Show simple item record

dc.contributor.authorPANGGALIH, Wulan Rosa
dc.date.accessioned2022-07-18T02:41:39Z
dc.date.available2022-07-18T02:41:39Z
dc.date.issued2021-07-15
dc.identifier.urihttps://repository.unej.ac.id/xmlui/handle/123456789/108488
dc.descriptionValidasi unggah file repositori_Ratna Sari Finalisasi unggah file repositori tanggal 18 Juli 2022_Kurnadien_US
dc.description.abstractResistensi antibiotik merupakan permasalahan kritis yang tengah dihadapi oleh masyarakat secara global. Terdapat lebih dari 35.000 kasus kematian akibat resistensi antibiotik di Amerika Serikat dengan perkiraan biaya pengeluaran sebesar 55 miliar dolar per tahun. Di Indonesia, kasus resistensi antibiotik termasuk ke dalam sepuluh besar kasus penyebab kematian terbanyak. Hal ini disebabkan oleh peningkatan kejadian nosokomial yang mendukung transmisi bakteri resisten dari satu pasien ke pasien lain. Pseudomonas aeruginosa merupakan bakteri patogen prioritas kritis yang semakin kebal terhadap berbagai antibiotik. Bakteri ini menemukan cara baru untuk mengembangkan resistensi dan dapat berbagi kemampuan ini dengan bakteri lain sehingga meningkatkan penyebaran resistensi. Fungi merupakan produk alam yang telah banyak diteliti dan dikembangkan terkait aktivitas antibakteri yang dimiliki. Ini terbukti dari penemuan penisilin, antibiotik pertama yang disintesis dari fungi Penicillium notatum, yang digunakan dalam pengobatan akibat infeksi bakteri gram-positif. Fungi dapat diisolasi dari berbagai lingkungan, salah satunya dari tanah muara di sekitar perakaran mangrove. Mangrove memiliki ekosistem yang unik dengan membentuk lingkungan garam yang khas. Hal ini menjadi faktor penentu adaptasi genetik dari fungi sehingga mendorong produksi senyawa bioaktif yang beragam secara kimiawi, khususnya yang berpotensi sebagai antibakteri. Desa Kema Satu, Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara menjadi salah satu lokasi yang menarik untuk penemuan senyawa antibakteri bersumber fungi. Desa Kema Satu memiliki ekosistem mangrove yang tergolong baik dan jauh dari aktivitas penduduk. Proses penelitian diawali dengan mengisolasi fungi tanah muara. Sampel tanah muara dikultur pada media PDA sehingga diperoleh empat biakan fungi yang ketika diisolasi secara makroskopis memberikan delapan isolat tunggal. Uji antagonis dilakukan terhadap delapan isolat fungi untuk mengetahui adanya potensi aktivitas antibakteri terhadap P. aeruginosa. Uji antagonis menghasilkan enam isolat aktif, yaitu IS2-BTG8-1-1, IS2-BTG8-1-2, IS2-BTG8-1-3, IS1-BTG8-2, IS1-BTG8-3, dan IS3-BTG8-4-1-1 yang ditandai oleh pembentukan zona hambat. Isolat aktif kemudian difermentasi dan diekstraksi menggunakan etil asetat untuk mendapatkan metabolit sekunder yang diinginkan sehingga dapat dilanjutkan ke tahap skrining kandungan kimia. Berdasarkan hasil skrining, diketahui adanya kandungan terpenoid dan fenolat dari ekstrak fungi tanah muara yang diuji. Uji mikrodilusi dilakukan untuk menentukan nilai persen penghambatan enam isolat fungi terhadap P. aeruginosa. Berdasarkan hasil uji mikrodilusi, didapatkan nilai persen penghambatan ekstrak fungi tanah muara dari yang terbesar ke yang terkecil, yaitu IS1-BTG8-2 (72,7% ± 4,1), IS1-BTG8-3 (70,8% ± 0,8), IS2-BTG8-1-2 (69,2% ± 7,7), IS3-BTG8-4-1- 1 (61,8% ± 1,0), IS2-BTG8-1-1 (57,2% ± 5,2), dan IS2-BTG8-1-3 (20,9% ± 2,6)en_US
dc.description.sponsorshipDosen Pembimbing Utama : apt. Bawon Triatmoko, S.Farm., M.Sc. Dosen Pembimbing Anggota : apt. Ari S. Nugraha, S.F., GdipSc., M.Sc-Res., Ph.D.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.publisherFakultas Farmasien_US
dc.subjectResistensi antibiotiken_US
dc.subjectTanahen_US
dc.subjectAntibakterien_US
dc.subjectPseudomonas aeruginosaen_US
dc.titleIsolasi Fungi Tanah Desa Kema Satu Minahasa Utara dan Skrining Antibakteri terhadap Pseudomonas aeruginosaen_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record