Pengaruh Model Pembelajaran Connecting, Organizing, Reflecting, and Extending (CORE) Berbantuan Kahoot terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Siswa SMA
Abstract
Pendidikan abad 21 merujuk pada perkembangan IPTEK sehingga pendidikan
dituntut agar sumber daya manusia yang dihasilkan menguasai kemampuan yang
berguna seiring perkembangan zaman seperti kemampuan berpikir kritis. Model
pembelajaran Connecting, Organizing, Reflecting, and Extending (CORE) menjadi
pilihan untuk dapat digunakan saat pembelajaran karena pembelajaran dilakukan
melalui kegiatan mengaitkan informasi lama dan informasi baru, melatih siswa agar
dapat kritis terhadap pengetahuan, dan melaksanakan segala sesuatu secara
sistematis dan logis Model pembelajaran CORE mengurangi guru untuk
memberikan penjelasan terkait materi pembelajaran. Namun sebaliknya, keaktifan
siswa lebih ditekankan saat proses kegiatan belajar dilaksanakan sehingga
pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran lebih mendalam. Media Kahoot
merupakan aplikasi yang merangsang respon siswa untuk belajar sambil bermain
dengan penggunaan yang mudah. Kahoot diciptakan dengan tujuan meningkatkan
keterlibatan, motivasi, dan konsentrasi sehingga capaian belajar siswa mengalami
peningkatan. Penelitian bertujuan untuk mengkaji pengaruh model pembelajaran
Connecting, Organizing, Reflecting, and Extending (CORE) berbantuan Kahoot
terhadap kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa SMA.
Jenis penelitian yang dipilih yaitu penelitian eksperimen dengan metode quasi
experiment atau eksperimen semu. Desain penelitian yang dipilih yakni posttest
only control group design. Lokasi penelitian dipilih menggunakan purposive
sampling area. Populasi penelitian yang digunakan yaitu siswa kelas XI IPS MAN
2 Jember. Uji homogenitas dilakukan pada nilai ujian akhir semester ganjil untuk
menentukan sampel penelitian. Hasil pengujian data yang telah dilakukan mendapatkan hasil heterogen sehingga sampel ditentukan dengan menggunakan
purposive random sampling dengan pertimbangan selisih rata-rata nilai ujian akhir
semester paling kecil. Kelas XI IPS 1 dipilih untuk berperan menjadi kelas kontrol
dan kelas XI IPS 2 menjadi kelas eksperimen. Pemberian perlakuan eksperimental
berupa penerapan model pembelajaran CORE berbantuan Kahoot diterapkan di
kelas eksperimen dan di kelas kontrol, perlakuan tidak diterapkan sehingga
pembelajaran dilakukan secara konvensional yaitu ceramah dan tanya jawab.
Analisis data dilakukan melalui uji prasayarat dan uji hipotesis. Metode uji
normalitas yang dipilih yakni One-Sample Kolmogorov-Smirnov. Uji normalitas
menujukkan nilai posttest siswa tidak terdistribusi normal. Oleh sebab itu, Metode
Uji Mann Whitney-U dipilih untuk menguji hipotesis yang sudah ditetapkan.
Uji hipotesis menunjukkan nilai signifikansi pada variabel kemampuan
berpikir kritis yakni 0.000 dan variabel hasil belajar siswa yakni 0.038. Nilai
signifikansi (sig.) yang diperoleh di bawah 0.05 sehingga hipotesis alternatif (Ha)
diterima dan hipotesis nol (H0) ditolak. kemampuan berpikir kritis yang
mendapatkan rerata tertinggi terdapat pada indikator memberikan penjelasan
sederhana. Indikator tersebut mendorong siswa untuk menganalisis argumen terkait
permasalahan yang diberikan. Variabel hasil belajar menunjukkaan bahwa siswa
kelas eksperimen yang mendapat nilai diatas KKM mencapai 54,84%. Persentase
ini lebih besar dari kelas kontrol yang hanya mencapai 32,26%. Besaran ini
disebabkan oleh penggunaan model pembelajaran CORE berbantuan Kahoot serta
penggunaan Kahoot sebagai alat evaluasi pada kelas eksperimen.
Berdasarkan pemaparan diatas, kesimpulan yang diambil yaitu model
pembelajaran CORE berbantuan Kahoot mempengaruhi kemampuan berpikir kritis
dan hasil belajar siswa. Pendapat ini didukung oleh hasil uji Mann-Whitney U
dimana nilai signifikansi (sig.) kedua variabel bebas di bawah 0.05. Oleh sebab itu,
model pembelajaran CORE berbantuan Kahoot ini dapat diterapkan untuk
melaksanakan pembelajaran geografi dengan tujuan agar kemampuan berpikir
kritis dan hasil belajar siswa SMA meningkat.