Show simple item record

dc.contributor.authorMARGARETTA LINANDA DEWI
dc.date.accessioned2014-01-18T09:02:35Z
dc.date.available2014-01-18T09:02:35Z
dc.date.issued2014-01-18
dc.identifier.nimNIM080210101006
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/17024
dc.description.abstractUjian Nasional (UN) adalah kegiatan pengukuran dan penilaian kompetensi peserta didik secara nasional pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Ujian ini bertujuan untuk mengukur kompetensi lulusan pada mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi. Salah satu mata pelajaran yang diujikan dalam Ujian Nasional (UN) yaitu matematika. Sesuai dengan standar isi, ada enam materi pokok matematika pada jenjang SMA/MA program IPA. Enam pokok materi tersebut adalah logika matematika, aljabar, geometri, trigonometri, kalkulus, statistika dan peluang. Penguasaan materi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penguasaan siswa dalam tingkat sekolah yang mencapai ≥60% pada enam materi pokok tersebut. Data sekunder dari Pusat Penelitian Pendidikan (Puspendik) menunjukkan persentase penguasaan materi di tingkat sekolah. Ada beberapa materi yang penguasaan di lingkup sekolahnya masuk dalam kategori rendah, yaitu mencapai <60%. Begitu juga dengan SMA/MA di kabupaten Jember termasuk Jember bagian barat dan selatan, dimana SMA/MA (baik negeri maupun swasta) dalam wilayah tersebut mutu sekolahnya dikategorikan berkualitas. Materi yang persentase penguasaannya <60% pada UN matematika tahun ajaran 2009/2010 di SMA/MA Jember bagian barat dan selatan yaitu menentukan hasil operasi aljabar bentuk logaritma serta menentukan persamaan garis singgung lingkaran dengan syarat tertentu. Rendahnya pencapaian materi soal matematika pada Ujian Nasional (UN) tentunya terjadi karena adanya faktor-faktor tertentu. Faktor-faktor tersebut berasal dari beberapa hal, yaitu dari sarana dan prasarana, fasilitas belajar, dan cara guru mengajar. Faktor-faktor yang dimaksud yaitu, terkait pemahaman siswa, yang mampu memahami materi dari jumlah siswa di kelas adalah ≤50%. Dalam hal ini ada dua kemungkinan, yaitu daya tangkap siswa terhadap materi masih rendah, atau juga dikarenakan cara guru mengajar yang kurang tepat. Jumlah peserta didik yang bertanya tentang suatu materi kurang dari separuh kelas. Artinya, minat dan kepedulian siswa terhadap pelajaran matematika memang masih kurang. Berkaitan dengan intensitas belajar siswa, dapat dikatakan masih kurang, yaitu sebagian besar siswa belajar matematika hanya saat ada jadwal pelajaran matematika atau jika ada ulangan. Sedangkan dalam mendapatkan konsep, struktur, dan prinsip pada suatu materi umumnya siswa hanya mendengarkan penjelasan guru tanpa mempraktikkan sendiri. Jika siswa hanya sebatas mendengar tanpa mempraktikkan sendiri, materi yang didapat tidak akan mudah diingat. Guru matematika yang bukan lulusan pendidikan matematika dapat menjadi faktor penyebab rendahnya penguasaan materi operasi aljabar bentuk logaritma dan materi menentukan persamaan garis singgung lingkaran. Guru matematika seharusnya mempunyai dasar-dasar pembelajaran matematika terlebih dahulu. Ada beberapa guru yang tidak pernah mengikuti sertifikasi dan ada sebagian besar juga guru matematika yang mengikuti sertifikasi namun baru lulus sertifikasi lebih dari tahun 2009. Dari sini diperoleh informasi bahwa guru belum lulus serifikasi saat mengajar matematika tahun ajaran 2007/2008 sampai dengan 2009/2010. Dengan demikian, tidak menutup kemungkinan cara mengajarnya masih kurang tepat dibanding guru yang sudah lulus sertifikasi. Keikutsertaan guru dalam sertifikasi juga penting karena guru yang telah