologien_US
dc.titlePENGARUH SARI KEDELAI TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI SEL ANAPLASI PADA KARSINOMA HEPATOSELULAR TIKUS WISTAR (Rattus norvegicus) YANG DIINDUKSI 7,12-Dimetilbenz(a)antrasen (DMBA)en_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record