Show simple item record

dc.contributor.authorPUTRI, Mareta Dwie Silvia
dc.date.accessioned2023-05-30T06:46:39Z
dc.date.available2023-05-30T06:46:39Z
dc.date.issued2022-07-28
dc.identifier.urihttps://repository.unej.ac.id/xmlui/handle/123456789/116594
dc.description.abstractAlih fungsi lahan merupakan peralihan fungsi sebagian atau keseluruhan pada suatu kawasan dari fungsi sebelumnya menjadi fungsi lainnya. Hal tersebut dapat menimbulkan dampak tertentu pada lingkungan dan potensi lahan. Berdasarkan data BPS (2022) menyatakan bahwa luas tanaman pada daerah perkebunan karet di Jawa Timur dari tahun 2019 hingga 2020 mengalami penurunan, salah satu penyebabnya adanya konversi lahan. Pada area konversi lahan perkebunan diperlukan pencocokan antara tanaman pengganti dengan tanaman sebelumnya. Tingkat kecocokan antara tanaman pengganti dengan lahan sebelumnya dapat dilakukan dengan pengamatan pada beberapa parameter atau parameter kemampuan kelas lahan seperti kecuraman lereng, kepekaan erosi, tingkat erosi, kedalaman tanah, tekstur tanah, permeabilitas, drainase, bentuk batuan, ancaman banjir, dan salinitas. Sebagian parameter di atas dapat diestimasi dari struktur bawah permukaan yang didapatkan dari data geolistrik. Parameter lain yang dapat digunakan untuk menentukan kesesuaian peralihan lahan diantaranya adalah kecuraman lereng. Data tersebut diambil dari data DEM. Hasil dari parameter atau parameter kemampuan kelas lahan dapat digolongkan pada beberapa kelas kemampuan kelas lahan. Kelas I, II, III, dan IV termasuk pada tanah yang cocok untuk lahan pertanian atau perkebunan sedangkan tanah pada kelas kemampuan kelas lahan V, VI, VII, dan VIII tidak cocok untuk lahan pertanian atau perkebunan. Tujuan dilakukannya penelitian ini untuk menentukan kesesuaian kelas lahan terhadap jenis tanaman berdasarkan struktur bawah permukaan yang didapatkan dari data geolistrik dan data kelerengan pada kasus alih fungsi lahan di Perkebunan Sentool. Berdasarkan tujuan tersebut, penelitian dilakukan dengan menggunakan metode geolistrik dan data DEM. Metode geolistrik yang digunakan pada penelitian ini yaitu metode geolistrik resistivitas konfigurasi Wenner-Schlumberger dengan panjang lintasan 82,5 m dan spasi 2,5 m. Prinsip kerja dari metode ini yaitu arus listrik buatan diinjeksikan ke dalam tanah dengan perantara elektroda sehingga nilai beda potensial dapat diukur dari permukaan. Hasil dari data geolistrik dapat digunakan untuk menentukan jenis tanah dan kedalaman tanah pada lokasi penelitian. Selain itu data geolistrik secara tidak langsung dapat digunakan untuk menentukan parameter lainnya, seperti variasi/sebaran batuan, kepekaan erosi, tingkat erosi, dan permeabilitas. Sedangkan data DEM yang bisa diunduh pada laman http://srtm.csi-cgiar.org/ digunakan untuk menentukan kecuraman lereng yang diolah dengan software ArcGIS. Parameter drainase dan ancaman banjir dapat diperoleh menggunakan data sekunder, berupa data BPS, wawancara, dan sifat fisik tanah secara langsung. Integrasi dari data tersebut kemudian dikorelasikan dengan tabel klasifikasi kemampuan kelas lahan untuk mengetahui kelas lahan. Hasil dari pengukuran geolistrik lahan kelengkeng memiliki nilai resistivitas 16,5 Ωm-69,4 Ωm, nilai resistvitas lahan jeruk sebesar 11,6 Ωm-82 Ωm, dan lahan alpukat dengan rentang nilai resistivitas 11,7 Ωm-65,5 Ωm. Jenis tanah pada lahan kelengkeng termasuk pada tanah lanau pasiran lembek-kering sedangkan pada lahan jeruk dan alpukat memiliki jenis tanah lempung lanauan dan tanah lanuan basah-lembek, tanah lanauan pasiran lembek-kering. Hasil dari jenis tanah dapat digunakan untuk menentukan variasi batuan, kepekaan erosi, tingkat erosi, dan permeabilitas. Ketiga lahan memiliki jenis batuan pasir, lempung, dan alluvium, serta tidak ditemukan batu gamping pada ketiga lahan. Berdasarkan hasil jenis tanah, maka nilai kepekaan erosi (K) pada ketiga lahan sebesar 0,29. Tingkat erosi pada ketiga lahan tidak ada, karena ketiga lahan tidak memiliki jenis tanah kering. Jenis tanah pada tiga lahan memiliki nilai permeabilitas tanah sebesar 0,5-6,25cm/jam. Kedalaman tanah dapat diketahui dari hasil pengolahan data geolistrik, lahan kelengkeng dan jeruk kedalaman yang dideteksi 8,64 m sedangkan lahan alpukat kedalaman yang terdeteksi 10 m. Data DEM yang diolah menghasilkan peta kecuraman lereng dengan rentang nilai 3,1%-8% pada ketiga lahan penelitian. Data sekunder yang diperoleh, menghasilkan drainase tanah pada ketiga lahan termasuk baik, dan ancaman banjir pada tiga lokasi penelitian tidak pernah terjadi banjir. Hasil integrasi dari data parameter kemampuan kelas lahan, maka ketiga lahan termasuk dalam kemampuan kelas lahan kelas I. Hal ini menunjukkan adanya kesesuaian lahan dengan tanaman.en_US
dc.description.sponsorshipNurul Priyantari, S.Si., M.Si Dr. Agus Suprianto, S.Si., M.Ten_US
dc.language.isootheren_US
dc.publisherFakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alamen_US
dc.subjectkemampuan kelas lahanen_US
dc.subjectgeolistriken_US
dc.subjectresistivitas wenner-schlumbergeren_US
dc.titleKajian Penentuan Kelas Lahan Berdasarkan Geolistrik 2D Dan Data Kelerengan (Studi Kasus: Alih Fungsi Lahan Di Perkebunan Sentool)en_US
dc.typeSkripsien_US
dc.identifier.prodiFisikaen_US
dc.identifier.validatorValidasi unggah file repository_Iswahyudi_Mei 2023 tanggal 30en_US
dc.identifier.finalizationFinalisasi unggah file repository_M. Arif Tarchimansyah_Mei 2023 tanggal 30en_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record