Pengaruh Pemberian Kokristal Atorvastatin Kalsium - Isonikotinamida Hasil Metode Penguapan Pelarut terhadap SGOT, SGPT, dan Histologi Hepar Tikus
Abstract
Atorvastatin kalsium merupakan obat golongan statin yang berkhasiat sebagai anti hiperkolesterolemia. Obat ini secara kompetitif menghambat sisi aktif enzim 3-hidroxy-3-methylglutaryl-coenzyme A (HMG-CoA) reductase. Penghambatan enzim tersebut mencegah perubahan HMG-CoA menjadi asam mevalonat dan menyebabkan penurunan produksi kolesterol di hati. Statin juga dapat meningkatkan jumlah reseptor LDL di permukaan hepatosit. Berdasarkan Biopharmaceutical Classification System (BCS), atorvastatin kalsium termasuk dalam BCS kelas II yang memiliki kelarutan rendah dan permeabilitas tinggi. Metode yang telah digunakan untuk meningkatkan kelarutan dari atorvastatin yaitu melalui pembentukan kokristal dengan teknik penguapan pelarut.
Kelarutan merupakan faktor penentu yang sangat penting untuk memperoleh laju disolusi yang baik dari suatu obat. Laju disolusi yang terbatas karena kelarutan yang rendah, mengakibatkan bioavailabilitas obat yang diberikan secara oral juga menjadi rendah. Peningkatan kelarutan untuk memperbaiki rendahnya bioavailabilitas dari suatu obat diperlukan untuk mencapai konsentrasi terapeutik dalam darah. Namun, peningkatan kelarutan obat juga dapat menyebabkan terjadinya toksisitas. Salah satu efek samping yang sering terjadi akibat penggunaan atorvastastatin kalsium yang tidak sesuai, antara lain yaitu terjadinya hepatotoksik. Pada penelitian ini setelah dilakukan preparasi dan karakterisasi kokristal atorvastatin kalsium - isonikotinamida kemudian dilanjutkan dengan evaluasi kadar SGOT, SGPT, dan histologi hepar tikus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian kokristal atorvastatin kalsium - isonikotinamida terhadap kadar SGOT, SGPT, dan histologi hepar tikus dibandingkan dengan atorvastatin kalsium bentuk murninya.
Pengujian SGOT, SGPT, dan histologi hepar tikus dilakukan dengan menggunakan 24 ekor tikus putih strain wistar jantan yang kemudian dibagi menjadi 6 kelompok. Seluruh kelompok diaklimatisasi selama 7 hari, kemudian masing-masing kelompok diberikan perlakuan berbeda selama 14 hari yaitu kelompok 1 hanya diberi pakan standar, kelompok 2 diberikan CMC-Na 0,5%, kelompok 3 diberikan atorvastatin kalsium dosis rendah, kelompok 4 diberikan atorvastatin kalsium dosis tinggi, kelompok 5 diberikan kokristal atorvastatin kalsium - isonikotinamida dosis rendah, dan kelompok 6 diberikan kokristal atorvastatin kalsium - isonikotinamida dosis tinggi. Selanjutnya pada hari ke 15 diukur kadar SGOT dan SGPT menggunakan biolyzer serta dilakukan pengamatan histologi pada organ hepar. Data kadar SGOT dan SGPT yang diperoleh dianalisis menggunakan One-Way Anova.
Hasil penelitian menunjukkan preparasi kokristal atorvastatinisonikotinamida memiliki kesamaan dengan penelitian sebelumnya berdasarkan dari data hasil karakterisasi dengan menggunakan PXRD, DSC, dan FTIR. Hasil evaluasi parameter data kadar SGOT, SGPT, dan histologi organ hepar menunjukkan peningkatan kadar SGOT dan SGPT dengan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antar kelompok (Sig>0,05) serta gambaran kerusakan organ hepar yang menunjukkan peningkatan nekrosis pada jaringan hepar tikus yang diberi perlakuan kokristal atorvastatin kalsium - isonikotinamida. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa evaluasi SGOT, SGPT, dan histologi hepar tikus selama 14 hari pada kelompok yang diberikan kokristal atorvastatin kalsium - isonikotinamida tidak menunjukkan peningkatan nekrosis jaringan hepar yang signifikan secara statistik jika dibandingkan atorvastatin kalsium bentuk murninya.
Collections
- UT-Faculty of Pharmacy [1401]