Show simple item record

dc.contributor.authorAggy Permata Putra
dc.date.accessioned2013-11-30T01:51:25Z
dc.date.available2013-11-30T01:51:25Z
dc.date.issued2013-11-30
dc.identifier.nimNIM092010101041
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/1848
dc.description.abstractDiabetes melitus merupakan penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Diabetes melitus yang tidak diobati dengan baik dapat mengarah ke komplikasi akut maupun komplikasi kronis diabetes melitus, sehingga diperlukan upaya untuk mengontrol kadar glukosa darah penderita diabetes melitus, salah satunya dengan obat antidiabetes oral. Obat antidiabetes oral yang biasa dikonsumsi masyarakat Indonesia adalah obat antidiabetes modern dan obat antidiabetes tradisional. Saat ini, banyak dilakukan penelitian uji tanaman obat, salah satunya tanaman obat antidiabetes, dengan harapan ditemukan bahan obat antidiabetes dari alam yang memiliki efek analog dengan obat kimia dan rendah efek samping. Salah satu tanaman yang memiliki khasiat antidiabetes adalah buncis (Phaseolus vulgaris L.). Buncis mengandung senyawa aktif antara lain alkaloid, antrakuinon, katekin, tanin, flavonoid, polifenol, dan triterpenoid. Senyawa triterpenoid merupakan komponen aktif yang memiliki efek antidiabetes. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak etanol buncis terhadap penurunan kadar glukosa darah mencit yang diinduksi aloksan. Dalam penelitian ini menggunakan sampel berupa mencit jantan galur balb-c umur 2-3 bulan dengan berat badan 20-30 g sebanyak 21 ekor. 21 ekor mencit tersebut kemudian dibagi ke dalam 3 kelompok dan dilakukan penginduksian dengan aloksan dosis 150 mg/kg BB secara i.p. Mencit yang telah diabetes (kadar glukosa darah ≥ 150 mg/dL) kemudian diberikan perlakuan sesuai kelompok perlakuan, yaitu kelompok kontrol negatif (K-) diberi larutan CMC-Na 1% 0,2 ml p.o saat makan, kelompok ekstrak etanol buncis (P) diberi ekstrak etanol buncis dosis 300 mg/kg BB yang dilarutkan dalam 0,2 ml larutan CMC-Na ix 1% secara p.o saat makan, dan kelompok kontrol positif (K+) diberi metformin dosis 1,3 mg yang dilarutkan dalam 0,2 ml larutan CMC-Na 1% secara p.o saat makan. Perlakuan tersebut diberikan 1 kali sehari selama 7 hari. Hari ke-8, mencit diperiksa kadar glukosa darah puasanya (setelah mencit dipuasakan terlebih dahulu selama 16 jam) dengan menggunakan glukometer digital merk Gluko M. Data berupa kadar glukosa darah hari ke-8 dan penurunan kadar glukosa darah (Δ KGD) dianalisis dengan uji One Way ANOVA, dan dilanjutkan dengan uji LSD (Least Significantly Difference). Hasil pengukuran kadar glukosa darah hari ke- 8 menunjukkan, kadar glukosa darah kelompok esktrak etanol buncis (P) lebih tinggi daripada kelompok kontrol negatif (K-) dan kelompok kontrol positif (K+), dengan rata-rata kadar glukosa darah berturut-turut 233,86 mg/dL; 222,14 mg/dL; 116,14 mg/dL. Hasil uji LSD menunjukkan, tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kadar glukosa darah kelompok ekstrak etanol buncis (P) dengan kelompok kontrol negatif (K-), dan menunjukkan perbedaan yang sangat signifikan antara kadar glukosa darah kelompok ekstrak etanol buncis (P) dengan kelompok kontrol positif (K+). Sedangkan berdasarkan penurunan kadar glukosa darah (Δ KGD), kelompok ekstrak etanol buncis (P) memiliki penurunan kadar glukosa darah lebih besar daripada kelompok kontrol negatif (K-) dan kelompok kontrol positif (K+), dengan rata-rata penurunan kadar glukosa darah berturut-turut 173,86 mg/dL; 67,86 mg/dL; 139,29 mg/dL. Hasil uji LSD menunjukkan, terdapat perbedaan yang signifikan antara penurunan kadar glukosa darah kelompok ekstrak etanol buncis (P) dengan kelompok kontrol negatif (K-), dan tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan antara penurunan kadar glukosa darah kelompok ekstrak etanol buncis (P) dengan kelompok kontrol positif (K+). Ekstrak etanol buncis dosis 300 mg/kg BB memiliki efek menurunkan kadar glukosa darah lebih besar daripada kontrol negatif dan kontrol positif (metformin) disebabkan karena mekanisme kerja metformin berkaitan dengan peningkatan ambilan glukosa di jaringan perifer (terutama otot), dan tidak memiliki efek terhadap fungsi sel β pankreas, sedangkan buncis memiliki efek x meningkatkan ambilan glukosa di otot, dan berpengaruh terhadap fungsi sel β pankreas. Buncis memiliki kandungan zat aktif triterpenoid yang berfungsi sebagai antidiabetes. Di ekstra pankreatik, triterpenoid mampu menstimulasi translokasi GLUT 4 ke membran sel otot melalui peningkatan aktivitas AMPactivated protein kinase (AMPK), sehingga terjadi peningkatan ambilan dan penggunaan glukosa oleh otot, yang berakibat menurunya kadar glukosa darah. Sedangkan di pankreas, triterpenoid mampu menghambat produksi TNF-α akibat aktivitas ROS (Reactive Oxygen Species) yang dihasilkan dari siklus redoks aloksan, sehingga efek kerusakan pada sel β pankreas lebih rendah.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries092010101041;
dc.subjectetanol, kadar glukosaen_US
dc.titlePENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.) TERHADAP PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH MENCIT YANG DIINDUKSI ALOKSANen_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record