Show simple item record

dc.contributor.authorAlfa Miftahul Khoir
dc.date.accessioned2013-11-30T02:02:02Z
dc.date.available2013-11-30T02:02:02Z
dc.date.issued2013-11-30
dc.identifier.nimNIM082010101033
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/1851
dc.description.abstractKanker paru adalah tumor ganas paru primer yang berasal dari saluran nafas atau epitel bronkus. Terjadinya kanker ditandai dengan pertumbuhan sel yang tidak normal, tidak terbatas, dan merusak sel jaringan yang normal. Kanker paru menduduki urutan kedua penyebab utama kematian seseorang akibat kanker, setelah kanker payudara (Nurmaya, 2010). Penemuan suatu agen pencegah kanker yang berasal dari alam kian diminati oleh masyarakat karena bahan alam tidak berbahaya bagi tubuh mengingat terapi kanker yang selama ini memiliki efek samping yang sangat berbahaya terhadap tubuh kita. Untuk itu diperlukan suatu usaha dalam rangka menggali potensi alam khususnya di Indonesia sebagai alternatif pengobatan kanker terutama sebagai agen kemopreventif (Li et al., 1999). Salah satu komponen yang terdapat dalam kedelai yang bersifat anti kanker yaitu isoflavon. Mekanisme anti kanker dari isoflavon adalah menghambat aktivitas enzim penyebab kanker, aktivitas anti oksidan dan meningkatkan fungsi kekebalan sel (Koswara, 2006). Kedelai berpotensi sebagai agen kemopreventif baru untuk kanker paru, maka dilakukan penelitian ilmiah lebih lanjut untuk mengetahui apakah sari kedelai (Glycine max L.) mempunyai pengaruh terhadap apoptosis sel pada kanker paru tikus wistar (Rattus norvegicus) yang diinduksi 7,12-Dimetilbenz (a)antrasen (DMBA). Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratoris (Pratiknya, 2003) dengan rancangan penelitian yang digunakan adalah post test only control group design. Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah simple random sampling dengan 2 kelompok kontrol, yaitu kontrol negatif (pemberian pur dan aquadest) dan kontrol ix positif (pemberian DMBA) serta 3 kelompok perlakuan, yaitu P1 (pemberian DMBA dan sari kedelai dosis 5mg/hari), P2 (pemberian DMBA dan sari kedelai dosis 10 mg/hari), dan P3 (pemberian DMBA dan sari kedelai dosis 20 mg/hari). Setiap kelompok perlakuan dilakukan pengamatan apoptosis sel dengan pemeriksaan histopatologi menggunakan pewarnaan imunohistokimia dengan Terminal Transferase and Biotin-16-dUTP (TUNEL Fluorescent Method) pada mikroskop cahaya dengan pembesaran 400 kali dalam 10 lapang pandang. Hasil dari pemeriksaan didapatkan rerata jumlah apoptosis sel paru tikus tiap kelompok adalah K(-) = 20,6; K(+) = 31,4; P1 = 31; P2 = 37,2; P3 = 46,6 tiap lapang pandang. Berdasarkan penelitian ini sari kedelai (Glycine max L.) terbukti dapat meningkatkan apoptosis sel pada kanker paru tikus wistar (Rattus norvegicus) yang diinduksi DMBA dan didapatkan adanya pengaruh pemberian dosis sari kedelai terhadap apoptosis sel pada kanker paru yang paling efektif dalam penelitian ini adalah sebesar 20 mg/hari.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries082010101033;
dc.subjectSari Kedelai,Kankeren_US
dc.titlePENGARUH SARI KEDELAI (Glycine max L.) TERHADAP APOPTOSIS SEL PADA KANKER PARU TIKUS WISTAR (Rattus norvegicus) YANG DIINDUKSI 7,12-Dimetilbenz(a)antrasen (DMBA)en_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record