Show simple item record

dc.contributor.advisorNugraha, Ari Satia
dc.contributor.advisorPratoko, Dwi Koko
dc.contributor.authorLaksono, Tinton Agung
dc.date.accessioned2020-07-30T01:17:22Z
dc.date.available2020-07-30T01:17:22Z
dc.date.issued2019-01-15
dc.identifier.nim152210101097
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/100242
dc.description.abstractKanker adalah pertumbuhan sel yang tidak terkontrol dan bersifat invasif terhadap sel normal disekitarnya. Kanker payudara merupakan salah satu jenis kanker yang paling mematikan khususnya bagi wanita. Berdasarkan data WHO di tahun 2014, kenker payudara ini telah menyebabkan kematian sebanyak 19.730 jiwa dan diprediksi meningkat setiap tahunnya Beberapa faktor yang menjadi pemicu kanker payudara antara lain jenis kelamin (wanita), genetik, riwayat keluarga, riwayat reproduksi (tidak memiliki anak dan tidak menyusui), konsumsi alkohol, faktor lingkungan (radiasi) Pengobatan kanker payudara secara garis besar terbagi menjadi dua metode yaitu tindakan operasi dan terapi farmakologi. Kemoterapi merupakan salah satu bagian terapi farmakologi yang banyak dipakai untuk membunuh sel kanker. Beberapa obat kemoterapi yang digunakan sebagai terapi utama kanker payudara antara lain cyclophospamide, methotrexate, doxorubin, dan epirubicin. Penggunaan kemoterapi dalam jangka waktu yang lama memunculkan beberapa efek samping seperti rambut rontok, kuku menghitam, mual muntah hebat, dan efek samping lainnya karena kemoterapi ini tidak selektif menyerang sel kanker tetapi juga sel normal, selain itu juga muncul permasalahan baru yaitu resistensi. Perkembangan sel kanker payudara saat ini telah memunculkan sel mutan yang resistensi terhadap beberapa obat kemoterapi utama seperti doxorubicin, oleh karena itu penelitian untuk menemukan obat kemoterapi baru yang lebih poten dan selektif terus dilakukan untuk mengatasi permasalahan kemoterapi. Bakteri, jamur, dan tanaman tingkat rendah merupakan sumber senyawa antikanker yang sedang banyak diteliti karena telah menghasilkan beberapa senyawa antikanker seperti doxorubicin, myriocin, cotylenin, dan palmarumycin. Liken merupakan organisme yang terbentuk dari simbiosis jamur (mycobiont) dan alga atau cyanobacteria (photobiont). Jamur menyusun 50-90% dari struktur liken dan memiliki peran penting dalam menghasilkan senyawa metabolit sekunder untuk mempertahankan diri dari stres biotik dan abiotik. Metabolit sekunder inilah yang menurut beberapa penelitian memiliki aktivitas sebagai antikanker sehingga liken memiliki peluang besar untuk diteliti lebih lanjut dalam rangka menemukan senyawa antikanker baru yang lebih poten dan selektif. Pada penelitian ini dilakukan skrining fitokimia dan uji sitotoksisitas liken Physcia millegrana terhadap sel kanker payudara (MCF-7). Penlitian dimulai dengan mengambil sampel liken di salah satu pohon Palm di wilayah kampus Universitas Jember, kemudian sampel liken dilakukan determinasi tanaman di Fakultas Biologi UGM dan hasilnya liken yang diperoleh adalah Physcia millegrana. Sampel liken selanjutnya disortasi dan dikeringkan pada suhu ruang tanpa terpapar sinar matahari. Liken yang sudah kering lalu diserbuk dan diekstraksi menggunakan metode maserasi dengan pengadukan (magnetic stirrer). Hasil ekstraksi kemudian di fraksinasi dengan partisi cair-cair menggunakan pelarut fase polar (air) dan fase non polar (heksana, etil asetat, dan diklorometana). Hasil ekstraksi dan fraksinasi kemudian dikeringkan dan dilakukan skrining fitokimia menggunakan reagen penampak noda dengan bantuan kromatografi lapis tipis (KLT) agar terjadi proses pemisahan senyawa didalam ekstrak dan fraksi sehingga warna yang dihasilkan oleh reaksi antara golongan senyawa dengan reagen penampak noda lebih spesifik. Skrining fitokimia yang dilakukan merupakan golongan senyawa yang bertanggung jawab terhadap aktivitas sitotoksisitas, antara lain golongan alkaloid, polifenol, flavonoid, terpenoid, dan steroid. Pada ekstrak Physcia millegrana ditemukan golongan senyawa polifenol, flavonoid, terpenoid, dan steroid kemudian terbagi dalam fraksi heksana mengandung polifenol, terpenoid, dan steroid, fraksi etil asetat mengandung steroid, terpenoid, dan flavonoid, sementara fraksi diklorometana mengandung terpenoid dan steroid. Ekstrak dan Fraksi Physcia millegrana selanjutnya dilakukan uji sitotoksisitas terhadap sel MCF-7 menggunakan metode pewarnaan dengan MTT. Hasilnya diperoleh nilai IC50 ekstrak metanol liken Physcia millegrana sebesar 435,43 μg/ml, fraksi heksana sebesar 379,89 μg/ml, fraksi etil asetat sebesar 289,47 μg/ml, dan fraksi diklorometana sebesar 463,44 μg/ml. Berdasarkan United State National Cancer Institute (NCI), ekstrak tanaman dikategorikan memiliki aktivitas sitotoksik yang poten apabila nilai IC50 < 20 μg/ml, sehingga baik ekstrak dan fraksi tidak memiliki aktivitas yang poten. Pada pengujian sel vero didapatkan nilai CC50 ekstrak metanol Physcia millegrana sebesar 514,89 μg/ml dibanding nilai IC50 sebesar 435,43 μg/ml maka selectivity index (SI) yang diperoleh adalah 1,18. Nilai SI yang kurang dari 2 menunjukan ekstrak masih belum bekerja secara seleken_US
dc.language.isoInden_US
dc.publisherFakultas Farmasi Universitas Jemberen_US
dc.subjectSkrining Fitokimiaen_US
dc.subjectSel kanker payudaraen_US
dc.subjectAntikanker Ekstraken_US
dc.titleSkrining Fitokimia Dan Uji Sitotoksisitas Ekstrak Dan Fraksi Epifit Liken Physcia Millegrana Terhadap Sel Kanker Payudara (Mcf-7)en_US
dc.typeThesisen_US
dc.identifier.prodiKimia Farmasi
dc.identifier.kodeprodi2210101


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record