Prarancangan Pabrik Kristal Patchouli Alcohol menggunakan Metode Super Critical Fluid Extraction dengan Kapasitas Produksi 400 Ton/ Tahun

Abstract

Perkembangan permintaan pasar terhadap minyak atsiri tergolong semakin meningkat setiap tahunnya. Salah satu tanaman yang berpotensi untuk dijadikan bahan baku minyak atsiri adalah nilam. Nilai ekspor minyak atsiri Indonesia hingga April 2021 mencapai USD 83,9 juta dengan pertumbuhan sebesar 15,5%. Peningkatan ini ditopang oleh meningkatnya harga minyak atsiri yang meroket pada masa pandemi. Minyak nilam memiliki harga yang fluktuatif, harga nilam di dalam negeri mengikuti harga dari pasar internasional. Kualitas minyak nilam sangat menentukan harga minyak nilam yang dijual. Ekstraksi Fluida Superkritik (SFE) merupakan metode yang akan digunakan dalam produksi minyak nilam pada pabrik ini. Penggunaan metode SFE memiliki banyak keunggulan diantaranya adalah peningkatan rendemen dan mutu, pengurangan waktu ekstraksi serta ramah lingkungan. Pabrik ini dirancang dengan besar kapasitas produksi 400 ton/tahun. Pabrik ini beroperasi selama 330 hari/tahun. Bahan yang dibutuhkan yaitu tanaman nilam sebanyak 20.938,42 ton/tahun dan CO2 sebanyak 4.013.960 ton/tahun. Proses produksi terbagi menjadi 4 tahapan yaitu preparasi bahan baku, ekstraksi, pemisahan dan kristalisasi. Kondisi operasi pada proses ekstraksi berjalan pada tekanan 140bar dengan suhu 40° C. Pabrik ini akan beroperasi di Kec. Pasaman, Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera Barat, dengan perkiraan mulai beroperasi pada tahun 2025. Berdasarkan hasil evaluasi analisis ekonomi, dapat disimpulkan bahwa pendirian pabrik kristal patchouli alcohol dengan bahan baku tanaman nilam dan CO2 berkapasitas 400 ton/tahun layak didirikan dengan rincian Pay Out Time (POT) 2,37 tahun, Rate of Return (ROR) 41,88%, serta Break Even Point (BEP) sebesar 48,19%