lulus sertifikasi mempunyai bekal lebih banyak tentang proses pembelajaran dibanding guru yang belum pernah mengikuti sertifikasi. Faktor lain yaitu aktivitas guru dalam proses pembelajaran, misalnya sebagian besar guru menjelaskan materi dan langsung memberikan latihan-latihan soal. Dapat dikatakan guru kurang memperhitungkan daya tangkap dan pemahaman siswa, sehingga latihan-latihan soal langsung diberikan meskipun siswa belum memahami materi. Guru tidak memberikan informasi tentang tujuan pembelajaran. Padahal tujuan pembelajaran penting disampaikan agar siswa mengetahui kompetensi apa yang akan dicapai. Selain itu agar pembelajaran lebih terarah dan fokus. Faktor selanjutnya yaitu sebagian besar guru belum paham dengan baik tentang teori-teori belajar. Model pembelajaran yang sering dilakukan guru juga masih belum berkembang, yaitu pada materi operasi aljabar bentuk logaritma dan menentukan persamaan garis singgung lingkaran yang digunakan adalah model pembelajaran langsung. Faktor selanjutnya, ketidaktersediaan sarana belajar dan fasilitas belajar siswa, seperti penggaris dan spidol warna, dimana kedua alat tersebut sangat menunjang dalam materi operasi aljabar bentuk logaritma serta menentukan persamaan garis singgung lingkaran. Pada materi menentukan persamaan garis singgung lingkaran, guru hanya menggunakan penggaris. Seharusnya, kelengkapan yang lain juga sangat dibutuhkan dalam materi tersebut. Misalnya jangka, penggaris siku-siku, busur, dan spidol warna. Penggunaan jangka, penggaris siku-siku, dan busur bertujuan agar sketsa gambar tepat, sehingga perhitungannya juga tidak meleset. Spidol warna digunakan untuk membedakan garis-garis singgung pada lingkaran. Penggunaan spidol warna yang monoton (tidak ada variasi warna), mengakibatkan siswa susah membedakan garis-garis singgung pada lingkaran. Pada materi operasi aljabar bentuk logaritma, penggunaan spidol warna juga penting. Penulisan rumus-rumus yang penting lebih baik menggunakan warna yang berbeda (spidol warna), sehingga siswa dengan mudah mengingat rumus-rumus tersebut. Selain itu, tidak difungsikannya alat atau sumber belajar juga menjadi salah satu faktor penyebab. Meskipun di tiap-tiap sekolah disediakan proyektor, namun tidak pernah digunakan dalam pembelajaran matematika di kelas. Pembelajaran menggunakan media tersebut sebenarnya sangat menunjang dan seharusnya dimanfaatkan dengan baik untuk meningkatkan pemahaman siswa. Sebagian besar guru matematika tidak memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran. Seharusnya guru sadar akan pentingnya penggunaan teknologi dalam proses pembelajaran, termasuk pelajaran matematika yang sifatnya abstrak. Pembelajaran materi menentukan persamaan garis singgung lingkaran diberikan kepada siswa tanpa menggunakan media. Hal ini menyebabkan siswa kesulitan dalam memahami materi, karena geometri tidak bisa dibayangkan secara abstrak. Salah satu contoh agar pembelajaran materi menentukan persamaan garis singgung lingkaran mudah dimengerti siswa adalah dengan menggunakan flash. Media flash atau animasi sangat menunjang pembelajaran materi persamaan garis singgung. Nantinya siswa dapat membedakan dengan jelas tentang garis singgung lingkaran, baik luar maupun dalam.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries080210101006;
dc.subjectIdentifikasi, Faktor Penyebab, Rendahnya Penguasaan Materi, Ujian Nasional Matematikaen_US
dc.titleIDENTIFIKASI FAKTOR PENYEBAB RENDAHNYA PENGUASAANMATERI DALAM UJIAN NASIONAL MATEMATIKA SMA/MA PROGRAM IPA TAHUN AJARAN 2009/2010 DI KABUPATEN JEMBER BAGIAN BARAT DAN SELATANen_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record