Show simple item record

dc.contributor.authorPRATAMA, Alex Candra Adi
dc.date.accessioned2023-07-26T23:32:52Z
dc.date.available2023-07-26T23:32:52Z
dc.date.issued2023-05-16
dc.identifier.nim180910101037en_US
dc.identifier.urihttps://repository.unej.ac.id/xmlui/handle/123456789/117342
dc.descriptionFinalisasi oleh Taufik Tgl 27 Juli 2023en_US
dc.description.abstractIsu kekerasan seksual masih menjadi permasalahan serius bagi perempuan di parlemen Australia. Menurut laporan pada 2021 oleh Komisioner Diskriminasi Seks menyebutkan, 1 dari 3 perempuan di parlemen pernah mengalami pelecehan seksual saat bekerja disana. Hal ini sebagaimana yang dialami Sarah HansonYoung dan Julia Gillard. Tidak hanya pelecehan, pemerkosaan juga terjadi di Parlemen Australia sebagaimana yang dialami Brittany Higgins. Jika melihat kondisi Australia, perempuan disana sebenarnya telah banyak mencapai kesetaraan dan pemberdayaan politik. Dari segi hukum juga telah ada Sex Discrimination Act 1984. Bahkan, anggaran pun telah banyak dikeluarkan pemerintah untuk pemberdayaan perempuan. Selain itu, Australia juga merupakan negara demokrasi maju yang mempunyai perhatian tinggi atas Hak Asasi Manusia (HAM). Kondisi tersebut seharusnya membawa perempuan Australia lepas dari isu kekerasan seksual. Namun, kekerasan seksual masih banyak terjadi di Parlemen Australia. Penelitian ini bertujuan mencari penjelasan penyebab masih banyaknya kekerasan seksual terhadap perempuan dalam parlemen Australia. Penelitian ini menggunakan teori feminisme radikal-libertarian serta konsep patriarki, seksisme dan kekerasan seksual. Feminisme radikal-libertarian menyalahkan patriarki atas kekerasan seksual yang terjadi pada perempuan. Patriarki merupakan struktur sosial yang memberikan dominasi kekuasaan pada laki-laki sehingga mengakibatkan penindasan pada perempuan. Kemudian, konsep seksisme digunakan untuk menunjukan adanya patriarki dalam parlemen. Sedangkan konsep kekerasan seksual digunakan untuk mengkategorikan tindakan mana saja yang termasuk kedalam kategori kekerasan seksual. Metode dalam penelitian ini menggunakan deskriptif-kualitatif, sedangkan teknik pengumpulan data menggunakan studi pustaka (library research) dengan memanfaatkan data sekunder. Peneliti mengambil data sekunder dari buku, jurnal, berita, dan berbagai berita atau artikel kredibel yang ada di internet Hasil penelitian menunjukan bahwa patriarki berpotensi menyebabkan kekerasan seksual pada perempuan dalam Parlemen Australia. Patriarki menimbulkan ketimpangan kekuasaan dengan laki-laki sebagai pihak pemegang kekuasaan sedangkan perempuan pihak yang tersubordinasi. Lebih lanjut, ketimpangan kekuasaan dapat mendorong laki-laki bertindak sewenang-wenang terhadap perempuan termasuk berupa kekerasan seksual. Patriarki di Parlemen Australia diperparah dengan budaya alkohol. Alkohol digunakan pelaku untuk mendegradasi kekuasaan perempuan dengan menjadikannya objek seksual yang pasif yakni dengan membuatnya mabuk, hal ini sebagaimana yang terjadi pada Higgins. Ketimpangan kekuasaan juga semakin besar dengan adanya senioritas karena memberikan “kekuasaan ganda” pada pelaku untuk memaksakan kehendak seksualnya pada korban. Patriarki di Parlemen Australia terlihat dari adanya seksisme. Seksisme mendukung adanya relasi kekuasaan tidak seimbang melalui pandangan negatif pada perempuan yang pada akhirnya menyebabkan kekerasan seksual, sebagaimana yang terjadi pada Julia Gillard dan Sarah Hanson-Young. Adapun masih eksisnya patriarki di Parlemen Australia disebabkan oleh wacana patriarki yang terus diproduksi ulang melalui seksisme. Dalam hal ini, media dan Partai politik khususnya Partai Liberal berperan dalam memproduksi ulang seksisme yang ada dalam Parlemen Australia.en_US
dc.description.sponsorshipDosen Pembimbing Utama : Dr. Linda Dwi Eriyanti, S.Sos., M.A. Dosen Pembimbing Anggota : Drs. Himawan Bayu Patriadi, M.A., Ph.Den_US
dc.language.isootheren_US
dc.publisherFakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politiken_US
dc.subjectKEKERASAN SEKSUALen_US
dc.subjectPEREMPUANen_US
dc.subjectPARLEMEN AUSTRALIAen_US
dc.titleKekerasan Seksual terhadap Perempuan dalam Parlemen Australiaen_US
dc.typeSkripsien_US
dc.identifier.prodiHubungan Internasionalen_US
dc.identifier.pembimbing1Dr. Linda Dwi Eriyanti, S.Sos., M.A.en_US
dc.identifier.pembimbing2Drs. Himawan Bayu Patriadi, M.A., Ph.D.en_US
dc.identifier.validatorKacung- 18 Juli 2023en_US
dc.identifier.finalizationTaufiken_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record