Show simple item record

dc.contributor.authorKURNIAWAN, Noer Arief
dc.date.accessioned2013-12-24T08:42:15Z
dc.date.available2013-12-24T08:42:15Z
dc.date.issued2013-12-24
dc.identifier.nim090820201036
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/12670
dc.description.abstractThis study aimed to determine (1) how much the average income of cotton farmers acceleration pattern with cotton farmers in the district acceleration pattern before Situbondo, (2) how much the cost efficiency of cotton farming acceleration pattern with the pattern before acceleration in Situbondo district. This type of research is descriptive comparative, which aims to outline the nature or characteristics of a particular phenomenon and illustrates an object of research based on the facts available. The unit of analysis in this study is the cotton farmers and cotton farmer’s acceleration pattern with the pattern before acceleration in Situbondo in 2011. The sampling method used is random Stratified Sampling methods, number of samples taken, namely 60 120 cotton farmers Cotton farmers after acceleration and 60 farmers before acceleration. Methods of data analysis using the average net income per hectare of cotton farming. To test for significant differences in the level of average net income per acre obtained by the acceleration pattern cotton farmer’s cotton farmers used the pattern before acceleration z test (z-test). To determine differences in the average efficiency cost of cotton farming and cotton farmers acceleration pattern pattern before significant acceleration To test the difference in average cost efficient acceleration pattern cotton farming with cotton farmers use patterns before acceleration z test (z-test) In the analysis of the results showed that the strata I, II, III average net income per hectare of cotton farmers acceleration pattern is higher compared to the average net income per hectare of cotton farmers before the acceleration pattern. The strata I, II, and III the average cost efficiency of cotton farmers Farming acceleration pattern is higher than the average cost efficiency Farming cotton pattern before acceleration. ....Program akselerasi pengembangan tanaman kapas di Jawa Timur telah dimulai dari tahun 2007 di kabupaten Pacitan dan Lamongan. Sampai dengan tahun 2010, daerah pengembangan kapas sudah mencapai 7 kabupaten yaitu antara lain kabupaten pacitan, Lamongan, Situbondo, Probolinggo, Banyuwangi, Mojokerto dan Tuban dengan areal yang terus berkembang yang hingga tahun 2010 mencapai 1.900 hektar. Namun, produktivitas yang dicapai belum mencapai sasaran yang diharapkan yaitu 197 kg/Ha pada tahun 2007, meningkat menjadi 259 kg/Ha pada tahun 2008, 282 kg/Ha pada Tahun 2009 dan menjadi 338 kg/Ha pada tahun 2010. Banyak faktor yang dapat menyebabkan terhambatnya program pengembangan kapas di Jawa timur, antara lain: usaha tani kapas pada umumnya dilakukan pada lahan-lahan marginal, terbatasnya benih unggul dengan harga yang terjangkau, teknologi budidaya anjuran tidak diterapkan dengan sepenuhnya dikarenakan lemahnya permodalan dari petani, pengembangan kapas terbatas hanya pada beberapa wilayah saja, dan lemahnya kelembagaan dari petani kapas. Akibatnya pelaksanaan program-program pengembangan kapas hingga saat ini belum berhasil dengan baik dalam hal pencapaian realisasi dari target areal lahan tanam, hasil produksi kapas maupun produktivitas para petani kapas. Terkait dengan upaya untuk peningkatan areal lahan tanam dan produksi kapas maka mulai tahun 2007, Pemerintah telah memfasilitasi upaya percepatan peningkatan areal tanam dan produksi tanaman kapas melalui dana APBN Tugas Pembantuan (TP) Provinsi berupa penyediaan benih bermutu (100%), pemberian bantuan sarana produksi (25%), pendampingan tugas teknis lapangan dan pelatihan petani. Tujuan dari penelitian ini antara lain: (a) menganalisis besar biaya, keuntungan, dan efisiensi menerapkan program akselerasi kapas di Kabupaten Situbondo; dan (b) menganalisis efisiensi biaya usaha tani kapas pola akselerasi dengan pola sebelum akselerasi di kabupaten situbondo. Jenis penelitian yang digunakan adalah descriptive comparative.Unit analisis dalam penelitian ini adalah petani kapas dengan pola Akselerasi dan petani kapas dengan pola sebelum akselerasi di Kabupaten Situbondo tahun 2011. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode Stratified Rondom Sampling, Jumlah sampel yang diambil sebanyak 120 petani kapas yaitu 60 petani Kapas setelah akselerasi dan 60 petani sebelum akselerasi. Metode xi Analisis Data menggunakan rata-rata pendapatan bersih per hektar usaha tani kapas yang menggunakan akselerasi dan pola sebelum akselerasi Untuk menguji tingkat signifikan perbedaan rata-rata pendapatan bersih per hektar yang diperoleh petani kapas pola akselerasi dengan petani kapas pola sebelum akselerasi digunakan uji z (z-test) Berdasarkan hasil analisis pada pembahasan diperoleh kesimpulan sebagai berikut : Pada strata I, II, III rata-rata pendapatan bersih per hektar petani kapas pola akselerasi lebih tinggi di bandingkan dengan rata-rata pendapatan bersih per hektar petani kapas pola sebelum akselerasi. Untuk keseluruhan strata I,II,III ratarata pendapatan bersih per hektar petani kapas pola akselerasi lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata pendapatan bersih per hektar petani kaps pola akselerasi lebih tinggi dibandingkan rata-rata pendapatan bersih per hektar petani kapas pola sebelum akselerasi, hal ini karena petani kapas pola akselerasi dapat menekan biaya yang dikeluarkan dapat mendapat penerimaan yang tinggi, sedangkan petani kapas pola sebelum akselerasi menggunakan biaya yang tinggi mendapaykan biaya total yang rendah. Pada strata I, II, dan III rata-rata efisiensi biaya usaha tani petani kapas pola akselerasi lebih tinggi daripada rata-rata efisiensi biaya Usaha Tani kapas pola sebelum akselerasi. Untuk keseluruhan strata I,II,dan III rata-rata efesiensi biaya usaha tani kapas per Ha pola akselerasi lebih tinggi daripada rata-rata efisiensi biaya usaha tani petani kapas sebelum pola akselerasi. hal ini dilihat deari penerimaan total yang diterima petani kapas pola akselerasi, sedangkan biaya total yang dikeluarkan rendah. Sebaliknya pada petani petani kapas pola sebelum akselerasi tingkat penerimaan total yang diterima kecil dan biaya total yang dikeluarkan besar.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries090820201036;
dc.subjectTANAMAN KAPASen_US
dc.titlePengaruh Program Akselerasi Pengembangan Tanaman Kapas terhadap Pendapatan Petani Kapas dan Efisiensi Usaha (Studi Kasus Kabupaten Situbondo)en_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record